Thayyibah.com::
Sebentar lagi kita akan memasuki Bulan Ramadhan, semoga kita diberikan usia untuk dapat berjumpa dengannya dan tentu marilah kita menyiapkan mental untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan ini. Semoga sekolah Ramadhan ini juga bisa menghasilkan alumni-alumni yang lebih baik dari Ramadhan-ramadhan sebelumnya.
Dalam Bulan Ramadhan kali ini, mari kita memperbaiki interaksi kita dengan Al Qur’an, kita perlu membaharui bagaimana membaca Qur’an dan memahami Qur’an. Karena Qur’an adalah teks yang di catat oleh Allah sehingga senantiasa relevan pada semua zaman dan ruang sampai hari kiamat kelak. Maka pembacaan Qur’an ini pada dasarnya adalah untuk menemukan relevansi dalam kehidupan sehari-hari kita. Caranya adalah dengan terus-terus mencari ilham yang ada didalam Al Qur’an.
Karena medan dakwah kita semua konprehenshif, bergerak dimedan alam sosial, pendidikan dan juga politik, sehingga cara kita membaca Qur’an juga harus lebih mendalam. Saya akan mencoba memberikan contoh, bagaimana mendalami dan mencari ilham dalam Al Quran yaitu dengan turunnya surat Ar Rum. Surat Ar Rum mengabarkan kalahnya pasukan Romawi oleh Persia, namun dalam surat tersebut dijanjikan oleh Allah akan menangnya kembali bangsa Romawi. (2) Telah dikalahkan bangsa Rumawi, (3) di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar Rum 2-3)
Allah menurunkan Surat Ar Rum yang merupakan cerita bangsa lain yaitu Romawi, apa maknanya? Salah satu maknanya adalah bahwa kita sebagai muslim, sangat perlu untuk mengenal bangsa-bangsa lain. Itulah salah satu maknanya. Namun, ada hal lain yang lebih menarik. Surat Ar Rum adalah surat makiyah, surat yang turun di mekah, artinya surat ini turun di komunitas yang sangat kecil, karena umat Muslim saat itu masih sedikit, yang hanya kurang lebih 300 orang. Apa makna lainnya?
Sebagai gambaran, Romawi telah memiliki jajahan hingga tanah-tanah asia diantaranya adalah peradaban mezopotamia. Kekalahah Romawi oleh Persia ini adalah kekalahan di tanah-tanah jajahannya ini. Sedangkan bangsa Arab, tidak termasuk kedalam tanah jajahan Romawi, karena tanah arab adalah tanah kering. Namun kemenangan Persia atas Romawi memberikan kebahagiaan kepada kaum kafir Qurais, karena secara agama kafir Qurais lebih dekat dibandingkan dengan Islam. Sedangkan Romawi juga merupakan pembawa agama samawi sebagaimana Islam, satu jalur. Surat ini adalah untuk memberikan hiburan kepada kaum Muslimin atas berita kekalahan Romawi atas Persia yang dibangga-banggakan kaum kafir.
Namun ada makna yang lebih penting atas turunnya ayat itu selain untuk menghibur kaum Muslimin, apa perlunya Allah turunnya ayat ini ?, sedangkan bangsa Arab tidak memiliki hubungan, baik dengan Persia ataupun dengan Romawi, dan saat itu Muslim masih sangat kecil. Maknanya adalah, ini cara pertama Al Qur’an membangun kesadaran geopolitik. Agar komunitas Muslim yang masih kecil ini tau, suatu saat akan menjadi besar, dan hanya persoalan waktu mereka akan berhadapan dengan Persia dan Romawi. Allah sudah mengajarkan bagaimana perkembangan geopolitik disekitar Muslimin, jauh sebelum mereka akan menghadapinya. Inilah makna pentingnya, kesadaran terhadap Geopolitik. Melalui surat Ar Rum ini Allah memberikan pelajaran Geopolitik.
Untuk itu kitapun juga harus semakin menyadari pentingnya pemahaman tentang geopolitik, apa yang terjadi disekitar kita. Karena di dunia era saat ini, tidak ada sebuah peristiwa yang terjadi tanpa ada pengaruh dari dunia luar. Sehingga kesadaran Geopolitik ini juga penting.
Selain pelajaran Geopolitik, ada pelajaran lain dari Allah Swt dalam Surat Ar Rum ini. Kita perhatikan awal-awal surat, di tulis di ayat 2-4, (2) Telah dikalahkan bangsa Rumawi, (3) di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, (4) dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Jika diperhatikan dalam ayat tersebut, Allah mendefinitifkan dua hal, yang pertama kawasan dengan menjelaskan nama sebuah bangsa dan waktu kehendaknya, bahwa Romawi akan menang kembali hanya dalam beberapa tahun. Dalam bahasa arab, kata beberapa tahun ini ditafsirkan dalam ukuran 3-9 tahun. Dan benar, Romawi mengalahkan kembali persia dalam waktu yang sama. Pelajaran pentingnya adalah, melalui Qur’an ini, Allah juga mengajarkan ilmu yang sekarang disebut sebagai ilmu Forecasting atau ilmu peramalan masa depan.
Menguasai ilmu forcasting adalah dengan cara mengamati apa yang terjadi saat ini untuk mengetahui trend bagaimana yang akan terjadi dimasa mendatang. Bukan memastikan apa yang terjadi namun melihat trend arah perkembangan masa datang. Karena suatu peradapan itu sama seperti individu, lahir, tumbuh, dewasa dan mati. Sehingga kita bisa meramal melihat masa dengan dengan mengkombain apa yang terjadi hari ini, sejarah masa lalu untuk meramalkan apa yang terjadi di masa depan. Bisa dibayangkan, ilmu forcasting ini diberikan kepada Allah Swt kepada Umat Muslim disaat mereka masih sangat kecil.
Kita sebagai umat juga seharusnya menyadari pentingnya ilmu Forcasting ini dengan memahami sejarah terutama di dalam Al Qur’an. Karena mayoritas isi dalam Al Qur’an adalah untuk memberikan hikmah. Karena dengan modal itu, kita bisa membaca arah masa depan sehingga kita mengetahui bagaimana kita akan melangkah. Meskipun saat ini kita juga bukan sebuah kekuatan besar.
Selain memahami ilmu Forcasting, kita juga perlu memahami peta kekuatan pada hari ini. Dalam Al Quran juga diceritakan bagaimana pentingnya mahami kondisi hari ini yang dikisahkan dalam Surat An Naml yaitu kisah cerita Nabi Sholeh. Dalam surat An Naml dikisahkan, Nabi Soleh yang akan dijadikan Nabi dalam sebuah kawasan, beliau mengatakan, “Dan di Kota itu, ada sembilan kelompok yang kerjaannya hanya merusak bumi”.
Coba diperhatikan kata sembilan, bisa di artikan bahwa Nabi Soleh memiliki pemahaman detail siapa saja dan kekuatan mana saja yang akan ia hadapi.
Apabila kita bisa mengkombain, ilmu Geopolitik, di perkuat dengan pemahaman ilmu Forcasting meramal kondisi masa depan, dan pemahaman yang detail peta kondisi hari ini dan akan datang, itulah modal yang akan jadi Modal besar bagi peradapan yang akan memimpin di kemudian hari.
Itulah salah satu contoh cara kita bagaimana memperbaiki interaksi dengan Al Qur’an dengan menemukan ilham-ilham baru yang lebih mendalam, sehingga Ramadhan kita nanti jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan Ramadhan-ramadhan sebelumnya. Mulailah dengan mengambil satu kisah sejarah atau apapun yang akan dipelajari, lalu bacalah 2 tafsir, bisa dengan ibnu katsir dan fidzilalil quran. Setelah membaca tafsir, lalu bukalah buku-buku sejarah. Dengan pengetahuan-pengatahuan ini maka kita berharap Ramadhan kali ini bisa lebih bermakna dibandingkan dengan Ramadhan-ramadhan sebelumnya. Selain itu di Ramadhan kali ini akan digunakan juga untuk menciptakan peralihan pengetahuan, dan mudah-mudahan dengan peralihan pengetahuan ini bisa memberikan lompatan besar dalam sejarah partai dakwah kita ini, dari partai menuju ke negara.
Disampaikan oleh Ustad Anis Matta lc dalam ceramah Tarhib Ramadhan di Kota Semarang
Ditulis kembali oleh : Arka Atmaja