Menjadi Sufi dan Kaya Raya
Oleh: Thabrani Syabirin
Suatu saat di Kota Fez, Maroko, salah seorang syeikh sufi dari tarekat At-Tijaniyah memberikan ijazah kepada mired-murid yang telah suluk dan tirakat dan bertalaqqi serta bermudawamah selama beberapa tahun.
Sebelum melepas muridnya untuk membuka cabang tarekat At-Tijaniyah, sang syeikh berwasiat, “Pergilah kalian ke Andalus (Spanyol), di sana ada sufi besar yang sangat bertaqwa “.
Setelah mendapatkan alamat dari gurunya, sang murid yang amat berbakat untuk menjadi syeikhul masyaiekh ( شيخ المشايخ ) dari tarekat At- Tijaniyah itu berangkatlah ke Spanyol dari Fez, Maroko.
Dengan tekad kuat, serta semangat yang menggelora, perjalanan jauh memakan waktu berhari- hari itu bisa dilewati. Ala kulli hal, sampailah sang sufi kecil ke rumah sang sufi besar di kota Granada, Spanyol.
Untuk menyegarkan kita, saat itu Spanyol adalah negeri Islam. Kota pusat peradaban yang sangat maju. Banyak pemuda Eropa yang belajar diberbagai universitas di Spanyol. Ada 800 tahun Islam berkuasa di bumi Andalusia itu. Setiap pagi kotanya di semprot dengan parfume. Tiap pagi penduduknya mandi dan berpenampilan necis-necis.
Sang sufi kecil amat kaget melihat rumah sufi yang amat bertaqwa yang disebut gurunya. Rumahnya besar, kereta kuda bagus-bagus. Pasti mahal, pikir sufi kecil. Orang-orang lalu lalang bertamu. Setiap yang pulang pasti membawa hadiah, sedekah dari guru sufi besar.
Apakah saya salah alamat? Tanya murid sufi itu. Dia kembali membuka catatan dari gurunya. Dia mencoba mencocokkan alamatnya, ternyata benar. Inilah alamat yang diberikan gurunya.
Dengan langkah yakin dia mendatangi rumah besar bak istana raja itu. Sang murid melapor kepada penjaga bahwa dia dari Fez ingin berjumpa dengan Syeikh Hasan Al Garanadi ( sebut saja begitu). Penjaga melaporkan kepada Syeikh ada tamu jauh dari Maroko ingin bertemu.
Tidak perlu menunggu lama, Syeikh Hasan mempersilakan tamunya itu masuk. Dengan diantar penjaga, sufi kecil dari Tanduk Afrika itu diterima Syeikh Hasan. Mereka bersalaman secara hangat. Setelah berbicara beberapa kalimat basa-basi, sang tamu disuruh istirahat.
Kata Syeikh kepada pelayannya sediakan makanan, pakaian baru dan kamar yang menyenangkan. Besok habis shalat subuh kita minum kopi dan sarapan.
Kebingungan belum habis dari pikirannya, bagaimana ada sufi besar seperti disebutkan gurunya, pakaiannya bagus, orangnya harum, ramah, baik hati, juga pemurah. Sesuatu yang tidak pernah dia temukan di Fez, Maroko. Selesai mandi, pelayan sudah menyediakan makanan yang amat lezat. Setelah itu sang sufi dari Maroko ini tertidur pulas.
Besok setelah shalat subuh, sang tamu diajak sarapan. Saat sarapan itu Syeikh Sufi Besar dangan Sufi Kecil berdialog, “Guruku menyuruh saya untuk mencari guru sufi yang sebenarnya sufi. Dia mengasih alamat tuan. Saya ingin tuan Syeikh mengajari saya hakekat sufi.
Syeikh Hasan menjelaskan, “Saya dulu juga seperti gurumu dan seperti kamu. Saya dulu pernah menjadi guru dari gurumu. Lalu kemudian kami berteman. Aku pernah menjadi khalifah sufi. Tapi Allah memberi aku hidayah yang lebih luas. Sufi saya sekarang adalah Sufi yang dipraktekkan oleh sahabat nabi Muhammad SAW, para Tabiin dan Tabi’ tabi’in. Itulah sufi yang diridhoi. Sahabat Nabi Muhammad SAW itu seperti bintang. Dari mana saja kita ambil, hidup kita akan bercahaya.
Dengan sedikit terperanjat, Sang Sufi kecil bertanya, “Sufi itu apa tuan guru?”
“Tunggu dulu”, kata Syeikh Hasan. “Saya masih menjadi guru, halaqoh-haloqahku masih ramai. Selain itu aku juga ingin menjadi Abul fuqora’ wal masakin (bapak asuh orang-orang faqir dan miskin). Saya juga menikahi perempuan-perempuan Spanyol ini, dari mereka saya berdoa semoga Allah meridhoiku dengan memberi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Saya juga berniaga supaya menjadi bendahara Allah untuk menyantuni hamba-hambaNya yang tidak mampu. Saya hidupkan sunnah Rasulullah SAW agar umat menikmati manisnya iman. Sekarang apakah memerlukan ilmu dari ku?”
“Tentu saja aku perlu wahai tuan guru,” jawab Sufi Kecil yang sedang terkaget-kaget.
“Sufi itu kata, Syeikh Hasan adalah : ان تترك ما لا تنفعك أمام الله (Engkau tinggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu di hadapan Allah). Pekerjaan sia-sia, perbuatan dosa harus ditinggalkan. Karena itu tidak dapat menolongmu di sisi Allah. Lalu Sufi itu adalhان تترك الدنيا من قلبك لا من يداك . (Engkau tinggalkan dunia dari hati tapi tidak dari tangan). Hatinya tidak dalam penjara dunia, tapi kedua tanganmu menggenggam dunia.و ليس من الصوفي ان تترك الدنيا من يداك لامن قلبك (Bukanlah sufi itu orang yang meninggalkan dunia, tapi hatinya masih mencintai dunia)
Itulah hakekat sufi yang sebenarnya. Agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang membawa keselamatan kepada seluruh penduduk alam. Kalau mau berbisnis dangan naungan sufi itu sangat mulia.