Oleh: HM Joesoef
Mimpi bertemu Nabi Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam bisa saja terjadi. Para ulama sepakat bahwa hal itu memungkinkan, karena Nabi Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda:
وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa yang berdusta atas diriku secara sengaja maka hendaknya dia mengambil tempat duduk dalam neraka.”(HR. Imam Bukhâri: 110)
Untuk mengetahui bahwa yang ditemui dalam mimpi itu adalah Nabi, hendaknya orang yang bermimpi itu tahu ciri-ciri Nabi Muhammad Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam. Adapun ciri-ciri fisik Nabi itu secara rinci telah ditulis oleh Imam At-Tirmidzi (wafat 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 M) dalam kitab Mukhtashar Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah.
Selain mengetahui betul ciri-ciri Nabi tersebut, para ulama juga sepakat bahwa hal ini adalah pengalaman spiritual seseorang yang tidak boleh diberitakan kepada sembarang orang, apalagi diumumkan secara terbuka.
Mengaku bermimpi bertemu Nabi dalam mimpi, padahal yang terjadi tidak demikian, akan mendapat ancaman yang serius. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ
“Siapa yang mengaku bermimpi, padahal dia tidak mengalaminya, maka kelak di hari kiamat dia akan dibebani perintah untuk mengikat 2 biji gandum, dan tidak mungkin bisa melakukannya.” (HR. Imam Bukhari: 7042).
Ini baru mimpi bertemu Nabi. Lalu, bagaimana jika ada orang mengaku bertemu Nabi secara langsung? Yusuf Mansur yang dikenal dengan ustadz sedekah itu, pernah mengaku bertemu Nabi Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam dan mengingatkannya tentang banyak hal. Pengakuan Yusuf Mansur itu diutarakan dalam sebuah pengajian terbuka dan diunggah untuk pertama kalinya pada Desember 2016. Pada bulan Mei sampai Juli 2019 ini, video tersebut diunggah kembali dan disebar lagi oleh beberapa pihak.
Jika bermimpi saja ada syaratnya, bagaimana jika mengaku bertemu langsung? Ibnu Hajar Al-Asqolani (773 H/1372 M – 852 H/1449 M), pensyarah kitab Shahih Bukhari, Fathul Bari, pernah memberi komentarnya tentang orang yang mengaku-ngaku pernah bertemu Nabi Shallahllahu ‘alaihi wa Sallam di alam sadar.
“Jika ada orang bisa bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di luar mimpi, tentu mereka menjadi sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mungkin saja masa sahabat itu terus berlangsung sampai hari kiamat. Dan ini terbantahkan dengan adanya banyak orang yang bermimpi ketemu beliau, namun tidak ada satupun diantara mereka yang mengaku dirinya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di alam sadar.” (Fathul Bari).
Definisi sahabat itu adalah orang yang bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi beriman kepada beliau dan wafat sebagai muslim. Jika klaim Yusuf Mansur ini benar, bahwa dia bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di kendaraan dan sebelum tidur, maka dia sejatinya adalah seorang sahabat. Hebat bukan?
Coba kita tengok sirah, pasca wafatnya beliau, tidak seorang pun sahabat yang mengaku pernah bertemu Nabi di alam nyata. Bahkan putrinya, Fatimah az-Zahra, yang amat berduka atas wafatnya ayahandanya, tidak pernah bertemu di alam nyata. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wafat pada 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, tidak lama kemudian Fatimah menyusul dan wafat pada 13 Ramadhan tahun 11 Hijriyah.
Jika Yusuf Mansur berani mengaku bertemu dengan Nabi, dan itu jelas-jelas sebuah kebohongan, bagaimana dengan umat Islam kebanyakan?