Breaking News

Catatan Cinta Lansia (9)

Buku Gus Nur

Oleh : Pipiet Senja

Anno 7 April 2020

Beberapa pekan silam tiba tiba Gus Nur telepon. Menanyakan kabar sekaligus izin untuk memasukkanku ke grup perjuangannya. Baiklah, silakakan saja, jawabku. Sekilas kucermati anggotanya. Sepertinya aman. Beberapa telah kukenal di grup sebelah. Beberapa lagi saling memposting, namanya pun bermunculan.

Politik, Kesehatan. Bisnis. Dari namanya saja sudah tampak aura visi dan misinya. Kita boleh koar-koar seputar politik, kesehatan dan bisnis. Sebuah perpaduan yang sempurna, merangkul berbagai elemen yang sangat penting dalam peri kehidupan.

Bravo Gus Nur!

Sedikit kita bahas tentang WAG, ya Sista. Bahasa orang jualan online nih. Sista, Gan. Heuheu.mMaklum, sejak #dirumahaja Lansia ini jadi superaktif jualan buku melalui medsos.

Ada grup yang anti bahas politik. Sedikit sedikit ditegur admin jika ada yang posting politik. Lama lama tak betah, nenek-nenek ditegur mulu. Yawiiiiis, leeeep sajalah! Ada lagi grup budayawan. Isinya kok malah urusan syahwat dan selingkuhan melulu. Ini juga aneh. Ngapain coba undang Lansia kesitu eaaaa, Gudbay, Cin! Disangka gw janda genit apa Tangir ya? Gara gara pake PP si Butet cantik kali ya? Kan emang lagi cari menantu, tauk!

Kembali ke grupnya Gus Nur. Dalam tempo relatif singkat, rasa persaudaraan, perjuangan dan dakwah yang sehat kian mengikat. Jarang ada yang keluar kecuali ganti nomer. Dari grup inilah kukenal seorang pengasuh pondok pesantren di Sumber, Cirebon. Ustad Iwan relawan Paslon 02, baru keluar penjara kena pasal UU ITE. Memang banyak pasukan relawan PS yg diciduk saat Pilpres 2019. Konon masih banyak juga yang belum dibebaskan.

Ustad Iwan meminta jasa penyuntingan memoarnya hingga tahap cetak. Saat ini sudah 30% disunting. Covernya pun sudah kelar didesain. Mulai dipromosikan Pre Order. Doakan ya sahabat Manini. Semoga prosesnya dimudahkan dan diberkahi Gusti Allah. Rezeki dari arah tak terduga. Tatkala tak ada pemasukan selain hasil jualan buku. Ternyata ada saja rezeki nenek nenek ini.

Kemarin sore mendadak ada WA dari dokter Elsy Palembang. “Maaf, Manini minta noreknya dong. Ada sedikit buat ngopi Manini.”

Masya Allah, dahsyatnya doa anak yatim. Beberapa jam sebelumnya, seorang anak asuh minta dikirim Token. Hanya bisa kirim seucrit. Ternyata dibalas kontan berlipat-lipat. Alhamdulillah, sujud syukur Manini di sudut kamar.

Saat kuceritakan kepada anakku tentang berbagi rezeki ini. Dia berkomentar, “Besok-besok ajak butet sedekah, ya Ma….”

“Nak, sedekah mah jangan tunggu diajak atuh. Sadar sendirilah.”

“Suka lupa, Ma. Pas ada yang minta, eeeh, pengacara gini.”

“Ini kerjaan kita, Nak. Mama yang sunting. Butet yang edit plus layoutnya. Mau?”

“Mauuuuulah!”

Qania yang lagi asyik dengan gadget seketika melepas tab buluknya.

“Mau apa, Manini?”

“Lah, Qania memang mau apa?”

“Manini lupa, ya? Qania belum makaaaaan….”

Astaghfirullahal adhim, sampai lupa ada yang belum dikasih sarapan. Dari dinihari nguyek saja di depan laptop.

Silakan diorder buku inspirasi ini, ya sahabat Manini. Penjara dan Kesadaran. Memoar Iwan Adi Sucipto Pattiwael. Separuh hasil penjualannya untuk pembangunan Pondok Pesantrennya.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur