thayyibah.com – Berikut isi ceramah* Fahri Hamzah yang disampaikan pada acara Munajat 212 di Monas Jakarta pada 21 Februari 2019. Ceramahnya juga dapat ditonton pada Youtube.com
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Assalatu wassalamu ‘ala asrafil anbiyai wal mursalin Wa’ala alihi waashabihi ajma’in. Amma ba’du.
Hadirin hadirat sekalian, para ulama, para habaib, para tokoh yang hadir pada malam hari ini. Bapak-bapak, Ibu-ibu, emak-emak, kaum milenial yang berbahagia.
Saya ingin sedikit saja menarik perhatian kita, tentang sesuatu yang memang hinggap pada perasaan kita yang paling dalam. Merenungi keadaan dan situasi kita, ketika umat selalu hadir dalam saat-saat penting, momen-momen penting sejarah bangsa Indonesia.
Saya kebetulan sempat agak dalam berbincang dengan Imam Besar kita Habib Muhammad Rizieq Shihab di Mekkah Al-Mukarramah bersama saudara Fadli Zon.
Saya ingin menyampaikan juga, bahwa pada malam beliau ditangkap di Mekkah, kami kebetulan sedang berada di rumah beliau, kami menunggu sampai subuh beliau dikembalikan setelah ditangkap beberapa jam dan diinterogasi panjang. Ada banyak sebenarnya berita, yang kalau kita ungkap, itu bisa mendatangkan kegaduhan publik. Tetapi oleh beliau minta kita simpan.
Saya sendiri, pada saat beliau ditangkap kedua, kebetulan saya ada di luar negeri, juga diberi kabar bahwa beliau tiba-tiba ditangkap, dan seluruh surat-surat beliau tidak pegang.
Tapi setelah beliau pulang dan saya bertemu, saya bertanya, “apa yang terjadi, Bib?” Saya ingin meminta kejelasan, kenapa situasi kita berada dalam ketidakjelasan terus-menerus. Saya bertanya kepada beliau, “Apa yang terjadi Bib?”
Satu kalimat yang selalu sering saya dengar dari beliau adalah “Tidak ada masalah di Saudi ini. Semua orangnya baik. Semua orangnya mengerti kita. Tetapi ini ada tangan-tangan dari tempat lain yang menyebabkan situasi di sini menjadi tidak jelas”.
Karena itu, saya ingin menyatakan, apa yang tidak jelas itu. Kenapa kita berkumpul. Kenapa umat bangkit. Kenapa kita selalu hadir di tengah-tengah keadaan ketika tidak jelas.
Saya ingin mengatakan. Pada Reuni 212 yang terakhir (tahun 2018). Ada seorang adik kita, seorang Qori. Yang membaca satu ayat di dalam Al-Quran, yang sejak itu saya membaca dan ingin mengulasnya.
أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِِْ
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya, orang-orang munafik akan berada di dalam neraka yang paling dalam, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (An-Nisa: 145)
Rasanya saya ingin mengambil kesimpulan. Yang membuat umat ini bangkit dan menggeliat adalah karena ada kemunafikan yang massif di mana-mana.
Ini yang menusuk jantung kita, ini yang menusuk hati kita, dan ini yang membangkitkan umat dimana-mana. Karena ada kemunafikan.
Saya ingat sebuah hadits. Waktu saya SD, saya menghafal hadits itu;
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Tanda-tanda orang munafik itu tiga. Kalau dia berkata, dia dusta (berbohong), kalau dia berjanji, dia ingkar (tak menepati janji), kalau dia diberi amanah, khianat (HR Al-Bukhari)
Kenapa kita gelisah? Karena ada pengkhianatan di sekitar kita. Kenapa kita gelisah? Karena ada yang ingkar di sekitar kita. Kenapa kita gelisah, karena ada yang berbohong di sekitar kita.
Dan apabila dusta dan kebohongan itu mengisi panggung politik, mengisi kantor pemerintah, mengisi Istana, maka kegelisahan akan meluas menjadi kegelisahan publik.
Saya ingin menyatakan ini sebagai satu kesaksian. Agar kita malam ini, berdoa dalam munajat kita kepada Allah,
“Ya Allah, singkirkanlah orang-orang munafik. Ya Allah, singkirkanlah orang-orang munafik. Ya Allah, tumbangkanlah kekuasaan orang-orang munafik! Rampaslah kekuasaan mereka! Cabutlah wibawa mereka! Hancurkan tahta mereka!”
Karena kalau tidak, umat akan terus gelisah. Kita tidak akan pernah berhenti melakukan seperti ini, sampai umat mendapatkan orang (pemimpin) yang mulutnya bisa dipercaya, hatinya lurus, dan tidak khianat kepada ulama dan bangsa ini.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya, orang-orang munafik akan berada di dalam neraka yang paling dalam, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka!
Demikianlah yang saya ingin ingatkan sedikit. Semoga dalam doa kita, kita teruskan Munajat ini. Sehingga Habib Rizieq bisa pulang, menjadi ulama bangsa, membimbing umat dan bangsa kita, sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang ‘baldatun thayyibahtun wa Rabbun ghafur’.
Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum wr. wb.
*Ceramah Fahri Hamzah di depan ratusan ribu orang dalam Munajat 212 Untuk Keselamatan Bangsa, Monas-Jakarta, 21 Februari 2019