Oleh : Tarmidzi Yusuf
Rakyat sudah luar biasa kesel. Mau marah, marah sama siapa? Mau mengadu, mengadu sama siapa? Ada pemimpin, pemimpin terbalik. Pikiran dan perilaku terbalik. Kepala di bawah. Kaki di atas. Nggak connect. Rakyat ke barat, dia ke timur. Rakyat minta turun, maksa ingin naik lagi.
Hitungan suara terbalik. Kalah jadi menang. Menang jadi kalah. Semua diacak-acak karena otak terbalik. Adab dan perilaku amburadul. Sibuk pencitraan sana-sini menutupi otak dan perilaku terbalik.
Dia bukan solusi tapi bagian yang harus disolusikan kata demonstran. Eskalasi demo mahasiswa meningkat. Bakar ban. Blokir jalan tol dalam kota. Pagar gedung DPR rusak. Sudah ada korban mahasiswa. Meninggal dan terluka. Tak peduli. Terserah mahasiswa mau apa. Emangnya gue pikirin. Yang penting lima tahun lagi.
Pendukung Prabowo-Sandi terbelah mensikapi maraknya demo mahasiswa. Mahasiswa bergerak. Ada yang pro, seolah-olah ada harapan melengserkan Jokowi. Banyak pula yang kritis. Demo mahasiswa adalah konspirasi jenderal merah, salibis, liberalis dan komunis. Isunya kritisi revisi UU KPK yang telat disahkan agar pendukung Prabowo-Sandi ditarik ke arena demo. Telat bro…. Kemarin-kemarin ente kemana aja. Dijadikan isu utama UU KPK dan RUU KUHP bukan turunkan Jokowi. Sekali lagi, bukan turunkan Jokowi. Agar mendapat dukungan dari pendukung Prabowo-Sandi. Dikemaslah isu demo, turunkan Jokowi. Isu setengah hati dan manipulasi.
Agar rakyat tidak curiga. Tidak pula standar ganda. Aparat agak “beringas” dikit. Mahasiswa “dikorbankan”. Meninggal dan terluka. Diframing sedemikian rupa agar pendukung Prabowo-Sandi simpati. Tidak sedikit karena framing, pendukung Prabowo-Sandi otaknya ikut terbalik. Pokoknya, Jokowi lengser. Besok lengser, 20 Oktober dilantik lagi?
Republik Rakyat Cebong mulai gerah. Tutup mata dan telinga. Aksi mahasiswa marak dimana-mana. Tak bisa membela diri. Yang dibela tak bisa dibela. Yang membela menutup mata dan telinga. Tuli, bisu dan buta. Kenapa? Mereka tahu aktor intelektual dibelakang mahasiswa. Sayangnya, pendukung Prabowo-Sandi tiba-tiba jadi kehilangan akal sehat. Mungkin saking semangatnya agar Jokowi lengser dan tidak dilantik. Ada secercah harapan. Seharusnya pendukung Prabowo-Sandi yang menunggangi mahasiswa bukan ditunggangi. Elit Prabowo-Sandi “tiarap” menunggu momentum. Barangkali ada “kecelakaan politik” menjelang 20 Oktober 2019.
Kentara sekali permainan mereka. RUU kejar tayang ditunda agar Jokowi keluar sebagai pahlawan. Hanya pengalihan isu. Sibuk bikin isu. Hidup penuh kepalsuan. Revisi UU KPK yang tidak perlu dikebut lima hari lima malam, beres. Secepat kilat. Kita yang waras bisa memahami maunya mereka apa. Mereka terbalik karena mengamankan lahan bancakan lima tahun ke depan. Tak peduli, Indonesia tergadai. Selangkah lagi berubah menjadi Indo Cina. Serem banget. Kita ngomong waras dituduh rasis dan anti kebhinekan.
Lihat bencana alam selfie. Lihat kebakaran hutan dan lahan selfie. Masalah substansial ditutup dengan pencitraan. Tidak bisa jawab pertanyaan media, tanya menteri nganu. Lempar jawaban. Lari dari pertanyaan. Akhirnya, Moeldoko tukang ralat statement. Salah mulu.
Rakyat muak. Rakyat tidak mau otaknya ikut terbalik. Rakyat hanya mau satu kata, turun. Sebelum mati jantung mendadak. Nanti benar-benar MJM disumpah rakyat. Kembalikan mandat rakyat secara sukarela tanpa syarat. Lantik Prabowo-Sandi selesai.