Oleh: HM Joesoef (Wartawn Senior)
Bukan Yusuf Mansur jika tidak bisa membranding dirinya. Banyak cara dan akal untuk terus eksis dan diberitakan media. Berbagai jurus dikeluarkan, dan media massa menyantapnya karena dianggap layak berita. Alasannya sederhana, ada tokoh (Yusuf Mansur) dan ada peristiwa yang menjadikannya layak untuk diangkat, sebagai sebuah berita. Tetapi, banyak dari media massa tersebut tidak mengawal berita-berita yang ia tulis di seputar sang tokoh.
Manuver tersebut terus berlanjut, dari kisah ke kisah. Ketika kisahnya terhenti, tidak berlanjut dengan berbagai sebab, si tokoh melanjutkan dengan kisah-kisah berikutnya. Kisah sebelumnya tak jelas ujungnya, tapi sang tokoh terus memproduksi kisah-kisah lanjutan. Dan naifnya, pers terus saja mewartakannya tanpa ada evaluasi apalagi kritik atas kisah-kisah yang lalu. Dunia pers Indonesia seakan jadi mainan si tokoh.
Coba kita tengok manuver Yusuf Mansur ketika dikhabarkan akan beli saham Bank Muamalat, bank syariah pertama di republik ini. Pada 28 Februari 2018, menjelang Dhuhur, Gedung Muamalat Tower di Jalan Prof. Dr. Satrio, Kuningan, Setia Budi, Jakarta Selatan, lantai 20, dipenuhi oleh ratusan jamaah PayTren dan Darul Quran, lengkap dengan seragamnya. Hadir pula ekonom Anwar Nasution, Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, dan para pimpinan Bank Muamalat.
Apa yang terjadi di babak selanjutnya? Peristiwa di Muamalat Tower itu hanya tontonan belaka. Kita disuguhi adegan teater. Yang terjadi adalah para jamaah PayTren dan Darul Quran memang membuka rekening di Mualamat. Selanjutnya, Anda tahu sendiri. Pembelian saham Muamalat oleh Yusuf Mansur tidak pernah terjadi. Mereka yang telah membuka rekening hanya sebatas membuka rekening. Tidak lebih dari itu.
Adekan teater berikutnya adalah Yusuf Mansur dikhabarkan akan membeli saham BRI Syariah Pada 9 Mei lalu. Pasukan PayTren yang diajak sebagai mitra. Tapi rupanya, sambutan komunitas PayTren tak bersambut sebagaimana yang diharapkan oleh tuannya. Lagi-lagi, Yusuf Mansur gagal borong saham BRI Syariah.
Tidak jadi beli saham Muamalat dan borong saham BRI Syariah, pada 8 Agustus 2018 Yusuf Mansur melalui PayTren meneken kerjasama dengan PT Info Media Digital, pengelola portal berita Tempo.co. “PayTren bersemangat untuk ikut memiliki Tempo, bukan sekadar menikmati sajian beritanya. Enggak ditawarin aja, kita harus nanya, bisa enggak ikut memiliki? Ya, bismillah,” katanya. Dikabarkan Yusuf Mansur akan membeli 5 % dari saham Tempo dengan nilai Rp 27 Milyar.
Belakangan, menurut Yusuf Mansur, pembelian saham itu sifatnya penawaran kepada jamaah. Jika jamaah berkenan, ya jadi, jika tidak ada respon, ya tidak jadi. Rupanya, jamaah juga tidak menyambut sebagaimana yang diharapkan. Jika pun jadi beli saham Tempo yang 5% itu, Yusuf Mansur tidak akan bisa “mengendalikan” manajemen Tempo karena ia adalah pemegang saham minoritas.
Sebagai penulis skenario, sutradara, dan sekaligus pemain utama, Yusuf Mansur tak kurang akal. Jika bermain di tingkat nasional sudah kehilangan ruang, maka dunia global adalah langkah berikutnya. Caranya? Awal Desember 2018, Yusuf Mansur mengumumkan bahwa pihaknya, dalam hal ini PayTren (PT Veritra Sentosa Internasional) akan membeli saham klub sepak bola asal Polandia Lechia Gdansk. Waktu itu Yusuf mengatakan bahwa PayTren akan membeli saham Lechia sebesar 10 persen, dengan nilai 2,5 juta euro yang setara dengan Rp 41,2 miliar. “Kami jadi pemilik saham dari klub papan atas Polandia Lechia Gdansk. Investasi pertama 2,5 juta Euro yang akan kami bayar mulai Juni dengan masa angsuran selama 7 bulan,” katanya.
Pada awal Desember 2018 ketika Yusuf Mansur mengumumkan akan beli saham Lechia, klub sepak bola ini berada di urutan teratas di Polandia. Tapi sekarang, posisinya terjun bebas ke angka 10 dari 15 klub liga di Polandia. Jika dinilai dari kacamata bisnis, tentu saja hal ini tidak menguntungkan. Melihat performa Lechia yang tidak lagi moncer, adakah Yusuf Mansur akan terus melanjutkan membeli saham dengan nilai Rp 41,2 miliar tersebut?
Saat ini, Yusuf Mansur tak lagi segegap-gempita ketika mengumumkan pembelian saham Lechia di awal Desember 2018. Boleh jadi, melihat kenyataan posisi Lechia saat ini, ia sedang merencanakan maneuver baru untuk eksistensi dirinya di dunia pencitraan.