Oleh: Tarmidzi Yusuf
Di ILC, Selasa, 29 Oktober 2019 Menko Polhukam Mahfud MD menantang untuk berdebat tentang radikalisme. Siapa takut? Sepanjang debat dilakukan fair, terbuka, jujur dan untuk mengungkap isu besar tentang radikalisme. Apa sebenarnya agenda besar dibalik isu radikalisme dengan menyasar ummat Islam.
Wajar rakyat bertanya-tanya karena isu radikalisme tidak diungkap secara transparan dan independen. Bila perlu bentuk Tim Independen untuk mengusut radikalisme. Apakah benar-benar ada pihak dari ummat Islam yang melakukan tindakan radikal yang melawan hukum Islam dan hukum negara? Jangan-jangan isu radikalisme sengaja “dimainkan” melalui operasi intelijen oleh pihak tertentu sebagai pembenaran bahwa ummat Islam radikal. Pembenaran dengan “memanfaatkan” aktivis Islam.
Saya mengakui ada sebagian ummat Islam yang mudah mengkafirkan sesama Islam. Takfiri pernah marak pada awal pergerakan Islam tahun 1980-an. Perampokan SPBU dan Toko Emas dengan alasan fai. Sepanjang pengamatan penulis banyak dimanfaatkan oleh intelijen dengan melakukan penyusupan di kalangan aktivis Islam. Sebut saja misalnya kasus komando jihad.
Operasi Komando Jihad (komji) tidaklah berdiri sendiri. “Penyusup” dengan performance layaknya aktivis Islam (ghirah menggebu-gebu, berjenggot, jidad hitam) “memanfaatkan” aktivis Islam yang lugu dan polos untuk menyerang penguasa yang dianggap zalim dan thogut. Konon kabarnya kelompok Ali Moertopo berperan besar dengan “memanfaatkan” aktivis pergerakan Islam untuk melakukan tindakan radikal dan teroris. Kasus penyerangan Polsek Cicendo, Bandung pada tahun 1981. Sayangnya, kasus penyerangan Polsek Cicendo Bandung dan pembajakan pesawat Garuda di Woyla tidak diungkap secara jujur dan independen siapa dibelakang aksi tersebut. Kita hanya tahu itu dilakukan oleh Komando Jihad. Siapa dibelakang Komando Jihad sampai hari ini masih misteri.
Kasus Aman Abdurrahman yang telah divonis mati oleh Pengadilan pada tahun 2018. Aman Abdurrahman dijerat kasus Bom Thamrin tahun 2016. Walaupun pengadilan telah memvonis mati Aman Abdurrahman tetap saja menyisakan misteri. Apakah Aman Abdurrahman dijebak karena ceramah-ceramahnya sangat keras atau atau yang lainnya? Wallahu Ta’ala A’lam. Kenapa Komnas HAM diam tidak melakukan investigasi bom Thamrin? Agar tidak ada curiga diantara kita sangat wajar bila dibentuk Tim Investigasi Independen untuk membuka tabir bom Thamrin.
Demikian pula kita masih hangat dalam ingatan kita. Peristiwa penusukan terhadap mantan Menko Polhukam Wiranto, 10 Oktober 2019. Pelaku sudah ditangkap tapi proses hukumnya tidak bergerak cepat, hilang oleh ribut-ribut Perppu KPK, Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, dan bagi-bagi kursi Menteri dan Wakil Menteri. Sangat elok dan patut kita acungi jempol bila Menko Polhukam Mahfud MD menggagas dibentuknya Tim Independen untuk mengusut tuntas kasus penusukan Wiranto. Beranikah? Atau beretorika dengan kata-kata tidak perlu tim independen karena sedang diusut oleh kepolisian?
Dalam konteks inilah saya menerima tantangan Menko Polhukam Mahfud MD untuk berdebat. Saya berharap Mahfud MD membaca tulisan ini untuk memenuhi tantangannya berdebat. Walaupun saya bukan padanan Mahfud MD, kita berharap untuk sebuah kebenaran dan mengungkap siapa dan apa agenda dibalik isu radikalisme. Cukup mengkambinghitamkan ummat Islam dengan isu teroris dan radikal. Saya sepakat dengan Mahfud MD, Islam agama yang damai dan cinta kasih. Stop mendiskreditkan Islam dan ummatnya dengan menunggangi isu takfiri, teroris dan radikal. Karena takfiri (mengkafirkan sesama Islam), teroris dan radikal bukan ajaran Islam.
Kita juga menolak keras bila orang Islam yang taat mengamalkan al-Quran dan as-Sunnah dicap radikal. Tidak ada tolerasi dalam aqidah (keyakinan). Lakum diinukum waliyadiin. Islam sangat bertoleransi dalam masalah muamalah dengan pemeluk agama lain.