Ibadah Kaum Sufi
Oleh : Tabrani Sabirin
Kaum Sufi adalah tentara Allah ( حزب الله ). Yang sudah diridhoi oleh Allah. Hidupnya untuk semua hal yang dicintai dan diridhoi oleh Allah. Karena itu ibadah bagi kaum Sufi adalah patuh dan tunduk menjalankan perintah Allah. Bahkan secara ringkas ibadah itu adalah segala sesuatu perbuatan dan ucapan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, meliputi lahir dan bathin.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 -728 H) mendefinisikan secara ringkas bahwa ibadah itu adalah اسم جامع فيما يحبه الله و يرضاه من الأقوال و الأفعال ظاهرا او باطنا (Berbuat atau mengucapkan apa saja yang diridhoi dan dicintai Allah merupakan ibadah).
Anda rajin shalat tentu Allah suka. Begitu juga memberikan sedekah, infaq mengeluarkan harta dan membantu tegaknya syariat Allah tentu termasuk perbuatan yang diridhoi dan dicintai oleh Allah.
Di dalam Al-quran ada beberapa ayat yang menceritakan tentang Rasulullah orang-orang yang mengikutinya sebagai ahli sorga yang sudah diridhoi olehNya. QS 48:19 : “Sesungguhnya Allah telah meridhoi orang-orang mukmin yang berbai’at kepada mu (nabi Muhammad SAW) di bawah pohon (di Hudaibiyah). “
Allah mengetahui hati mereka. Maka Allah menurunkan ketenangan dan menaunginya dengan kemenangan yang dekat.
Seperti dicatat dalam tinta emas sejarah kegemilangan Islam. Pada saat bai’at di Hudaibiyah tersebut ada 1400 orang sahabat yang mengulurkan tangan kepada Rasulullah sebagai tanda kesetiaan. Kalau harus mati, semua siap mati. Allah sudah menjamin sorga buat mereka. Ridho Allah adalah kunci dari Ibadah. Kesetiaan kepada Islam adalah ibadah yang paling agung.
Dalam urutan orang-orang yang dijamin masuk sorga setelah Rasulullah SAW adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Lalu 10 orang yang dijamin masuk sorga: Saad bin Abi Waqqas, Zubeir bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Hamzah bin Abdul Muthalib, Saad bin ar-Rabi’. Lalu disusul oleh Fatimah, Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Lalu Ukasyah, dan shahabat yang ikut berbai’at di Hudaibiyah.
Salah satu dari 1400 shahabat yang dijanjikan oleh Allah masuk sorga adalah Mughiroh bin Syukbah. Nama lengkapnya Mughiroh bin Syukbah bin Abi Amir bin Mas’ud. Dia juga bergelar Abu Isa. Lalu Umar bin Khattab memberinya gelar Abu Muhammad karena Nabi Isa tidak punya bapak. Riwayat dan karier hidupnya sangat fenomenal. Hanya sejarawan Islam kontemporer tidak banyak mengutip tentang dirinya.
Akan tetapi dalam kitab sejarah klasik seperti Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, riwayat dan karier politiknya diungkap agak panjang. Begitu juga dalam kita الكامل فى التاريخ oleh Ibnul Atsir. Dalam kitab سير الأم النبلأ oleh Imam Azzahabi cerita tentang Mughiroh diungkap sangat panjang.
Mughiroh ini bukan dari kalangan Qurais. Dia berasal dari Bani Tsaqif di Thaif. Dia masuk Islam setelah perang Khandaq. Lalu hijrah ke Madinah. Mughiroh sangat baik keIslamannya. Allah telah menuliskan Iman di hatinya. Dia seorang pejuang Islam yang gagah berani. Fasih dalam berdebat dan berdiplomasi. Ada 12 hadis shahih darinya. Menikah paling sedikit 70 kali. Dia juga bergelar si Tukang Kawin كان المغيرة نكاحا للنساء.
لقد تزوجت سبعين امرأة او اكثر.
“Betul sekali. Aku telah menikahi perempuan 70 orang lebih”.
Perbuatan Mughiroh bin Syukbah yang terus menikah dan bercerai tidak ada shahabat yang mencelanya. Karena Mughiroh tetap dalam koridor syariat. Kalau dia melanggar tentulah khalifah khususnya Khulafaur Rasyidin akan menjatuhkan hukuman terhadapnya.
Mughiroh menikahi 4 anak perempuan Abu Sufyan. Anak terakhir dari Abu Sofyan yang dia nikahi adalah Araj binti Abu Sofyan.
Dalam perundingan Hudaibiyah, Mughiroh menjadi ajudan Rasulullah yang sangat ditakuti. Dalam perundingan yang cukup memakan waktu itu, Mughiroh berdiri tepat di belakang Rasulullah SAW dengan pedang terhunus dan siap memenggal kepala lawan runding dari kaum Musyrikin Quraisy, Urwah bin Mas’ud.
Rasulullah juga menugaskan Mughiroh bersama Abu Sofyan menghancurkan patung Latta dan Uzza dalam perang Hunain. Dia juga salah seorang yang masuk ke dalam kuburan Rasulullah bersama Ali bin Abi Thalib ketika Rasulullah SAW dikuburkan.
Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dia menjadi panglima di Bahrain. Pada masa Umar bin Khattab Mughiroh menjadi salah satu komandan Perang Qadisiya dengan panglima saat itu Saad bin Abi Waqqas.
Mughiroh terus mengikuti kemana kekuasaan beredar. Dalam Perang Shiffin antara Ali bin Abi Thalib melawan Muawiyah bin Abi Sofyan, Mughiroh memastikan sikap politiknya dengan berpihak kepada Muawiyah.
Ada tiga bintang dari pihak Damaskus yaitu Muawiyah bin Abi Sofyan, Amru bin Ash dan Mughiroh bin Syukbah.
Kata Mughiroh tentang perempuan: “Punya isteri satu, kalau isterimu sakit maka kamu juga sakit. Kalau dia lagi haid, kamu juga haid. Punya dua isteri seperti berada di ujung tanduk api yang membara. Karena itu aku menikahi empat perempuan sekaligus dan kalau menjatuhkan thalak juga empat sekaligus.
Ini semua dilakukan dalam ibadah kepada Allah. Pernah seorang bertanya, “Ya Mughiroh, kalau anda tahu besok dunia akan kiamat, malamnya apa yang akan anda lakukan?” “Saya akan menikah terlebih dahulu, lalu malamnya bercumbu dengan isteri. Dunia kiamat pun menikah harus lebih utama dibanding shalat sunnah semalam suntuk.” Mughiroh bin Syukbah meninggal tahun 50 H.