Thayyibah.com. Aku sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku! Ia terlanggar satu pot bunga yang dibuat dari kaca! Pecah hancur berantakan!
Aku benar-benar marah, karena pot itu memang sangat mahal harganya. Tanpa kusadari, aku telah melontarkan kata-kata,
“Matilah kamu! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulang kau hancur!” Tahun demi tahun berlalu! Anak lelakiku membesar, aku sudah lupa akan doa itu. Aku pun tak anggapnya penting dan aku tak tahu bahwa doa itu telah naik ke langit!
Anak lelakiku dan adik-adiknya yang lain sedang membesar! Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak-anakku yang lain. Dialah anak yang rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan adik-adiknya yang lain!
Kini dia telah menjadi seorang insinyur! Tak lama lagi dia akan menikah. Tak sabar rasanya aku ingin menimang cucu! Ayahnya punya sebuah bangunan yang sudah lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja sudah bersiap-siap untuk merobohkan satu dinding yang sudah usang.
Sementara pekerja sedang bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tak disangka-sangka dinding bangunan itu roboh menimpanya!
Terdengar sebuah suara berteriak di dalam runtuhan itu, sehingga suaranya tak kedengaran lagi! Semua pekerja berhenti. Mereka heran, itu suara siapa? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat dinding yang menghimpit anakku dengan susah payah dan segera memanggil ambulans. Mereka tidak dapat mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping-keping!
Sebagian dari mereka mengangkat badan anakku yang hancur dengan berhati-hati dan segera membawanya ke Unit Gawat Darurat di Rumah sakit! Ketika ayahnya menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan kembali kata-kataku padanya semasa ia masih kecil dahulu! Aku menangis hingga pingsan. Setelah aku sadar, aku berada di Rumah sakit dan aku meminta untuk melihat anakku! Ketika melihatnya, aku
seakan mendengar suara yang berkata,
“INI DOAMU KAN? Sudah AKU kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya!” Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetik. Anakku menghembuskan nafasnya yang akhir! Aku berteriak dan menangis sambil berkata,
“Ya Allah! Selamatkanlah anakku! Jangan pergi Nak.”
Seandainya, lidah ini tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu! Andaikan! Andaikan! Andaikan! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tidak berguna lagi waktu ini!
Cerita ini dari satu kisah nyata! Pesanku pada para ibu! Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sedang marah!
Berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan! Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah! Tapi jangan kamu mendoakannya dengan yang bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku…Sungguh aku menulis ini dengan airmataku yang turut mengalir. Wahai anakku, aku rela ruhku turut bersamamu! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku rasakan sepeninggalanmu!
Tolong sebarkan cerita ini kepada semua wanita! Doakanlah yang baik-baik saja untuk anak-anak kita. Doa itu pasti akan terjawab walaupun untuk sekian lama! Tunggulah dan Allah SWT pasti akan mengabulkannya.
Sumber: www.paudeldzikr.com