Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)
Sebuah situs dengan alamat WWW.actuall.blogspot.com pada Senin 7 Oktober 2019 lalu merilis sebuah berita dengan judul “UYM: Saya Sering Bertemu Rasulullah SAW Dalam Keadaan Sadar, Bahkan Sambil Minum Kopi.” Ada narasi yang membantah bahwa umat manusia pasca wafatnya Sang Nabi, tidak mungkin bisa bertemu beliau di alam nyata. Juga disertakan video yang diunggah dari Youtube pada 16 September 2019 dimana testimoni Yusuf Mansur bertemu Nabi diikutsertakan dalam narasi tersebut.
Di hari dan tanggal yang sama, melalui akun Instagramnya, Yusuf Mansur membantahnya. “Ini sangat2 ga bener. Scr logika aja, gimana mungkin saya bcr demikian? Bunuh diri juga kalo bener. Sbb ngaku2, hehehe.” Begitu bantahan Yusuf. Sejak itu, sepanjang pekan ini, kisah bantahan Yusuf Mansur itu viral di media sosial dan media arus utama. Para pengikut setia Yusuf Mansur, tentu saja membela idolanya itu. Tetapi orang yang waras dan dan berfikir kritis, tidak percaya begitu saja. Jejak digital dan video yang masih beredar di Youtube, sebagai alat bukti yang tak terbantahkan.
Bertemu dengan Nabi di alam nyata dan bertemu di alam mimpi, jelas tidak sama. Jika ada orang mengaku-ngaku bertemu Nabi secara sadar di alam nyata, sudah semestinya dirujuk dengan hadits-hadits yang berkaitan dengannya. Bertemu dalam keadaan mimpi, sangat mungkin, karena wajah Rasulullah tidak bisa diserupai oleh jin dan sejenisnya. Tetapi mengaku bertemu Nabi dalam keadaan sadar di alam nyata, itu yang menjadi persoalan akidah.
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa yang berdusta atas diriku secara sengaja maka hendaknya dia mengambil tempat duduk dalam neraka.”(HR. Imam Bukhâri: 110)
Jika hanya mengaku-ngaku bermimpi bertemu Nabi, padahal sebenarnya tidak demikian, maka orang tersebut akan mendapat ancaman, sebagaimana hadits yang dinarasikan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa yang mengaku bermimpi, padahal dia tidak mengalaminya, maka kelak di hari kiamat dia akan dibebani perintah untuk mengikat 2 biji gandum, dan tidak mungkin bisa melakukannya.” (HR. Imam Bukhari: 7042).
Mari kita tengok sejarah pasca wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Belum pernah kita membaca sirah para Sahabat yang usianya lebih panjang dari Nabi, dan mereka bertemu Nabi (pasca kematian beliau) di alam nyata. Bahkan putrinya, Fatimah az-Zahra, yang amat berduka atas wafatnya ayahandanya, tidak pernah bertemu di alam nyata.
Jejak digital ceramah Yusuf Mansur yang mengaku bertemu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu ada lebih dari 1 versi. Ada yang diunggah Desember 2016 dan ada yang diunggah pada Mei-Juli-September 2019. Semuanya ia sampaikan secara ekspresif sambil bergetaran, menangis dan sembab matanya. Tetapi, ketika Yusuf membantah apa yang pernah diceramahkan, yang ditonton oleh jamaah dan pemirsa TV dan Youtube, sungguh sebuah perbuatan yang a-historis. Jejak digitalnya masih bisa diakses, dan dia membantah dengan entengnya. Adalah Yusuf Mansur sudah mengalami amnesia?
Jika bukan amnesia, apa yang tepat untuknya? Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam memberi ciri-ciri perilaku dari orang-orang munafik, sebagaimana dinarasikan oleh Abu Hurairah:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga, apabila ia berucap bohong, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercaya mengkhianati” (HR Imam Al-Bukhari: 33 dan Muslim: 59)
Karena pemberitaannya marak, pembaca bisa langsung mengecek kepada sumber-sumber terkait. Yang menarik adalah begitu mudahnya Yusuf Mansur mengaku-ngaku bertemu dengan Nabi, dan begitu mudahnya ia membantahnya.
Di dalam ilmu komunikasi, ada yang namanya “teori kebohongan”. Jika seseorang sudah melakukan kebohongan, maka untuk menutupi kebohongannya itu, ia akan melakukan kebohongan lanjutan. Begitu seterunya. Dan itu berulang, dinarasikan dengan sepenuh tenaga yang membuat sebagian orang terpedaya olehnya.
Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjadi junjungan umat Islam di seluruh jagat itu dijadikan bualan dengan entengnya, bagaimana jika menyangkut umat Islam secara umum? Apalagi jika menyangkut dengan komitmen-komitmen yang ia buat. Masih adakah yang tersisa (kebaikannya) dari orang yang terus menerus membuat kebohongan ini?
Buat Yusuf Mansur, yang nama aslinya Jam’an Nurkhotib Mansur, berhentilah berkelit, berhentilah ngebohong, berjalanlah di jalan Allah, bukan di atas jalan kebohongan. Ingatlah, masih ada umur untuk bertobat, dan hidup secara normal, tidak dikejar-kejar investor yang selama ini merasa jadi korban penipuan Anda.