thayyibah.com :: Kata kunci “Orde Baru”dan “Orba” bertengger di Tren Twitter Indonesia, Minggu (12/3). Bahkan, “Orba” sempat pula memuncaki tren percakapan.
Melejitnya kedua kata kunci itu hanya berselang sehari setelah peringatan lahirnya nota sakti, Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Terbit pada 11 Maret 1966, surat itu menjadi pertanda peralihan kekuasaan Soekarno (Orde Lama) ke Soeharto (Orde Baru).
Sabtu (11/3), peringatan terbitnya Supersemar dimeriahkan acara zikir dan salawat di Masjid Agung At Tin, Jakarta Timur. Acara tersebut dirangkaikan pula dengan haul Soeharto, jenderal besar pemimpin Orba.
Karena acara itulah percakapan ihwal Orba melonjak. Acara itu sebagai usaha glorifikasi terhadap Soeharto dan Orba.
Padahal, rezim yang terjungkal lewat gerakan reformasi 1998 tersebut punya banyak noda. Seperti kerap digemakan para aktivis reformasi, Orba adalah rezim otoritarian yang kental dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Kehadiran Anies-Sandi
Percakapan kian riuh sebab peringatan Supersemar dan haul Soeharto turut dihadiri pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Beberapa pengguna Twitter menganggap kehadiran itu sebagai pertanda dukungan Keluarga Cendana–julukan keluarga Soeharto–kepada Anies-Sandi.
Lebih-lebih, acara itu menjadi panggung bagi sejumlah tokoh yang getol menyerang Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan petahana sekaligus pesaing Anies-Sandi pada Pilkada DKI 2017.
Misalnya, tokoh utama Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, yang memberikan ceramah penutup dalam peringatan itu.
Perlu diingat, sejak 2014, FPI sudah menolak Ahok sebagai gubernur ibu kota. Dalam beberapa bulan terakhir FPI juga jadi motor penggerak aksi massa yang menuntut penangkapan Ahok dalam kasus dugaan penodaan agama.
Alhasil, para pendukung Ahok-Djarot menjadikan momen peringatan Supersemar dan haul Soeharto sebagai amunisi politik, guna mengirim sentimen negatif kepada Anies-Sandi.
Pendukung Ahok nan berpengaruh, @UlinYusron (95 ribu pengikut), memberi label “orde syariah baru”, pada foto yang menampilkan keakraban Anies dengan penceramah, Arifin Ilham, dan anak bungsu Soeharto, Tommy Soeharto.
Politisi PDIP sekaligus pentolan gerakan pro-demokrasi yang mendongkel Orba, Budiman Sudjatmiko (@Budimandjatmiko, 564 ribu pengikut), juga ikut mengomentari keakraban Anies-Sandi dengan Keluarga Cendana.
“Mungkin Anies-Sandi tak merasakan secara emosional (derita dan nikmatnya) berjuang melawan Soeharto demi demokrasi yang sekarang mereka nikmati,” kicaunya.
Di titik lain muncul pula bantahan. Para pelontar bantahan beranggapan, baik Anies-Sandi dan Ahok-Djarot punya hal-hal yang melekat dengan Orba.
Hal macam itu dilontarkan oleh Pandji Pragiwaksono, komedian tunggal sekaligus juru bicara Anies-Sandi.
Lebih kurang, Pandji menyebut sisa-sisa Orba–para tokoh, organisasi, dan partai–ada di kedua kubu yang bersaing dalam Pilkada DKI 2017.
Respons juga datang dari jurnalis, Dandhy Laksono (@Dandhy_Laksono, 44 ribu pengikut).
Ia menyebut, reklamasi dan penggusuran yang dilakukan Ahok-Djarot selama memimpin Jakarta sebagai warisan Orba.
Sebagai catatan, proyek reklamasi Teluk Jakarta yang getol didorong Ahok-Djarot, memang menggunakan Keppres 52/1995 yang diteken Soeharto sebagai salah satu acuan.
“Politisi A menjual romantisme Orba dikira masih ada yang kangen. Politisi B kampanye anti-Orba dikira masih ada yang percaya dia anti-Orba,” sindir Dandhy, kepada kedua pasangan calon.
Kedekatan Anies-Sandi dan Keluarga Cendana mulai mengemuka sejak Februari silam.
Hal itu ditandai lewat pertemuan keduanya dengan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), anak keempat Soeharto yang kini menjadi anggota DPR-RI dari Partai Golkar.
Pertemuan berlangsung pada Rabu (22/2), di kediaman Titiek, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Dalam jamuan makan malam tersebut hadir pula Prabowo Subianto, mantan suami Titiek yang kini menjabat Ketua Umum Partai Gerindra–pengusung Anies-Sandi.
Belakangan, Anies berusaha menepis kedekatannya dengan Keluarga Cendana. Menurut Anies, Titiek memang memberi dukungan, tetapi hal itu tak bisa dianggap mewakili Keluarga Cendana.
“Setahu saya (dukungan) pribadi saja, bukan dari keluarga Cendana. Bagi kami dukungan dari setiap warga negara itu penting dan amanah. Karena itu kami akan pegang sebaik-baiknya,” kata Anies, dikutip kumparan (12/3).
Pun, ia menolak bila peringatan Supersemar dan haul Soeharto disebut sebagai tanda-tanda dukungan Keluarga Cendana. “Setahu saya ini kan acara peringatan Supersemar, ya kami diundang. Pak Djarot juga diundang,” ujarnya.
Djarot memang hadir dalam acara itu. Namun kehadiran Djarot ternodai insiden pengadangan.
Liputan6.com melaporkan, sekitar pukul 18.07 WIB, Sabtu (11/3), Djarot yang baru tiba di Masjid At-Tin, diadang massa dengan teriakan, “Usir usir, kafir dilarang masuk”. Djarot baru boleh masuk setelah melakukan negosiasi.
Sumber: Beritagar.id / Muammar Fikrie