Gerakan dan perjuangan mahasiswa kita hari ini (Foto : Istimewa)

KETIKA GELOMBANG LAUTAN MENJADI TENTARA ALLAH

Oleh: Inayatullah Hasyim (Dosen Univ. Djuanda Bogor.)

 

Gerakan dan perjuangan mahasiswa kita hari ini (Foto : Istimewa)

 

Di dalam al-Qur’an, Allah SWT antara lain berfirman:

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami belah oleh sebabmu (Musa) akan lautan, dan kami selamatkan kalian, dan kami tenggelamkan Fira’un sedang kamu sendiri menyaksikan”. (QS al-Baqarah: 50).

Kaedah bahasa Arab pada umumnya adalah “فرقنا لكم”, namun di ayat ini Allah SWT berfirman, “فرقنا بكم”. Sebagian besar ulama menafsirkan, ayat itu menunjukan bahwa di belahnya lautan semata-mata “disebabkan Musa” dan bukan sekedar “dibelah untuk Musa”.

Apa bedanya?

Pada kata “dibelah untuk Musa” berarti “sekedar diberi jalan” untuk menyelamatkan Nabi Musa. Tak ada upaya dan nilai perjuangan Nabi Musa.

Namun, “dibelah disebabkan Musa” berarti suatu penghormatan dari Allah SWT buat Nabi Musa yang telah berusaha maksimal mendakwahkan Fir’aun dan melawan kedzalimannya. Maka ketika dia diburu oleh Fir’aun dan pasukannya, hingga di tepi lautan, tak ada jalan lain kecuali tawakal pada Allah SWT. Ketika telah sampai ke titik optimal usaha manusia itulah, Allah SWT belah lautan sebagai penghormatan pada perjuangannya.

Karena itulah, pada setiap perjuangan, lalu kondisi sudah benar-benar sulit, Allah SWT menyelesaikan dengan cara di luar nalar manusia. Yaitu dengan dibelahnya lautan sebagai cara yang terhormat untuk menyelamatkan Nabi Musa (alaihi salam).

Maka, dalam ayat lain, Allah SWT berfirman,

فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ — الشعراء 63

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar” (QS As-syuara: 50).

Lalu bagaimana dengan perjuangan mahasiswa kita hari imi? Apakah sudah maksimal hingga pantas bagi Allah menuntaskannya dengan cara-Nya sendiri?

 

Wallahua’lam bis showwab.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur