Sepanjang tahun 2016 dan 2017, Yusuf Mansur dan orang-orang Paytren, dalam upaya menarik anggota baru Paytren, mereka menggembar-gemborkan rencana Yusuf Mansur membeli klub-klub sepakbola elite Eropa, semisal Real Madrid dan Machaster United. Bahkan, ramai pula berita Yusuf Mansur akan membeli saham FIFA (padahal FIFA itu organisasi internasional). Berita itu kemudian menghilang dengan sendiri.
Tiba-tiba di awal Februari 2018 ramai berita soal Yusuf Mansur dan Paytren-nya membeli klub sepakbola asal Karawang, Persika. Menejer klub Persika Karawang Rakhmat Gunadi saat itu menyatakan, Yusuf Mansur selain menjadi komisaris, dia juga sebagai penyandang dana utama klub.
Sejak Ferbruari 2018 itu, puja-puji kepad Yusuf Mansur dan Persika seperti gelombang banjir bandang. Di akun media sosial miliknya, Yusuf Mansur yakin benar Persika akan besar di tangannya. Karena selain dia mengaku sebagai ahli bisnis dan ahli olahraga, Yusuf Mansur juga yakinkan masyarakat dengan kesholehannya yang bisa membuat Persika menjadi klub yang mendunia.
Namun apa lacur, Persika yang waktu itu hanya bisa bermain di Liga 2 Indonesia itu, kini makin terpuruk di perhelatan kompetisi sepabola tanah air. Musibah yang menimpa klub dengan julukan Laskar Jawara ini dimulai dengan pengunduran diri pelatih kepala Ricky Nelson pada 15 Juli 2018. Alasanya pengunduran Ricky adalah karena seringnya gaji yang dibayar terlambat dan tidak dipenuhinya tunjangan lain sebagai pelatih oleh menejemen.
Dua minggu berselang dari pengunduran diri Ricky Nelson, 12 pemain inti Persika mengikuti jejak pelatihanya, mengundurkan diri. Alasan yang dipilih sama, keterlambatan gaji dan tak penuhinya tunjangan-tunjangan mereka sebagai pemain.
Diakhir tahun 2018 lalu, semua pemain Persika Karawang kembali alami goncangan. Pasalnya gaji dan tunjangan-tunjangan pemain belum dibayar Yusuf Mansur. Dari pemberitaan, nilai yang harus dibayar Yusuf Mansur sebagai kewajibannya kepada Persika lebih dari satu milyar.
Dalam Desember 2018, Yusuf Mansur membayar kewajibannya kepada pemain dan lainnya sebesar Rp. 100 juta. Sedangkan sisanya yang lebih dari satu milyar kewajibannya itu dijanjikan lunas dalam Januari 2019.
“Insya Allah sampai bulan kemarin masih saya cicil, Rp 100 juta. Insya Allah Januari ini semoga sudah bisa selesai. Tidak usah berharap ke yang lain, berharap ke saya saja. Saya yang bertanggung jawab penuh soal Persika,” tulis Yusuf Mansur di akun Instagram miliknya.
Menanggapi masalah keuangan yang menimpa Persika ini, Yusuf Mansur memberikan tanggapan dan jawaban seperti biasa. Seperti dalam kegagalan-kegagalan bisnis dia yang lain, Yusuf Mansur memberikan jawaban yang sama. Dia mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada masyarakat. Kali ini kepada masyarakat Karawang.
“Saya memang salah dan saya terima. Teriring permohonan maaf selalu,” begitu jawaban Yusuf Mansur soal Persika. Jawaban ini sama seperti bisnis-bisnis dia yang gagal lainnya.
Di bawah Yusuf Mansur, Persika Karawang justru makin terpuruk. Alih-alih naik peringkat ke Liga 1, Persika malah makin terjerumus ke Liga 3. Jumat (15/2) penulis mengunjungi markas Persika di Stadiun Singaperbangsa, Karawang. Di kantor klub tak ada aktifitas apa-apa. Ruangan kantor terkunci rapat. Kantornya seperti rumah yang ditinggal pergi penghuninya kabur entah ke mana.
Penulis kemudian mendatangi mess Persika yang berada di Jalan Ahmad Yani, Karawang. Tak ada satupun pemain yang tampak. Seorang ibu yang penulis temui di situ mengaku sebagai istri dari pengurus mess yang tinggal di situ. Hampir sama nasibnya dengan kantor klub,mess ini juga sepi dan tak terurus. Itupun terlihat seperti sebuah rumah tinggal ketimbang sebuah mess pemain sepakbola. Di samping mess yang ada, ada ruang-ruang yang baru dibangun. Itupun terlihat belum selesai dibangun dan seperti ditinggal pergi oleh pekerjanya.
Menejer Persika, Rakhmat Gunadi sempat berkomunikasi dengan penulis Jumat (15/2) lewat pesan WA. Beberapa pertanyaan yang diajukan penulis dijwabnya. Namun ketika penulis menyinggung soal sisa kewajiban Yusuf Mansur kepada pemain Persika yang lebih dari satu milyar yang dijanjikan dilunasi dalam Januari 2019 itu tak dijawab oleh Gunadi. Sampai artikel ini ditulis Rabu (27/2) Rakhmat Gunadi yang juga pejabat pada Pemda Kabupaten Karawang ini tidak menjawab. Walaupun pada layar WA sudah terlihat tanda terbaca.