Illustrasi unta di tengah gurun pasir - Ilustrasi gambar

Mengenal Lebih Dekat Rasulullah

Illustrasi unta di tengah gurun pasir - Ilustrasi gambar
Illustrasi unta di tengah gurun pasir – Ilustrasi gambar

thayyibah.com :: Asal usul nenek moyang Rasulullah SAW – Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Alhamdulillāh, in syā Allāh hari ini kita akan membahas tentang sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdasarkan Al Qurān dan hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Karena sesungguhnya mempelajari sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam merupakan bagian dari agama ini.

Dan para salaf (orang-orang shalih terdahulu) mereka memiliki ihtimām (perhatian besar) dalam mempelajari sejarah/sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan banyak nukilan-nukilan dari mereka yang menunjukkan perhatian mereka terhadap sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Contohnya seperti nukilan dari ‘Ali Ibnul Husain (anak dari Al Husain bin ‘Ali bin Abi Thālib radhiyallāhu ‘anhu) yang dikenal dengan Zaynal ‘Abidīn. Beliau pernah berkata:

«كنَّا نُعَلَّمُ مغازيَ النَّبي- صلَّى الله عليه وسلَّم – كما نُعَلَّم السُّورةَ منَ القرآنِ»

“Kami dahulu diajari tentang sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (tentang peperangan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam) sebagaimana kami diajari tentang surat dalam Al Quran.”

Ini menunjukkan bahwa para salaf dahulu benar-benar mengajarkan tentang sejarah Nabi, tentang peperangan-peperangan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, sebagaimana dahulu mereka mengajarkan tentang surat dalam Al Qurān.

Contohnya juga perkataan Al Imām Az Zuhriy rahimahullāh ta’āla:

في علم المغازي علم الآخرة و الدنيا

“Dalam ilmu sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ada ilmu akhirat dan ilmu dunia.”

Demikian juga perkataan Ibnul Jauziy rahimahullāh yang menunjukkan perhatian kepada sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau berkata:

رأيت الاشتغال بالفقه وسماع الحديث لا يكاد يكفي في صلاح القلب، إلا أن يمزج بالرقائق والنظر في سير السلف الصالحين.

“Aku memandang bahwasanya hanya sibuk mempelajari fiqh dan hanya sibuk mempelajari hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (yaitu yang berkaitan dengan fiqh) maka tidak cukup untuk membersihkan/memperbaiki hati kecuali digabungkan dengan mempelajari raqāiq (tentang zuhud, tentang masalah hati) dan juga mempelajari sejarah para salafush shālih.”

Perhatikan, ini perkataan yang indah dari Ibnul Jauziy rahimahullāh ta’āla.

Beliau mengatakan bahwasanya, benar kita butuh untuk mempelajari ilmu fiqh dan hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mempelajari bagian dari agama ini, akan tetapi ini tidak cukup untuk membersihkan dan meluruskan hati.

Seseorang butuh untuk mempelajari ar raqāiq, mengkhususkan waktu untuk mempelajari zuhud, akhirat. Bahwasanya dunia ini akan sirna, bahwasanya dia akan disidang oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, akan dipanggil oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Maut akan menjemputnya.

Dan juga dia hendaknya mempelajari tentang sirah (perjalanan hidup) orang-orang terdahulu.

Tatkala seseorang mempelajari bagaimana sirah perjalanan orang-orang terdahulu, bagaimana ibadah mereka, bagaimana perjuangan mereka, maka ini akan meluruskan hati seseorang, terutama sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karenanya diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā, beliau mengkhususkan waktu untuk mengajarkan sirah. Beliau ahli tafsir (mufassir) shāhabat, orang yang ‘alim di kalangan shāhabat, akan tetapi beliau mengkhususkan waktu untuk mengajarkan sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Ubaidillāh bin ‘Uthbah, dia mensifati tentang majlis Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā, beliau berkata:

ولقد كنا نحضر عنده ، فيحدثنا العشية كلها في المغازي

“Kami menghadiri majlis Ibnu ‘Abbas pada suatu sore dan seluruh waktu beliau habiskan untuk mengajarkan tentang sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (tentang peperangan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam).”

Artinya, Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ta’āla ‘anhumā membuat pengajian khusus tentang sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karenanya mempelajari sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah perkara yang penting dan termasuk bagian dari agama.

Dan in syā Allāh akan datang penjelasannya lebih lanjut.

