thayyibah.com :: Christina Onassis, konon ia seorang wanita yang memiliki kecantikan luar biasa dan terkenal. Soal kekayaan, dari mendiang ayahnya ia mewarisi kapal pesiar pribadi, pulau pribadi, danau, real estate, pesawat terbang pribadi, deposito milyaran dollar, serta armada kapal. Akan tetapi, dalam masalah pernikahan selalu berakhir dengan kekecewaan. Dia tak menemukan kebahagiaan. Akhirnya ia bunuh diri di Argentina.
Kebahagiaan, begitu mudah diucapkan namun semudah itukah diwujudkan? Banyak orang tak menemukan kebahagiaan hidup karena ia tak tahu apa makna dari kebahagiaan dan dimana kebahagiaan itu berada. Hanya dalam agama Islamlah ketenangan hati, kebahagiaan hakiki dan impian-impian nyata itu akan dinikmati.
Demi sebuah kebahagian sejati, seorang Salman al-Farisi tahan menempuh ribuan kilometer melintasi gurun pasir gersang, menembus belantara dan menyeberang samudera. Pengembaraan spektakuler itupun akhirnya berlabuh ketika ia bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya agama Islamlah yang menjanjikan kebahagiaan hidup abadi. Banyak cerita dan kisah para dokter, pendeta, biarawati, selebritis maupun tokoh–tokoh politik yang telah bermetamorfosa hingga mereka memilih Islam sebagai jalan hidup.
Kaum muslimin tak perlu terkecoh dan terpesona oleh orang–orang yang memiliki kekayaan melimpah, jabatan yang prestisius, pasangan hidup yang menawan, namun mereka jauh dari nilai–nilai Islam yang lurus. Mungkin kelihatannya mereka selalu happy, namun pada hakikatnya mereka belumlah mendapatkan kedamaian hakiki.
Ulama sekaliber Ibnu Taimiyah, meski hidup dalam penjara yang sangat jauh dari kenikmatan dunia, namun beliau dengan semangat dan lantang mengatakan,
أنا جنّتي في قلبي، وبستاني في صدري
“Surgaku ada di dadaku”
Seorang mukmin akan merasakan manisnya iman ketika ia mengenal Allah, Rasul dan agamanya. Itulah sumber kebahagiaan tertinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. meski kehidupannya sangat bersahaja dengan serba minimalis, namun beliau pun mengatakan, “Rumahku surgaku.”
Menjadikan dunia di tangan hanya dalam genggaman, sedangkan hatinya tetap tertuju pada akhirat. Hal ini akan terjadi jika anda berorientasi pada kebahagiaan di kampung keabadian. Karena puncak kesuksesan seorang muslim hanyalah di saat ia dimasukkan ke dalam surga Allah Ta’ala dan dijauhkan dari neraka-Nya.
Jika anda berfikir tentang kebahagiaan, berarti anda berupaya keras agar kebahagiaan itu terjadi dalam hidup anda. Tentu semuanya dengan izin Allah. Malik bin Dinar mengatakan, “Kebanyakan penduduk dunia, ketika meninggalkan dunia mereka belum mencicipi kenikmatan dunia yang paling nikmat, yakni mengenal Allah.”
Pembaca yang berhati lembut, apa kebahagiaan versi anda? (put/thayyibah)