Breaking News
Tirta dalam sebuah acara dialog di TV (Foto : Istimewa)

MEMVIRALKAN INFLUENCER, MEMBUKA KEDOK TIRTA*

Oleh : Fristy Hanon Dwi

Tirta dalam sebuah acara dialog di TV (Foto : Istimewa)

Ada fenomena “aneh” dalam beberapa hari ini. Yaitu mendadak boomingnya cuitan, video dan apapun unggahan Tirta – sang influencer – di media sosial. Maaf, saya menyebutnya “Tirta” saja, sebab saat ini yang saya kritisi adalah posisi/eksistensi dia sebagai influencer, yang ikut dikumpulkan pemerintah kapan hari itu.mBukan Tirta dalam profesinya sebagai dokter.

Bagi saya, agak aneh saja kalau mendadak dalam hitumham hari ini tetiba everything comes from Tirta, langsung diviralkan nettizen. Padahal, ketika tampil di ILC masih jelas dimana “posisi” dia. Tirta bahkan secara sinis menyindir Haris Azhar yang juga hadir di ILC dan berbicara sebelum dia. Tirta saat itu menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa jika terjadi lockdown maka Pemerintah harus bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan pokok warganya. Padahal, Haris Azhar tadinya membicarakan soal itu. Dan memang tidak salah, sebab undang-undang kekarantinaan wilayah menyebutkan begitu.

Sebelum hadir di ILC, Tirta juga jadi narsum di Kabar Petang TV One. Sebelum ikut-ikutan memviralkan, mungkin ada baiknya kita tahu dulu siapa dia dan latar belakangnya.

Aslinya dia memang “cebong”, sebutan untuk pendukung Pak Jokowi. Dia memang influencer. Itu sebabnya ketika Pemerintah – di awal merebaknya virus corona masuk Indonesia – memutuskan untuk mengundang dan mengumpulkan sejumlah influencer, Tirta termasuk didalamnya. Ada enggak influencer yang selama ini KRITIS pada Pemerintah diundang dan diajak serta?!

Nah, sampai di acara ILC saja, sikap Tirta masih jelas : membela Pak Jokowi, Pemerintah gak boleh disalahkan. Kalaupun dia menyalahkan jubir yang pernyataannya blunder, itu sih wajar saja, sebab pak jubir memang berpotensi bikin kinerja pemerintah jadi sorotan.

Nah, coba ya, saya sarikan opini saya :

Sejak awal dia memang influencer pemerintah. Di akun medsosnya dia selalu membela pemerintah. Bahkan saat jadi narsum di ILC pun dia masih membela pemerintah.Tetiba di WAG-WAG dan platform-platfom medsos bertebaran “kisah menggugah” seorang Tirta. Ada apa ini kok sosok dia diorbitkan sedemikian rupa? Apakah agar masyarakat bersimpati dan percaya semua kata-katanya?

Belakangan dia merilis video yang isinya menghujat pemerintah. Nah, ini “epic” bangat, orang akan langsung berpikir “Berani ya!” Nah, kita tunggu saja, apakah dia akan “aman” saja seperti seorang anak muda yang bikin video ngatain “kacung” dulu itu. Maksud saya : kok cebongers dan para buzzer cebong enjoy aja menanggapi hujatan Tirta kepada Pemerintah.

Dalam video yang dirilusnya itu, ada yang “aneh”! Tirta menyerukan “Karantina Wilayah” selama 5 (LIMA) hari saja! Ya, dia menggunakan terminologi karantina wilayah, seperti Mahfud MD, Fadjrul Rachman, dan orang-orang Pemerintah. Sementara sejawatnya oara dokter lebih memilih kata “lock down” yang lebih tegas. Pemilihan diksi kadang bisa menunjukkan seseorang posisinya dimana.

Karantina wilayah hanya 5 hari saja?! Cukupkah?! Padahal sebagai seorang dokter Tirta pasti tahu kalau pengkarantinaan itu minimal 14 hari. Negara lain yang sudah melakukan juga minimal 2 minggu bahkan lebih. India saja 3 minggu, padahal mereka banyak rakyat miskin yg harus ditanggung pemerintah. Kenapa Tirta mengusulkan hanya 5 hari? Jangan-jangan justru persepsi ini yang hendak dia tanamkan di benak followersnya : yang penting sudah dilakukan karantina wilayah, meski cuma 5 hari, cukuplah.

Sesuai UU no 6 Tahun 2018 pasal 55, maka pemerintah pusat yang harus menanggung kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina tersebut. Prof. Mahfud MD sekarang ini sedang menyusun PP (Peraturan Pemerintah) sebagai penjabaran UU no. 6/2018 itu, yang diperkirakan selesai pekan depan.

Nah, apakah kira-kira kemampuan dan kesanggupan Pemerintah Pusat “hanya” sebatas 5 (lima) hari saja untuk menanggung kewajiban sesuai undang-undang? Jika seandainya nanti dilakukan “karantina wilayah” selama 5 hari, kesannya itu sudah cukup. Seakan-akan Pemerintah sudah merespon tuntutan para dokter dan masyarakat yang meminta dilakukan lockdown, walaupun cuma 5 hari. Apakah saat ini Tirta memang sedang “bertugas” mensosialisasikan bahwa karantina wilayah itu cukup 5 hari saja? Entahlah.

Mohon maaf, ini pendapat pribadi saya. Saya mungkin gak mudah gampang percaya pada sesuatu yang mendadak viral, roo good to be true. Padahal di ILC saja, masih jelas dia “membela” siapa, sampai nge-gas ngatain yang menyalahkan Pemerintah.

Kita masih bebas berbeda pendapat kan ya?

 

*Judul dari redaksi. Dari akun Fristy Hanon Dwi, Shared oleh GerbangAmar

About Redaksi Thayyibah

Redaktur