Oleh : Hersubeno Arief
Hari ini pasangan Anies-Sandi genap 100 hari memimpin Jakarta. Bagaimana nilai rapor kinerjanya. Apakah merah, biru, merah semua, atau biru semua?
Mengambil analogi anak sekolah, atau mungkin lebih tepatnya anak kuliahan, Anies-Sandi bagi sebagian dosen dan mahasiswa lainnya adalah unwanted student. Mahasiswa yang tidak diinginkan. Tentu sangat menarik untuk mengevaluasi nilainya.
Sejak awal mereka sudah dipersepsikan tidak bakal mampu menjadi “mahasiswa” yang baik, dan bisa menyelesaikan kuliahnya selama lima tahun. Apalagi janji yang mereka buat, terkesan sangat muluk.
Mulai dari penghentian proyek Reklamasi, Rumah Dp. 0 persen, menata PKL, dan berbagai janji muluk lainnya. Tongkrongan keduanya tidak meyakinkan bisa merealisasikan semua janji itu.
Melihat penampilannya, keduanya dipastikan bakal _drop out_ di tengah jalan. Tidak bakal _perform._ Maklumlah DKI Jakarta sebelumnya punya jagoan top. Hebat dalam segalanya, bernama Ahok.
Makanya tidak perlu kaget sejak awal Anies-Sandi dibully habis. Mau bikin apapun pasti salah. Apa lagi kalau tidak bikin apa-apa. Bener gak bener, pokoknya harus gak bener. Itulah nasib keduanya.
Hiruk pikuk medsos, framing media mainstream, pernyataan sejumlah pengamat dan lembaga survei, kian membuat pasangan ini dipandang sebelah mata.
DKI Jakarta ini kota yang sangat keras, bahkan ada yang menyebutnya lebih kejam dari ibu tiri. Figur yang memimpin juga harus keras. Harus berani bentak sana, bentak sini. Gertak sana, gertak sini.
Kalau perlu gebrak meja dan broadcast di Youtube. Biar semua orang tahu. Dengan begitu semua orang yang selama ini sok jagoan jadi mengkeret. Gubernur kok dilawan?
Orang kampus, akademisi model Anies tidak mungkin bisa memimpin Jakarta. Apalagi cuma modal senyum.
Itu semua framing, bully-an. Mereka ingin membentuk persepsi publik bahwa keputusan mayoritas Jakarta memilih Anies-Sandi adalah kecelakaan sejarah. Warga Jakarta bakal menyesal seumur hidup karena keputusannya itu.
*Melebihi harapan*
Bagaimana sekarang faktanya? Mahasiswa yang tidak diinginkan ini ternyata tahan banting juga. Mereka menghadapi bully-an dengan senyum dikulum. Terus bekerja dalam diam. Hasilnya? Anda bisa nilai sendiri.
Mereka sudah menyelesaikan berbagai “mata kuliah,” padahal belum sampai satu semester. Bukan hanya “mata kuliah” wajib yang mereka bereskan. Mereka juga menyelesaikan beberapa “mata kuliah” tambahan dengan baik, super baik malah.
Hari pertama Anies-Sandi bikin kaget banyak orang. Mereka menutup hotel Alexis yang oleh Ahok disebut sebagai surga dunia. Alexis tidak termasuk dalam daftar 23 janji kampanye, tapi termasuk yang paling banyak mendapat sorotan.
Ahok yang jagoan saja tidak berani menutupnya. Maklum banyak kepentingan yang bermain di belakangnya. Tapi tanpa banyak bicara, izinnya tidak diperpanjang. Tanpa ampun Alexis tutup. Untuk “mata kuliah” tambahan ini nilai mereka A+.
Reklamasi Pantai Utara. Banyak pengamat dan media menilai janji ini tidak mungkin dipenuhi. Proyek ini secara kasat mata diback up penuh oleh pemerintah pusat dan melibatkan para pengembang kelas jumbo.
Presiden Jokowi sampai harus menurunkan Menko Maritim Luhut Panjaitan untuk mengawal proyek raksasa tersebut. Namun tidak menunggu 100 hari, Reklamasi Pantai Utara Jakarta dihentikan.
“Mata kuliah” proyek Reklamasi ini punya bobot satuan kredit semester (SKS) paling tinggi, dengan dosen super kiler. Anies-Sandi ternyata bisa lolos. Nilainya outstanding. A+ tidak cukup. Yang layak kalau ada nilainya AAA+.
Rumah Dp. 0 persen. Bobot janji kampanyenya sedikit di bawah penghentian Reklamasi. Banyak pengamat menilai Anies-Sandi sedang mengigau ketika menggagas proyek ini. Sangat tidak masuk akal. Keduanya hanya PHP (Pemberi Harapan Palsu).
Lagi-lagi Anies-Sandi bisa membuktikan janjinya. Proyek rumah Dp. 0 persen saat ini sedang dibangun di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Proyek kedua segera menyusul. Nilai untuk Dp. 0 persen juga sangat tinggi AA+.
Total dari 23 janji kampanye, media menyebut Anies-Sandi, sudah menunaikan 10 janji, hanya dalam waktu kurang dari 100 hari.
Masih ada 13 janji lain yang belum ditunaikan oleh keduanya. Publik akan mengawasi dengan cermat, apakah Anies-Sandi dapat memenuhi janjinya.
Melihat cara kerja keduanya, cepat dan konsistennya mereka dalam memenuhi janji, tidak mengherankan mereka akan lulus dengan nilai yang luar biasa biru.
Kalau mau adil silakan bandingkan nilai kinerjanya dengan apa yang sudah dikerjakan oleh Jokowi, Ahok, dan Djarot dalam periode yang sama. Siapa yang hanya obral janji, dan siapa yang memberi bukti?