Oleh : Dr. Tifauzia Tyassuma, M.Sc
Kekhawatiran saya saat ini adalah :
SATU
Batas “karantina mandiri” yang entah oleh siapa diputuskan, sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 yang terlampaui, tanpa komando dan instruksi yang jelas, lambat laun akan dilanggar masyarakat.
Masyarakat jenuh di rumah, hilang pendapatan, tidak jelas siapa yang didengarkan, aba-aba komandan hanya sayup-sayup sampai, dan tidak jelas lagi siapa komandannya, karena tiba-tiba banyak sekali yang ambil peran dan inisiatif sebagai komandan. Ada Presiden yang jarang terlihat. Ada Menteri Kesehatan yang entah ada dimana, ada pak Jendral Doni BNPB, ada Gubjen Mas Anies, ada LBP yang entah sebenarnya siapa sih beliau dan apa jabatannya kok rangkap-rangkap, ada bupati juga ada walikota yang bikin aturan dan inisiatif khusus daerahnya, tapi diikuti rakyat daerah lain saking bingungnya.
Yang Muslim rindu ke masjid. Ingin segera sholat Jumat lagi di masjid. Yang Kristiani rindu ke gereja, Hindu rindu ke Pura dan semuanya menjadi rindu ke tempat peribadatan untuk mencari Tuhan tempat berlindung.
Akhirnya rakyat jenuh. Seterah dah. Bosan di rumah. Seperti katup yang penuh tekanan. Balon yang kebanyakan ditiup dan ditaruh di belakang pintu.
Ledakannya adalah : terjadi pembangkangan atas larangan keluar rumah. Masyarakat akan cuek saja pergi kemana-mana. Tuntunan perut lapar melebihi ketakutan akan bahaya Covid19 yang tak terlihat. Keluar rumah tanpa masker tanpa APD memadai. Bosan cuci tangan bolak-balik setiap hari. Sungguh tak terbayangkan apa yang bakal terjadi.
DUA
Arus mudik yang mungkin akan terjadi secara prematur. Berhubung sudah banyak pekerja yang dirumahkan. Tidak tahu lagi mau ngapain di Jakarta dan kota-kota besar lain. Mahasiswa dan anak sekolah yang merantau dan ngekost sudah bosan sekolah dan kuliah online, habis uang saku dan menangis merengek-rengek ke orangtuanya minta pulang. Sehingga arus mudik yang tidak diatur akan dimulai awal Ramadhan bahkan mungkin beberapa minggu sebelumnya.
Arus mudik prematur, yang sebagian besarnya adalah ODP dan sebagiannya adalah PDP (tanpa ditest) dan sebagiannya adalah OTG. Berhamburan berloncatan dari mangkok-mangkok epicentrum DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Sulses ke daerah-daerah rural pedesaan. Angka kasus akan melonjak cepat. Menjangkau sudut-sudut tersembunyi Indonesia.
Bagaimana cara membangunkan Pemerintah kita ya? Saya habis akal dan suara saya sudah mulai serak. Ayolah Pemerintah, sadarlah, bangun dong! Rakyat butuh komandan ini. Sebelum ledakan terjadi. Sebelum semuanya terlambat dan Indonesia menjadi Indotaly.
Ya Rabb, mohon bukalah mata hati Pemimpin Negeri ini.
*Judul dari redaksi