Kalau kita perhatikan, sirah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah sirah yang istimewa. Kita sedang mempelajari seorang tokoh yang tidak sama dengan yang lain.

Memang pernah ada satu buku tentang “Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam dunia”. Di situ disebutkan banyak tokoh, bahkan Hittler dimasukan dalam tokoh-tokoh tersebut. Dan penulisnya menjadikan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah nomor satu yang paling berpengaruh. Ada Buddha, Kong Hu Cu dan yang lainnya.

Meskipun dia menjadikan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, akan tetapi membandingkan sejarah Nabi dengan sejarah orang-orang biasa ini adalah tidak pantas.

Kenapa?

Karena Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah manusia bukan sembarang manusia. Beliau adalah orang yang sangat mulia, yang paling dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beliau telah mencapai suatu tempat yang tidak pernah dicapai oleh makhluq lain. Tatkala bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla (isrā mi’rāj), tatkala mi’rāj, Beliau naik ke tempat yang sangat tinggi untuk bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla (hampir bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla). Sampai-sampai para shāhabat bertanya:

هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ  ” نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ ” .

“Wahai Muhammad, apakah engkau melihat Rabb-mu?”

Nabi berkata:

“Ada cahaya, bagaimana saya bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.” (HR Muslim nomor 261 versi Syarh Muslim nomor 178)

Artinya, tempat yang sangat dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, yang tidak ada yang sampai ke tempat tersebut.

Kata para ulama:

“Bahkan Jibrīl ‘alayhi wa sallam tidak sampai ke tempat tersebut, hanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.”

Kemudian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah sosok yang melihat langsung surga dan neraka.

Dalam hadits-hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam diperlihatkan surga dan neraka oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Nabi pernah melihat surga bukan dengan pandangan hati tetapi melihat langsung, Allāh perlihatkan. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah melihat neraka dengan pandangannya langsung, bukan dengan pandangan hati.

Kita bayangkan bagaimana orang yang pernah diperlihatkan surga dan neraka, bagaimana imannya, bagaimana akhlaqnya, bagaimana mulianya.

Oleh karena itu saya katakan, sejarah Nabi ini bukan tokoh biasa, dia hanya pantas disandingkan oleh para Nabi yang lain.

Adapun dibandingkan dengan Hittler, dengan Buddha, Kong Hu Cu atau tokoh-tokoh yang memang mereka punya sejarah indah tetapi sejarah mereka hanya sedikit.

Berbeda dengan sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kata para ulama: “Dialah satu-satunya sejarah yang sempurna dari seluruh sisi jenjang kehidupan.”

Kalau antum perhatikan sejarah Nabi, lengkap. Dari masa kecilnya, masa mudanya, tatkala sebelum menjadi Nabi, tatkala menjadi Nabi sampai meninggal Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Jarang ada sejarah yang lengkap seperti ini.

Kemudian juga dari sisi setiap kehidupan Beliau adalah pelajaran.

Beliau tatkala masih kecil ada pelajaran yang bisa kita ambil, kita dapatkan. Tatkala Beliau sebelum menjadi Nabi, tatkala Beliau menjadi Nabi, tatkala menjadi kepala keluarga, sebagai ayah, sebagai seorang teman, sebagai pemimpin (kepala negara). Tatkala berperang, tatkala bermuamalah dengan sesama Muslim dan orang-orang di luar Muslim. Semuanya lengkap dalam sejarah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Ini tidak akan kita dapatkan dalam sejarah tokoh-tokoh lain.

Bahkan kita berbicara tentang anbiyā (para nabi), tidak lengkap sejarahnya.

Nabi ‘Isa ‘alayhissalām, kalau kita ingin mencari tentang bagaimana menjadi seorang ayah yang baik, antum tidak akan dapatkan dalam sejarah Nabi ‘Isa menjadi seorang ayah.

Bahkan dalam kitab yang dianggap suci oleh mereka yaitu Kitab Injil, tidak akan antum dapatkan bagaimana sejarah Nabi ‘Isa sebagai seorang ayah.

Kemudian kalau antum ingin mencontoh Nabi ‘Isa sebagai seorang suami, maka tidak akan antum dapatkan dalam buku-buku yang dianggap suci oleh mereka.

Kita cukupkan disini saja, in syā Allāh besok kita lanjutkan lagi. (put/thayyibah)

 

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online