thayyibah.com ::
… Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)
Sahabat, hampir setiap orang sukses di dunia ini merupakan orang yang memiliki rancangan masa depan, dan kebanyakan rancangan ini tertulis serta berisikan target-target yang ingin dicapai, rencana-rencana kerja yang akan dilakukan, bahkan juga analisa hambatan yang kira-kira akan ditemui dalam proses pencapaian target tersebut.
Demikian juga yang dilakukan oleh perusahaan besar, mereka memiliki rancangan masa depan yang mendetail, sehingga rancangan ini membuat orang-orang di dalamnya bisa bekerja dengan fokus tinggi dan biasanya mendapat energi lebih untuk mencapai target.
Jauh berbeda dengan individu maupun perusahaan yang tak memiliki rancangan apapun, bekerja tanpa targetan, dan membiarkan segala sesuatu berjalan begitu saja seperti air yang mengalir. Mungkin banyak yang lupa bahwa air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Sudah pasti sebagai muslim kita perlu untuk membuat rancangan masa depan, tak hanya berisikan target duniawi, namun juga targetan untuk kehidupan akhirat kelak.
“Dan carilah apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu dari negeri akhirat, dan jangan lupakan bagianmu di dunia.” (QS. al-Qashash: 77)
Rancangan masa depan akhirat ini diharapkan bisa memacu kita untuk memperbanyak amal shaleh, memperbagus amal ibadah, juga membuat kita fokus untuk mendapat posisi yang baik di akhirat kelak.
Lalu, bagaimana cara merancang masa depan akhirat yang dimaksud? Sama dengan rancangan masa depan dunia, kita perlu membuat targetan, menentukan prioritas, merencanakan kerja, serta menganalisa hambatan yang sekiranya akan ditemui.
1. Menetapkan target akhirat
Sahabat, Rasulullah telah mengajarkan kita untuk menargetkan yang terbaik dan tertinggi untuk kehidupan akhirat kelak:
“Jika kamu minta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena sesungguhnya surga Firdaus itu berada di tengah-tengahnya surga dan merupakan surga yang tertinggi” (HR. Bukhari)
Oleh sebab itu, targetkanlah untuk mencapai keridhoan Allah dan menempati surga yang tertinggi. Mudah-mudahan kita semakin termotivasi untuk memperbaiki diri.
2. Menentukan prioritas
Penting untuk menentukan prioritas yang utama, karena banyak orang keliru dalam mempergunakan waktunya disebabkan tak mengetahui mana yang lebih prioritas.
Dalam hal akhirat, kita semestinya memprioritaskan diri dan keluarga terlebih dahulu agar terjauhkan dari api neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6)
3. Membuat rancangan kerja berupa amalan unggulan
Ada orang yang merancang amalan unggulannya adalah senantiasa menjaga diri dalam kondisi berwudhu, ada pula yang amalan unggulannya berupa puasa Senin Kamis, atau rutin sedekah di pagi hari, atau berbakti pada kedua orangtua.
Apapun amalan unggulan yang kita tentukan, pastikan amalan tersebut tidak memberatkan sehingga dapat kita lakukan secara kontinyu dalam kondisi apapun dan juga dengan kualitas terbaik.
4. Memastikan diri telah menanam pohon pahala
Yang dimaksud pohon pahala di sini adalah amalan-amalan yang tetap mengalirkan pahala sekalipun pelakunya telah meninggal dunia.
Pastikan diri kita telah menanam minimal satu di antaranya, atau lebih baik lagi jika bisa menanam ketiganya:
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
Shadaqoh jariyah yang dimaksud adalah berupa wakaf, entah itu wakaf tanah, bangunan, sumber pengairan, dan lainnya.
Ilmu yang bermanfaat yakni ilmu kebaikan yang kita ajarkan dan sebarkan pada orang lain.
Sedangkan anak shaleh maksudnya adalah kita mendidik anak dengan ilmu agama dan akhlak mulia serta bersedia terus-menerus mendoakan kebaikan bagi kedua orangtuanya.
Sudahkah kita menanam salah satu dari tiga pohon pahala ini, untuk mengamankan posisi kita kelak di akhirat?
Sadari bahwa kehidupan selalu penuh ujian, dan hal ini bisa menjadi penghambat kita mencapai target.
Misalnya, penghambat utama adalah karakter diri sendiri yang emosional dan mudah marah, atau rasa malas beribadah yang amat dahsyat, atau godaan besar untuk berbuat maksiat dari lingkungan sekitar. Atau justru rasa bangga diri yang terselip di hati yang dapat merusak segala amalan.
Sadari dan waspadalah terhadap hambatan-hambatan tersebut!
Sahabat, merancang masa depan akhirat memang bukanlah perkara mudah. Akan tetapi sangat berharga untuk kita lakukan. Bahkan setelah kita merancangnya pun belum tentu kita berhasil mencapainya, apalagi jika kita tak pernah meniatinya.
Tak ada ruginya membuat rancangan masa depan akhirat ini, bukankah setiap niat kebaikan langsung Allah catat sebagai sebuah kebaikan meskipun belum atau tak jadi dilakukan?
“Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak…” (HR. Bukhari Muslim)
Sumber: tabungwaqaf.com