Oleh: Thabrani Syabirin
Tema-tema dakwah “dai sedekah” Yusuf Mansur selalu memprovokasi dan mendorong pendengarnya untuk bersedekah. Untuk itu dia perlu menampilkan sosok dirinya bisa berbicara langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Penjelasan Yusuf Mansur seperti yang kita tonton di tvOne jelas jin atau setan yang mengaku nabi atau bisa juga mengaku wali atau orang sholeh.
Hanya saja –seperti yang sudah dibahas dalam tulisan sebelum ini– tetap ada pendukung fanatik Yusuf Mansur atau orang usil yang menyerang penulis sebagai orang yang iri dan dengki dengan popularitas Yusuf Mansur. Terminologi syirik yang penulis pakai tentu saja maksudnya dalam terminologi akidah. Bukan dalam pengertian sebagaimana kata sirik yang dipakai di lingkungan pergaulan masyarakat Betawi, seperti kata “sirik lu”, dengan arti dengki atau iri.
Penulis tidak ada urusan dengan iri, dengki atau hasad kepada Yusuf Mansur. Tiap orang ada posisi dan statusnya yang sudah ditentukan oleh Allah.
Penjelasan atau argumentasi penulis silahkan dibanding dan dirujuk kepada kitab-kitab tauhid atau silahkan dirujuk kitab tafsir yang muktabar atau kumpulan fatwa lajnah daimah di Arab Saudi. Paling tidak silahkan dirujuk Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Semua keputusan ulama itu pasti akan menyatakan bahwa seseorang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan terjaga, sadar adalah suatu kesyirikan dan kesesatan.
Dalam riwayat dan khazanah sufi pembahasan yang aneh dan sesat melebihi dari Yusuf Mansur itu juga banyak. Tapi semua itu diputuskan sebagai ajaran sesat dan syirik. Muhyiddin Ibnu Arabi yang dikenal sebagai syeikh-nya kaum sufi tidak memerlukan Alquran dan Hadist dalam merumuskan ajaran sufi nya. Pengikut sufi-nya juga sudah tidak perlu lagi shalat. Karena Ibnu Arabi hanya pergi ke kuburan Nabi Muhammad SAW lalu berbicara dengan Nabi. Dalam penjelasannya Nabi mengatakan tidak usah shalat lagi karena maqom-nya sudah tinggi, yaitu maqom nya para auliya’ dan bisa bersatu dengan Allah. Dalam ajaran Ibnu Arabi, shalat itu pertanda seseorang masih berada di tingkatan syariah, tahap pemula. Sementara dia dan pengikutnya sudah berada pada tataran hakikat. Ini jelas suatu kesesatan.
Jadi setan atau jin bisa menjelma seperti orang shaleh yang bertujuan untuk menyesatkan tokoh-tokoh populer tapi tidak paham atau tidak berjalan digaris tauhid seperti yang diamalkan kaum Ahlussunnah wal Jamaah yang benar.
Assari Mohammad pimpinan jamaah Arqom 1994 juga mengaku dapat berbicara langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Ketika diminta untuk menjelaskan sesuai dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadist oleh Dewan Fatwa Kebangsaan Malaysia, Assari Muhammad tidak berkutik. Ditambah lagi rekaman kaset dialognya dengan Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Melayu Malaysia yang memanggil Assari dengan panggilan ‘tuan’ makin membuat Assari terpojok lalu akhirnya mengaku bahwa hal itu dilakukan untuk memperkuat dukungan dari pengikut jamaah Arqom.
Poin ini lalu dijadikan entry poin oleh pemerintah untuk membubarkan Arqom dan segala aktifitasnya di Malaysia dan beberapa negara sampai saat ini.
Lalu apa maksud firman Allah bahwa orang yang meninggal di jalan Allah tidak mati tapi hidup di sisi Tuhan Mereka, QS Ali Imran : 169. “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang syahid di jalan Allah itu mati. Tapi mereka hidup di sisi Tuhannya. Tapi mereka tidak menyadari nya.”
Buya Hamka mengulasnya dengan sangat bagus. Kata Buya, “0rang sudah mati, secara fisik memang sudah habis berkalangn tanah. Tapi ruhnya tetap hidup.” Bahkan para Syuhada itu akan hidup selamanya, selama orang mengenang jasa dan kebaikannya.
Kita yang hidup pada zaman sekarang, secara fisik usia kita paling antara 60- 70 tahun. Jarang sekali manusia moderen berusia diatas 100 tahun. Kendati demikian seseorang bisa berumur 100, 200 bahkan 1000 lebih. Caranya kata Buya Hamka adalah dengan meninggalkan nama baik dan amal baik.
Tokoh-tokoh dan pejuang kemerdekaan kita memang sudah tidak ada yang hidup, semua sudah mendahului kita. Tapi mereka para pejuang itu tetap hidup di hati rakyat Indonesia.
Jadi seseorang yang ingin berumur panjang maka dia harus meninggalkan nama harum, amal baik untuk dibanggakan anak cucunya.
Jadi kembali kepada pernyataan Yusuf Mansur yang bertemu dan ngobrol dengan Nabi Muhammad SAW, jelas itu suatu kesesatan dan kebohongan yang akhirnya akan berujung seperti pendahulunya yang divonis sesat oleh para ulama. Wllau a’lam.