Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)
Penceramah spesialis “sedekah”, Yusuf Mansur, kembali menggelar seminar tentang The Power of Giving, The Miracle of Giving, dan 40 Hari Menjadi Kaya Raya, baik secara online maupun offline.
The Power of Giving, The Miracle of Giving, mengajak orang bersedekah untuk membiayai proyek-proyek yang diinisiasinya, 40 Hari Menjadi Kaya Raya mengajak orang membenahi tauhid dan memperbaiki ibadah serta sedekahnya. Tahapannya, dari Tauhid di hari pertama sampai sedekah (di awal, di tengah, dan di hari ke-40).
Menurut Yusuf, sudah banyak orang yang berhasil dengan konsepnya itu. Pokokya, dengan melaksanakan 40 hari berdekat-dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, lewat shalat, puasa, shalawat dan dzikir-dzikir yang diajarkannya, semua masalah teratasi. Apapun masalahnya itu. Yang miskin jadi kaya, yang punya hutang bisa melunasi hutangnya, yang mau naik gaji naik gajinya, yang mau cari jodoh ketmu jodoh, dan seterusnya. Lalu, muncullah testimoni pengikutnya, sebagai pembenar dan pemanis.
Dalam praktiknya, kasus-kasus yang dibawa, dan sebagian berupa testimoni, adalah masalah duniawi yang berkaitan dengan kekayaan material. Oleh sebab itu, mari kita ikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tentang meraih rezeki tersebut.
Imam Abu Dawud, Nasa’i, dan Ath-Tirmidzi mengeluarkan hadits yang berkaitan dengan etos kerja. Dikisahkan, Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam didatangi oleh seorang Anshar (penduduk asli Madinah), yang meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu bertanya kepada orang tersebut, “Di rumahmu, adakah sesuatu?”Orang tersebut menjawab, “Ya, aku punya pelana. Yang satu kami pakai, yang satu lagi kami hamparkan.” Lalu beliau menyuruh orang tersebut membawa pelananya. Setelah orang tersebut datang dengan membawa pelananya, beliau memgumpulkan para sahabat, lalu melelang pelana kuda milik orang Anshar tersebut. Singkat ceritera pelana kuda tersebut laku 2 dirham.
Lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Yang satu dirham belikan makanan untuk keluargamu, dan yang satu dirham belikan gergaji. Setelah dapat gergaji, datanglah kepadaku.” Orang Anshar tersebut mengikuti saran Nabiyullah. Lalu ia datang dengan sebuah gergaji. Maka Rasul bersabda, “Carilah kayu dengan gergaji ini, dan juallah kayu tersebut. Aku tidak akan melihatmu selama 15 hari.” Setelah 15 hari, orang tersebut datang. Ia telah untung sebesar 10 dirham. Lalu dengan uang tersebut dia telah membeli makanan, pakaian, dan keperluan keluarga sehari-hari. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda pada orang tersebut, “Ini lebih baik bagimu daripada meminta-minta yang akan menjadi noda pada mukamu pada hari kiamat.”
Begitu mulianya nilai bekerja, sebagaimana ditunjukkan dalam kisah tersebut. Begitulah sunatullahnya, ingin mendapatkan rezeki, mesti dengan bekerja. Jangankan manusia, burung saja, untuk mendapatkan makanan, harus bekerja keras kesana-kemari, agar diri dan anak-anaknya dapat makanan. Inilah petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang bekerja, “Jika saja kamu sekalian bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tawakkal yang sesungguhnya, maka pasti Dia memberimu rezeki seperti burung diberi rezeki, dia pergi pagi dengan perut kosong, lalu pulang dengan perut kenyang.” (HR. Imam Ath-Timirdzi)
Di dalam Al-Qur’an sendiri, ada 360 ayat yang berkaitan dengan bekerja ini. Salah satunya adalah ayat 105 surah At-Taubah, “Dan katakanlah olehmu Muhammad, bekerjalah kamu sekalian maka Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya demikian pula orang-orang mukmin, akan melihat (karyamu) itu…”
Begitulah ajaran Islam, antara kerja fisik dan kerja ritual disatukan. Rezeki seseorang itu baru bisa diraih jika melalui proses bekerja dan berdoa. Tidak cukup hanya berdoa, tanpa kerja nyata dan kerja keras, rezeki tidak akan datang sendiri. Jadi, konsep 40 Hari Menjadi Kaya Raya tidak ada dalam kamus Islam.
