Breaking News

Teroris Itu Terlihat BOTAK, Tak Berjenggot dan Mereka Adalah Para Biksu

1479787604054

thayyibah.com :: Kalian Akan Melihat Bahwa Teroris Itu Terlihat BOTAK, Tak Berjenggot dan Mereka Adalah Para Biksu

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr Anwar Abbas miris melihat respons dunia yang kurang bersuara terkait tindakan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya akhir-akhir ini. Ratusan Muslim Rohingya tewas akibat tindakan tersebut.

“Herannya dunia kok diam seribu bahasa seperti tidak terjadi apa-apa,” ujar Anwar, di Jakarta, Jumat (18/11), seperti dikutip Republika Online.

Anwar juga mengharapkan media gencar memberikan tindakan yang dilakukan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya tersebut. Menurutnya, nasib mereka harus mendapatkan perhatian dari seluruh dunia.

Disamping itu, Ketua PP Muhammadiyah ini juga menyayangkan sikap pemerintah sejauh ini terkait kasus ini. Pemerintah Indonesia dinilai kurang bersuara untuk ikut menyelesaikan kekerasan yang dialami Muslim Rohingya.

“Pemerintah kita kurang suaranya, apakah orang Islam yang dibunuh di sana bukan saudara kita? Begitu juga dengan negara adikuasa yang kata mereka nyawa manusia sangat berharga,” kata Anwar.

Human Rights Watch (HRW) menyatakan ratusan rumah suku Rohingya di desa-desa dihancurkan oleh militer Myanmar. Militer terus melakukan kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Akibatnya ratusan Muslim Rohingya dilaporkan tewas. Mengutip berita dari laman tribunislam.com.

Budha Myanmar Membunuhi Muslim

Namanya Ashin Wirathu, dia seorang biksu Buddha yang dituding menjadi penyebab pembantaian suku Rohingya hingga akhirnya mereka ramai-ramai eksodus dari Burma.

Wirathu disebut dalam majalah TIME sebagai tokoh paling kontroversial. Di balik jubah biksunya, dia mendapat cap provokator yang benci pada kaum muslim dan mulai khawatir atas perkembangan agama samawi ini di tanah Myanmar.

Ashin Wirathu menyakini ada konspirasi besar mengubah Burma menjadi negara Islam. Atas dasar inilah dia membentuk kelompok bernama SKUAD 969 yang melancarkan serangan-serangan seporadis pada kaum muslim, termasuk benda-benda kepemilikan mereka bahkan rumah ibadah. Puluhan masjid menjadi puing di tangan SKUAD 969.

SKUAD 969 mengacu pada sembilan atribut Buddha, enam ajaran dasar, dan sembilan perintah monastik berkaitan dengan spiritual untuk tingkatan mencapai nirwana. Salah satu tugas mereka menghancurkan kekuatan asing yang ingin membinasakan Buddhisme dan kekuatan asing itu Islam.

Islam memang tumbuh cepat di Myanmar, hingga 2014 sekitar 35 persen penduduk negara ini berpindah keyakinan menjadi muslim. Di tahun sebelumnya hanya empat persen saja. Bagi beberapa tokoh Buddha garis keras, termasuk Wirathu, hal tersebut jadi ancaman.

Apalagi penduduk muslim kebanyakan kaum pendatang yang cukup sukses membuka usaha. Berbagai toko kebutuhan sehari-hari dan bisnis-bisnis penting justru digerakkan oleh umat Islam. Wirathu menganggap hal ini sebagai ancaman posisi bagi penganut Buddha. Dengan logika ‘sederhana’, jika semakin banyak penduduk Buddha membeli barang-barang milik muslim maka semakin makmur pengikut Nabi Muhammad SAW.

Untuk itulah SKUAD 969 dibuat. Kelompok ini bergerak progresif menyerukan warga Buddha agar melakukan jual beli sesama saudara seiman. Mereka juga menandai setiap toko milik umat Buddha dengan stiker.

SKUAD 969 berdalih mereka melindungi budaya dan identitas Burma yang identik dengan Buddha. Mereka rajin menyebar rumor soal biadabnya kaum muslim dan tuduhan menyesatkan ini membuat banyak media melabeli Wirathu sebagai ‘Buddhist Bin Laden’ bahkan TIME juga menulis Wirathu sebagai ‘The Face of Buddhist Terror’ atau Wajah Teror Buddha.

Ngeri, ya. Dan yang lebih mengerikan lagi, pemerintah Myanmar mendukung kampanye kebencian Wirathu pada kaum muslim. Itulah mengapa hingga detik ini Junta Militer tak menindak SKUAD 969 dan menangkap biksu radikal itu hingga akhirnya ratusan kematian terjadi dalam tiga tahun terakhir.

