thayyibah.com :: Tidak cukupkah bagi kita kekacauan yang ditunjukkan oleh penyelenggara negara ini? Entah kapan selesainya kepentingan pribadinya lalu memikirkan urusan ummat?
Penguasa yang abai atas derita ummat, tak pandai merasa apalagi menyelesaikan masalah. Saat kepedulian hanya sampai pada batas layar kaca, serta citra di media
Tidak hanya caper, penguasa baper ini juga merasa semua yang rakyatnya perbuat itu ditujukan untuk menggulingkannya, baper tingkat dewa akibat serakah kekuasaan
Sementara penegak hukumnya pandai berdusta, menjadikan ummat yang harusnya mereka lindungi dan jaga, malah seolah jadi musuh, dicurigai, diawasi, ditangkapi
Dimana-mana, kontradiksi mudah terlihat, ketidakadilan sangat dirasakan, perlakuan diskriminatif berdasar agama, harta, atau kelompok, memicu amarah dan tanda tanya
Milik siapakah negeri ini? Rakyat yang cinta negerinya, ingin teguhkan Ketuhanan dari rongrongan atheisme dan komunisme, malah lebih bahaya dari komunis itu sendiri
Mengamalkan agama dikata intoleransi, teguh pada Al-Quran disebut fundamentalis, ingin menerap syariat dituduh radikal, sementara yang jelas brutal dianggap biasa
Salah kita memang, hingga Allah belum karuniakan pada kita penguasa yang mencintai ummatnya, hingga ummat mendoakan dirinya beruntai-untai perkara kebaikan
Masih banyak tugas yang harus dilakukan mendidik ummat agar terikat dengan Al-Quran dan As-Sunnah, hingga hanya mau mendukung yang terikat dengan keduanya itu
Sebab kita mencintai manusia, maka kita mendakwahkan Islam, sebab kita menginginkan baldatun thayibatun wa rabbul ghafur, maka kita menyeru penerapan syariat.
Oleh: Ustad Felix Siauw