Doa ini dicantumkan Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah sebagai doa buka puasa juga, setelah doa pertama di atas. Artinya, menurut Sayyid Sabiq, doa ini sah-sah saja dibaca.
Doa yang mirip dengan ini dicantumkan dalam footnote Fiqih Islam wa Adillatuhu, diambil dari riwayat Daruquthni.
Selain itu, juga dicantumkan doa berbuka puasa riwayat Daruquthni. Sehingga berbunyi:
(Allohumma laka shumnaa wa ‘alaa rizqika afthornaa fataqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim)
Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu puasa kami dan dengan rezeki-Mu kami berbuka. Maka terimalah (puasa) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Doa dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu
Bahkan, ada doa lain yang lebih panjang, dicantumkan Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu. Beliau menyebutnya sebagai doa yang ma’tsur namun tidak ada keterangan doa ini riwayat siapa.
(Allohumma innii laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu wa ‘alaika tawakkaltu wa bika aamantu, dzahabadh dhoma-u wabtalatil uruq wa tsabatal ajru insyaa-aLlahu ta’ala. Yaa waa si-al fadhli ighfirlii, alhamdulillaahil ladzii a’aananii fashumtu wa rozaqonii fa-afthortu)
“Ya Allah, sesungguhnya aku berpuasa karena-Mu dan aku berbuka dengan rezeki-Mu. Kepada-Mu aku bertawakal dan kepada-Mu aku beriman. Dahaga telah lenyap, urat-urat telah basah dan pahala telah pasti didapatkan, insya Allah. Wahai Tuhan yang luas karunia-Nya, ampunilah dosaku. Segala puji bagi Allah yang telah membantuku sehingga ku dapat berpuasa dan memberiku rezeki sehingga aku dapat berbuka.”
Kesimpulan, doa yang paling shahih memang doa
Namun, kita juga perlu menghormati doa lain yang para ulama juga memiliki hujjahnya. Wallahu a’lam bish shawab.