Breaking News

Catatan Debat Ahok-Anies

Thayyibah.com:: Saya ini agak malas nonton Mata Najwa, akhir-akhir ini. Kesan saya, Najwa dalam membawakan acara diskusi tidak bisa menyembunyikan keberpihakannya, dan tak segan-segan untuk menyerang, tokoh yang tidak sejalan dengan dirinya.

Berbeda dengan acara ILC, yang mendatangkan banyak tokoh yang berimbang dari dua pihak, dan memberikan kesempatan bicara seluas-luasnya bagi masing-masing pihak.

Namun, karena barusan ada acara debat Pilkada DKI antara Pak Ahok dan Pak Anies, saya menyaksikan acara tersebut melalui live streaming di youtube, karena saya terlambat menontonnya. Karena baru tahu ada acara itu setelah melihat postingan dari teman FB.

Catatan saya pada dari acara debat itu, pertama dari suara sorak-sorai penontonnya di studio, nampak mayoritas berasal dari pendukung Ahok, walau Najwa mengatakan bahwa penontonnya khalayak ramai bukan pendukung masing2 paslon.

Hal itu nampak dari suara tepuk tangan yang sering muncul setelah Pak Basuki selesai berbicara, dan jarang muncul atau sedikit sekali yang bertepuk tangan saat Pak Anies selesai bicara. Dan andaikata ada yang tepuk tangan untuk Pak Anies, karena memang diminta oleh Najwa sebagai pembawa acara.

Kedua, Najwa menjanjikan masing-masing akan mendapatkan jatah waktu yang sama. Namun bila kita saksikan, Najwa lebih sering memotong perkataan Pak Anies, daripada pak Basuki. Dan pada beberapa kesempatan, Najwa memberikan kesempatan Pak Basuki untuk memberikan counter, bila perkataan Pak Anies nampak tidak menguntungkan posisi Pak Basuki.

Ketiga, sebagai pertahana, tentu Pak Ahok sudah mempunyai banyak data-data, sehingga memungkinkan tidak kehabisan argumen untuk berdebat.

Namun, apa yang bawakan Pak Anies, sebagai penantang, sungguh luar biasa, sehingga mampu mengimbangi debat dari segi materi. Dan mampu mengungguli dari segi tata bahasa dan logika.

Sesuatu yang sangat menonjol dari kekuatan bahasa persuasi Pak Anies adalah kemampuannya dalam meng-utilasi atau memanfaatkan isu apapun yang menyerang diri Pak Anies. Dan mengolahnya sedemikian rupa sehingga menjadi serangan balik yang bagus disertai dengan data-data.

Tak heran pada pertengahan sesi sampai-sampai Pak Ahok kesulitan untuk memberikan counter dengan berguman,”Ini ngomongnya gimana ya ..?”

Atau, adakalanya Pak Ahok hanya bisa berguman, “Jadi omongnya dibolak-balik gitu ya ?” Menunjukkan keheranannya terhadap serangan balik Pak Anies.

Begitu pula ketika Pak Anies yang diserang dengan isu spanduk tidak menyolatkan jenazah. Maka Pak Anies mengutilasi isu tersebut dengan jawaban yang logis namun bisa menyerang balik, yang intinya bahwa,

Dalam masalah Pilkada yang menyeret sampai ke masalah agama ini, Pak Anies tentu sudah berusaha agar semua berjalan kondusif. Namun suhu Pilkada ini menjadi memanas justru karena ulah Pak Ahok sendiri, misalnya, selain masalah di Pulau 1000, Pak Ahok masih membuat panas situasi dengan mau membuat Wifi dengan username dan password yang bernada melecehkan ayat-ayat Al-Qur’an.

“Perkataan seperti ini tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin, yang menenteramkan dan mengayomi.” Lanjut Pak Anies.

Begitu pula saat Pak Anies diserang, atas kehadirannya pada acara peringatan Supersemar oleh keluarga Pak Harto. Pak Anies meng-utilasi serangan ini dengan mengatakan ada banyak contoh baik yang bisa diteladani dari Pak Harto, diantaranya yaitu Pak Harto adalah pemimpin yang stabil, bukan pemimpin yang labil. Nah perkataan Pak Anies ini dengan sendirinya menyerang Pak Ahok yang dikenal temperamental atau tidak stabil secara emosional.

Tentunya sebagai penantang, yang punya keterbatasan data dibandingkan pertahana, apa yang dibawakan oleh Pak Anies menunjukkan bahwa beliau adalah orang yang cerdas, santun dan mengayomi.

Oleh: hermawan sah

About Abu Fira Smart