***
Yusuf Mansur bisa saja membual setinggi langit, bahwa konsepnya itu cespleng. Cara cepat menjadi kaya dan keajaiban ini dan itu. Pertanyaannya, apakah resep tersebut manjur untuk dirinya? Ini dia masalahnya. Yusuf Mansur sendiri belum pernah sukses dalam bisnisnya. Gagal dan lari dari masalah. Begitu seterusnya.
Coba tengok berbagai bisnis yang dilakoni oleh Yusuf Mansur. Pada akhir 2009 ia mengajak jamaah yang berduit untuk berbisnis batu bara. Hanya bertahan 3 bulan, awal tahun 2010, bisnis batu bara bermasalah. Uang investor puluhan milyar rupiah tidak jelas penyelesainnya. Pada tahun 2012-2013, ia mengajak jamaah ber-patungan usaha dan patungan aset, untuk membeli hotel Siti di Tangerang, Banten. Juli 2013, Otoritas Jasa Keuangan menjewer Yusuf Mansur, karena pengumpulan dana masyarakat haruslah berbadan hukum, PT atau yayasan. Waktu itu Yusuf menampung dana investor lewat rekening pribadinya dengan nama aslinya Jam’an Nurchotib Mansur.
Di tahun yang sama, Yusuf mengajak jamaah untuk mendirikan Condotel Moya Vidi di Jogjakarta (2013-2014), Nabung Tanah (2014-2015) yang menyasar para tenaga kerja Indonesia di Hong Kong. Di bulan Maret 2014, Yusuf datang ke Hong Kong dengan memasarkan Condotel Moya Vidi dan Veritra Sentosa Internasional (VSI) yang kini berubah nama menjadi PayTren. Peran dan fungsi VSI sama dengan PayTren, aplikasi pembelian atau pembayaran berbasis online. Tetapi, semua usaha tersebut gagal.
Hotel Siti, yang mulai beroperasi sejak 2015, kini sepi tamu dan merugi. Hotel yang awalnya berstatus hotel Syariah dengan manajemen Horison, kini menjadi hotel kos-kosan, Horison sudah hengkang sejak 2017, dan status sebagai hotel Syariah tak lagi disandangnya. Condotel Moya Vidi tak ada wujudnya, juga Nabung Tanah yang katanya membangun hotel di Malang, Jawa Timur, tak berbekas. Lalu, VSI, ternyata aplikasi ini tak bisa dibuka di Hong Kong.
Kesimpulan
Dari kisah-kisah bisnis yang ditawarkan oleh Yusuf Mansur, ujung-ujungnya buntung untuk para investor. Yusuf pun jauh dari sukses. Jika pun kini dia hidup nampak berkecukupan, dan ngakunya kemana-mana sebagai pengusaha, itu hanyalah untuk branding dirinya saja.
Sebagai pengusaha, jelas ia banyak gagalnya, lalu lari dari tanggungjawab. Tetapi ia masih percaya diri, dengan menggelar seminar tentang The Power of Giving, The Miracle of Giving, dan 40 Hari Menjadi Kaya Raya. Di tiga seminar itu, Yusuf selalu menjual “keajaiban”, dan meminta sedekah dari jamaah. Sejatinya, yang ajaib itu ya Yusuf Mansur sendiri, sebagian besar usahanya gagal dan bermasalah, tapi dia tetap saja jualan keajaiban. Apa tidak ajaib itu Yusuf Mansur?