Pendahuluan
thayyibah.com :: Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada di alam ini dengan penuh keselarasan. Menciptakan masing-masingnya saling berpasang-pasangan. Menciptakan dari yang satu menjadi banyak dan tersebar di berbagai penjuru, berkelompok-kelompok menjadi keluarga-keluarga kecil yang penuh cinta dan kasih sayang.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Teladan bagi seluruh insan. Panutan bagi setiap keluarga kecil agar dapat berkumpul bersama di taman yang paling indah, yaitu taman di surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Penciptaan Wanita
Islam adalah agama yang penuh rahmat. Allah menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Selalu ada hikmah di balik setiap penciptaan makhluk. Termasuk penciptaan terbaginya jenis kelamin manusia menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS Al Hujurat : 13)
Kaum perempuan begitu diperhatikan dan dimuliakan dalam Islam. Sebelum datangnya Islam, kaum perempuan begitu dihinakan. Seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut,
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)
Akan tetapi Islam datang memberikan cahaya harapan bagi kaum perempuan. Islam mengeluarkan perempuan dari segala bentuk kezhaliman untuk kemudian menjadikan kaum perempuan sebagai kaum yang patut diperhatikan dan dimuliakan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An Nisa : 19)
Peran Wanita
Seorang wanita memiliki peran yang sangat vital dalam Islam. Seiring bertambahnya usia, ia akan mengalami masa perkembangan peran. Dari sebagai anak kecil bagi kedua orang tuanya, kemudian menjadi istri bagi suaminya, dan menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan seterusnya. Tentu saja ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi ada peran yang senantiasa harus ia jalankan, yaitu sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta‘ala.
Seorang wanita shalihah akan mendedikasikan hidup sepenuhnya untuk menjalankan peran-peran tersebut di atas dengan baik. Pertama ia mungkin tidak tahu bagaimana cara menjalankan peran, kemudian ia belajar dan terus belajar agar dapat menjalankan peran dengan optimal. Tentu saja semua ini butuh proses, bahkan akan terus berproses hingga ia meninggal dunia kelak.
Peran wanita sebagai hamba Allah merupakan peran yang paling utama dalam hidupnya. Karena Allah menciptakan manusia untuk tujuan yang mulia, yaitu beribadah kepada-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz Dzariyat : 56)
Sedangkan peran wanita sebagai istri bagi suaminya adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah, karena Allah lah yang memerintahkan demikian.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan penuh (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, ‘Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka’.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban, shahih)
Adapun peran wanita sebagai seorang ibu adalah peran yang paling penting dalam menghasilkan generasi-generasi Islam yang hebat. Ibu adalah sebaik-baik madrasah bagi anak-anaknya. Seorang ibu yang baik akan memahami bahwa setelah Allah, dialah yang mempunyai peran besar dalam pendidikan anak dengan didampingi suaminya.
Terdapat suatu kisah yang menunjukkan bahwa tidak ada kemuliaan terbesar yang diberikan Allah bagi seorang wanita kecuali dengan perannya sebagai seorang ibu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanyai oleh seseorang;
يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu.” “Kemudian siapa?”, tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau. (HR. Bukhari Muslim)
Teringat bait-bait puisi seorang penyair kenamaan asal Mesir, Hafizh Ibrahim;
Ibu adalah madrasah. Bila engkau mempersiapkannya dengan baik, berarti egkau telah memperisiapkan generasi yang mulia.
Ibu adalah taman. Bila engkau rajin menyiramnya, maka ia akan tumbuh subur dan lebat daunnya.
Ibu adalah guru. Guru terkemuka. Jasa-jasa besarnya akan menyelimuti seluruh cakrawala.
Maka, itulah peranan wanita. Begitu penting juga berat namun begitu mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Bersambung insya Allah)
****
Penulis: Ovi Aswara Ummu Aisyah
Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah