thayyibah.com :: Akhir akhir ini terjadi banyak penolakan terhadap acara kajian atau tabligh akbar yang diadakan oleh tema- teman kita, para penggiat dakwah salaf. Banyak analisa dan banyak pula kambing berwarna hitam yang telah dikorbankan. Namun, benarkah kambingnya berwarna hitam?. Dan benarkah analisa analisa yang ada mampu menyelesaikan masalah dan mencegah agar tidak terulang di kemudian hari?
Sobat! Hal pertama yang sepatutnya kita lakukan untuk mengurangi kejadian serupa, demi terciptanya ukhuwah yang benar-benar Islamy dan berlangsungnya dakwah yang sarat dengan hikmah dan mau’izah hasanah adalah introspeksi diri: sudahkah anda ikhlas dalam setiap ucapan dan kegiatan anda? Yang pro dan kontra, sudahkah sikap anda karena Allah atau karena emosional sesaat dan fanatis golongan semata?
Hal kedua yang juga sepatutnya dilakukan ialah mewaspadai adanya porovakor, bisa dari dalam selimut anda sendiri dan bisa pula dari luar selimut anda. Dahulu dinyatakan dalam pepatah:
عدو عاقل خير من صديق جاهل
“Memiliki musuh yang cerdas seringkali lebih menguntungkan dibanding memiliki teman yang pandir”
Betapa sering teman mendatangkan petaka dalam kehidupan anda, dan sebaliknya betapa sering musuh menjadikan anda sadar untuk waspada dan bersikap bijak dan semakin bijak.
Di antara hal yang barangkali menjadi biang kerok berbagai kejadian di masyarakat ialah adanya orang-orang yang hobi petentang petenteng seakan jagoan debat dan diskusi. Mereka hobi mendebat, memaki, dan menghina orang yang berbeda dengannya, baik via offline terlebih via online Betapa di berbagai media sosial dan net sering terjadi perdebadan kusir, dan caci maki yang mencerminkan akan rendahnya moral pelakunya.
Seakan mereka lupa firman Allah Ta’ala:
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik,”(Al-Furqan : 63)
Dan seakan mereka lupa bahwa perdebatan, makian dan perkelahian walau secara online dapat berbuntut panjang.
Dan kadang kala banyak murid yang puas bila ustadznya bersitegang atau menyerbu ustadz lain, dengan cara mengajukan pertanyaan yang sengaja di kondisikan agar ustadznya nyerang dan nyerang.
Karena itu dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras kepada sahabatnya agar tidak bersikap seperti kawan yang pandir, mencelakakan kawan sendiri dengan dalih membelanya.
Suatu hari sahabat Mu’az bin Jabal meminpin sholat Isya’ dan karena ingin menyempurnakan sholat dan pahalanya, maka beliau membaca surat surat yang panjang. Ditengah-tengah sholat ada seorang lalaki yang keluar dari shaf dan memisahkan diri dari jamah. Lelaki itu berprofesi sebagai petani yang seharian penuh bekerja di ladangnya, sehingga ia tidak sanggup untuk sholat dengan bacaan yang panjang.
Mengetahui kejadian ini, sahabat Mua’z bin Jabal berkata: sejatinya lelaki itu adalah seorang munafiq.
Merasa tidak terima dengan celaan sahabat Mua’z ini, lelaki itu kejadianya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menjelaskan duduk masalahnya dan berkata: Wahai Rasulullah, sejatinya kami pekerja keras, kerja dengan tangan sendiri (tidak punya karyawan), menyirami ladang dengan bantuan hewan ternak kami. Dan sesunguhnya tadi malam, Mu’az mengimami kami sholat isya’ dan ia membaca surat Al Baqarah, makanya aku mundur dan menyelesaikan sholatku sendiri. Kemudian ia menuduhkan sebagai seorang munafiq.
( يا معاذ أفتان أنت – ثلاثا – اقرأ { والشمس وضحاها } . و { سبح اسم ربك الأعلى } . ونحوها )
“Wahai Mu’az, apakah engkau hobi membuat kekacauan (tiga kali), bacalah surat Was Syamsi wa Dhuhaaha, dan surat Sabihismarabbikal a’ala atau surat lain yang serupa dengannya” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam kasus lain yang serupa , beliau bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ
“Wahai ummat manusia, sesungguhnya sebagian kalian menyebabkan orang lain menjauh dari Islam (kebenaran), siapapun dari kalian memimpin sholat, hendaknya ia meringankan sholatnya, karena di belakangnya ada orang tua, orang lemah, dan orang yang tergesa gesa karena ada keperluan,”(Muttafaqun ‘alaih)
Sudahkah anda menyadari keberadaan provokator dalam selimut anda? atau sudahkah anda mewaspadai setiap ucapan dan sikap anda agar tidak menjadi penyebab menjauhnya masyarakat dari kebenaran? (put/thayyibah)
Oleh : DR Muhammad Arifin Badri