Suku Rohingya yang sebagian besar kaum muslim ikut kena getah dari kampanye anti-Islam milik Wirathu. Mereka terusir dari Burma dan tidak lagi mengerti kemana harus pulang.

Satu-satunya harapan yakni menuju beberapa negara yang mayoritas muslim. Mereka berpikir, kali saja sesama saudara seiman akan menolong. Namun apa lacur, Malaysia menolak mereka mentah-mentah. Suku Rohingya ini pun terombang-ambing di laut dengan kapal ala kadarnya yang mereka gunakan untuk lari dari konflik Buddha-Islam di Burma.

Sampailah Suku Rohingya di Indonesia. Sebagai bangsa yang welas asih, kita harus bangga jika bisa membantu mereka, paling tidak memberikan rasa aman dari ketakutan sebab ancaman SKUAD 969 dan Ashin Wirathu. Bukan karena keyakinan, melainkan kemanusiaan. Semoga cara terbaik bisa menyelesaikan persoalan ini. Amin.

Kilas 2014, Warga Buddha Myanmar ancam akan bunuh muslim di Kota Mandalay.

Ratusan warga Buddha mengancam akan membunuh warga muslim saat mereka berkeliling kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, dengan sepeda motor hari ini, sehingga memunculkan kekhawatiran berlanjutnya aksi kekerasan yang telah menewaskan dua orang pekan ini.

Bentrokan antar agama telah berlangsung selama dua tahun terakhir di negara tersebut, mengancam reformasi politik yang dilancarkan oleh pemerintahan semi sipil dari Presiden Thein Sein yang berkuasa sejak 2011 lalu, setelah 49 tahun berada di bawah kepemimpinan militer, seperti dilansir surat kabar the Times of India, Jumat (4/7).

Setidaknya 249 orang tewas dan lebih dari 140 ribu mengungsi sejak Juni 2012. Sebagian besar korban adalah warga minoritas muslim Myanmar yang diperkirakan berjumlah lima persen dari populasi negara itu.

Sekitar 300 warga Buddha berkendara berkeliling Kota Mandalay hari ini, banyak di antaranya membawa pisau, pentungan dan batang bambu.

“Kami akan membunuh semua muslim,” teriak beberapa warga Buddha sembari melintasi jalanan, setelah menghadiri pemakaman seorang pengikut Buddha yang tewas tertusuk pada Rabu malam.

Seorang warga muslim juga tewas dipukuli pada Kamis pagi waktu setempat saat hendak melaksanakan salat Subuh.

Polisi mengatakan 19 orang cidera dalam kerusuhan di kota terletak di wilayah tengah Myanmar yang berpenduduk sekitar satu juta jiwa itu pada Selasa dan Rabu malam.

Pemerintah memberlakukan jam malam mulai pukul 21.00 hingga pukul 05.00 dengan dukungan kuat pasukan polisi untuk mencegah kerusuhan serupa kemarin malam. Jam malam masih akan diberlakukan pada hari ini.

Bentrokan mulai pecah tiga hari lalu ketika sekitar 300 warga Buddha menyerbu sebuah kedai teh milik seorang warga muslim yang diduga telah memperkosa seorang perempuan Buddha.

Petugas polisi di Ibu Kota Naypyidaw mengatakan kepada Reuters kemarin bahwa tuduhan pemerkosaan itu diarahkan pada pemilik kedai dan saudara lelakinya.

Seorang imam di masjid terbesar di Kota Mandalay mengatakan lima warga muslim telah ditahan pada hari ini setelah polisi menggerebek beberapa rumah di sekitarnya dan menemukan pisau untuk upacara.

“Polisi tahu pasti pisau-pisau itu digunakan untuk keperluan upacara,” kata Ossaman, sang imam. “Mereka tidak melanggar aturan apapun.”

Seorang petugas polisi yang tidak mau disebutkan namanya membenarkan adanya penangkapan itu namun menolak memberikan informasi lebih lanjut.

Kekerasan anti-Islam bukanlah hal baru di Myanmar. Negara bekas junta itu pernah memberlakukan jam malam di Mandalay setelah kerusuhan di kota itu pada 1997 menyusul laporan bahwa seorang lelaki muslim telah memperkosa gadis Buddha.

Namun aksi kekerasan semakin menjadi hal biasa dibawah pemerintahan reformis, yang mencabut pembatasan kebebasan berbicara termasuk akses ke Internet, yang sebelumnya dikontrol ketat oleh militer.

Ya… Teroris itu terlihat botak… namun para penguasa negri-negri  Muslim di sekitarnya mempunyai penyakit Wahn, mereka tak berani mengirimkan pasukan mereka untuk membela saudara-saudaranya yang dibunuhi, diusir, dibantai dan dihinakan.

Kondisi ini persis seperti yang digambarkan Nabi Shollahu ‘Alaihi wasallam”

“Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah bersabda,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

 

Dari berbagai sumber

Artikel: Loveislam

About A Halia