Oleh: Tabrani Syabirin
Yusuf Mansur, alias Jama’an Nurchotib Mansur memang tidak pernah sepi dari monuver untuk mengumpulkan uang. Sepak terjang sedekahnya banyak dikritik bahkan ada yang melaporkan dirinya ke polisi dengan tuduhan penipuan.
Hanya saja suara -suara yang mempersoalkan dan mengritik atau memberikan usulan seakan tidak berarti, seperti membentur tembok besar. Atau seperti berteriak seorang diri di tengah padang pasir. Jangankan suaranya akan terdengar, deru pasir saja sudah lebih dari cukup untuk menenggelamkannya. Kenapa bisa? Apa yang dilakukan Yusuf Mansur? Dia mmbentengi dirinya dengan kokoh.
Benteng Yusuf Mansur
Ada empat realitas yang dianggap Yusuf Mansur yang membentengi dirinya. Pertama, uang yang banyak. Kumpulan uang sedekah memang cukup kokoh membentengi dirinya. Buktinya sampai saat ini kasus-kasus yang melilit dirinya dengan mudah diatasinya.
Dulu saja Yusuf Mansur tidak tersentuh hukum. Apa lagi sekarang dia sudah mengkonversikan uang sedekahnya itu ke bisnis Paytren. Bisnis ini juga sudah difatwakan oleh ulama sebagai bisnis haram karena mengandung unsur penipuan, spekulatif dan bernilai gharar, serta riba.
Tapi fatwa apa pun akan ditepis dan dianggap tidak ada oleh Yusuf Mansur. Jangankan hanya fatwa yang belum berujung produk hukum, yang sudah jelas pasal hukumnya saja tidak mampu meredakan petualangan Yusuf Mansur. Mungkin Yusuf Mansur akan berkata sambil tertawa dan berkata, “the cash money is king”.
Kedua, Yusuf Mansur merasa sangat aman dan patentang patenting, wara-wiri ke sana ke mari karena berlindung di bawah payung politik Pasangan Presiden 01.
Dalam pemilihan presiden April lalu, Yusuf Mansur menjadi tim sukses Jokowi-Makruf Amien. Tapi sayang saat kampanye pilpres lalu tidak ada pernyataannya untuk memenangkan pasangan 01 cukup dengan bersedekah, sebagaimana yang selalu diserukan bahwa untuk mengatasi kesulitan hanya dengan bersedekah. Pengen naik naji, pengen punya mobil cukup dengan sedekah. Pengen punya mobil baca salawat kepada Nabi Muhammad SAW 1000 x, lalu bersedekah. Lalu muncul event sedekah nasional. Masuk sorga secara paket dengan program sedekah.
Dalam pilpres lalu pasangan Jokowi-Makruf mestinya tidak perlu repot mencari biaya kampanya ke sana kemari, tidak perlu harus menelan korban jiwa lebih 600 orang dari petugas KPPS. Juga tidak perlu capek-capek berkampanye, lalu mengarahkan polisi dan lain-lain untuk menang dalam pemilihan presiden. Mengapa Yusuf Mansur tidak mengajukan program untuk pemenangan Jokowi – Makruf dengan program sedekah pilpres? Barangkali Yusuf Mansur takut ditertawakan. Selain itu mungkin tidak yakin tawarannya akan diterima.
Tujuan Yusuf Mansur memang bukan itu. Yusuf Mansur berpihak kepada pasangan O1 hanya untuk mendapatkan perlindungan politik. That’s all. Dengan demikian upaya hukum yang sedang mengejarnya akan tumpul.
Ketiga, Yusuf Mansur masuk NU dan jadi anggota Banser. Maka dengan percaya diri Yusuf Mansur memakai jaket loreng Banser. Mungkin dia membayangkan dan berhalusinasi dengan memakai jaket loreng Banser tidak ada lagi yang berani melaporkan dirinya ke polisi atau menganggu petualang sedekahnya atau bisnis Paytren-nya yang dinilai ulama sebagai bisnis yang berkonotasi haram.
Upaya kreatif Yusuf Mansur bisa saja benar buat sementara waktu. Tapi tanggul-tanggul penyangga itu akan jebol seiring terjadinya perubahan cuaca politik. Langit mendung, lalu hujan mengguyur terus menerus tiada henti. Banjir datang akan menyapu apa saja yang dihadapannya.
Jokowi saat ini sedang sibuk mengatasi persoalan Papua yang meminta referendum untuk merdeka. Selain itu Jokowi juga harus menyiapkan jurus menaikkan pertumbuhan ekonomi yang makin tidak mengembirakan, dimana pertumbuhan ekonomi masih tetap pada kisaran di bawah 5%. Tahun 2019 ini negara akan mulai membayar bunga hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo. Jokowi tentu akan fokus dalam masalah ini daripada memikirkan Yusuf Mansur.
Selain itu Yusuf Mansur harus ingat bahwa Indonesia adalah negara yang berlandaskan kepada hukum. Setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama di mata hukum. Tidak ada seorang warga negara yang kenal hukum. Mantan ketua PPP Romahurmuzy, alias Romi kurang dekat apa dengan Jokowi? Dia ketua partai pendukung Jokowi. Hampir tiap pojok di Jateng dan Jatim ada baliho dirinya dengan Jokowi. Dan sering sarapan bersama Jokowi. Tapi apa yang terjadi? Romi tetap di tangkap KPK dalam kasus korupsi jual beli jabatan di Kemenag lalu Jokowi cuci tangan.
Kasus Yusuf Mansur
Kalau kasus dugaan penipuan dan ajaran sesat Yusuf Mansur ini tidak dihentikan maka masyarakat akan melakukan langkah-langkah:
Mendatangi Yusuf Mansur. Seperti terjadi beberapa waktu lalu. Sekelompok orang mencegat Yusuf Mansur yang mau berceramah sedekah di suatu masjid. Saat itu sekelompok pemuda menghadang Yusuf Mansur lalu menyodorkan bukti setoran modal usaha patungan yang mesti dia kembalikan. Mungkin karena takut ketahuan dan malu, saat itu juga Yusuf Mansur membayarnya.
Menagih paksa dan ancam. Ahmad Soemargono, alias Gogon, Ketua KISDI pernah mengancam Yusuf Mansur kalau tidak segera membayar uang temannya yang ditilap Yusuf Mansur sejumlah Rp. 15 M.
Penulis pernah membaca SMS Bang Gogon ,”Cup, kita ini sama-sama Betawi, lo jangan maen-maen. Segera bayar duit yang 15 M itu. Dia itu teman gua. Lu coba-coba kagak bayar, gua bunuh benaran lu.”
Rupanya diancam seperti ini Yusuf Mansur takut. Akhirnya dengan cara mencicil uang tersebut dikembalikan dalam bentuk barang.