thayyibah.com :: Hari ini (28/5), hari kedua Ramadhan, cukup istimewa. Matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah –rumah Allah atau situs paling suci dalam agama Islam yang berlokasi di tengah Masjidil Haram, Mekkah.
Fenomena alam yang dikenal dengan istilah A’dham atau Rashdul Qiblah itu, berdasarkan data astronomi, akan terjadi pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA.
“Saat itu bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus dan terkena sinar matahari, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah,” kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Muhammad Thambrin, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/05).
Momentum tersebut kerap digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat, yakni dengan menyesuaikan sudut arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda saat Rashdul Qiblah.
Arah kiblat ialah salah satu prasyarat dalam menjalankan ibadah salat. Sebab syarat sah dalam menunaikan kewajiban bagi umat Islam ialah berdiri menghadap kiblat.
Untuk mereka yang berada di Mekkah atau dekat dengan kota itu, tak terlalu sulit untuk menentukan arah kiblat –situs yang memang berlokasi di kota tersebut.
Namun bagaimana dengan mereka, kita, yang tinggal jauh dari Mekkah –di benua berbeda yang terpisah samudra?
Sebelum teknologi berkembang secepat sekarang, penentuan arah kiblat dilakukan menggunakan cahaya matahari atau Rashdul Qiblah seperti disebut di atas.
“Dulu penentuan arah kiblat hanya menggunakan matahari. Sekarang kan bisa menggunakan kompas dan GPS itu,” kata Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (27/5).
Dulu, penentuan arah kiblat berdasarkan bayang-bayang tiang atau tongkat pada waktu tertentu, yakni tanggal 28 Mei di mana matahari berada pada posisi istimewa, yakni di atas kota Mekkah.
“Matahari melintas dua kali dalam setahun pada lintang Mekkah, yaitu tanggal 28 Mei dengan plus-minus dua hari sehingga dimulai 26-30 Mei, dan sekitar 16 Juli dengan plus-minus dua hari juga. Saat tengah hari, dapat dikatakan matahari berada di atas kota Mekkah dan diibaratkan ada tiang yang sangat tinggi yang bisa dilihat di banyak wilayah,” kata Thomas.
Posisi lintang Ka’bah yang lebih kecil dari nilai deklinasi (sudut) maksimum matahari menyebabkan matahari dapat melewati Ka’bah sehingga hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
Kepala Sub-Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag, Nur Khazin, mengatakan sejumlah hal perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat, yakni:
1. Pastikan benda yang jadi patokan benar-benar berdiri tegak lurus
2. Permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata
3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom
Selamat mencoba!