Breaking News
Gambar shalat berjamaah

Kapan Aku Bisa Shalat Idhul Adha?

Gambar shalat berjamaah
Gambar shalat berjamaah

thayyibah.com :: Apakah waktu ‘Idul Adha itu diketahui dengan terlihatnya hilal di negeri masing-masing atau tergantung pada saat wuqufnya jama’ah haji di Arafah?

Bacalah 10 argumentasi dibawah ini, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua…

[1]. Puasa Arafah itu terkait dengan “waktu saja” dan tidak terkait dengan “tempat”. Buktinya Nabi tidak menjadikan wukuf di Arafah sebagai patokan ketika beliau dan para sahabatnya puasa Arafah pada tahun ke 2 H, 3 H dst. Tetapi beliau dan para sahabatnya hanya menentukan puasa Arafah dengan ru’yah hilal penduduk Madinah.

Puasa Arafah tanggal 9 dzulhijjah itu telah disyari’atkan jauh sebelum Rasulullah melaksanakan ibadah haji. Puasa Arafah tanggal 9 dzulhijjah sudah disyari’atkan sejak awal beliau berhijrah ke Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menamakan puasa 9 dzulhijjah dengan puasa Arafah meskipun kaum muslimin belum melaksanakan ibadah haji dan ibadah haji baru beliau kerjakan di tahun ke 10 H.

Pada tahun ke 2 H, ke 3 H, ke 4 H dan ke 5 H Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah melaksanakan puasa tanggal 9 dzulhijjah tanpa ada seorang pun yang melaksanakan wuquf di Arafah. Saat disyari’atkan, puasa Arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di Arafah (lihat Zaadul Ma’aad II/101 oleh Imam Ibnu Qayyim, Fathul Baari III/442 oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dan Subulus Salam I/60 oleh Imam ash-Shon’ani).

Dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya, dari sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :

“Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada tanggal 9 dzulhijjah, hari ‘Asyuraa’ dan 3 hari setiap bulan yaitu hari senin pada awal bulan dan 2 hari kamis” (HR.Abu Dawud no.2437, Ahmad no.2269, an-Nasaa’i no.2372 dan al-Baihaqi IV/284, lihat Shahiih Sunan Abi Dawud no.2106).

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa beliau berpuasa pada tanggal 9 dzulhijjah (untuk puasa Arafah) dan itu dilakukan sebelum beliau haji wada’ tahun 10 H. Dan lafazh itu menunjukkan rutinitas sebuah amalan.

[2]. Puasa Arafah itu terkait dengan “waktu saja” dan tidak terkait dengan “tempat”. Buktinya tidak ada satu pun riwayat bahwasanya beliau ketika di Madinah bersungguh-sungguh untuk mencari tahu kapan waktu wuquf jama’ah haji di Arafah.

Jadi, Nabi berpuasa Arafah di Madinah selama bertahun-tahun tanpa mengacu kepada ada atau tidak adanya wuquf di Arafah.

Jika di Madinah sudah masuk tanggal 9 dzulhijjah menurut hitungan mereka, maka beliau bersama para sahabat berpuasa Arafah dan tidak memakai ru’yah hilal penduduk Mekkah.

[3]. Puasa Arafah itu terkait dengan “waktu saja” dan tidak terkait dengan “tempat”. Buktinya Nabi bersabda kepada kaum muslimin untuk menentukan hilal (awal bulan) dzulhijjah dengan ru’yah sebagaimana kita juga melakukan ru’yah ketika akan menentukan awal Ramadhan dan awal Syawwal.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Apabila kamu telah melihat hilal (yaitu awal bulan) dzulhijjah dan salah seorang diantara kamu hendak berkurban, maka jangan sekali-kali kamu memotong rambutnya dan jangan pula memotong kukunya sampai hewan kurban itu disembelih” (HR.Muslim no.1977 (41 & 42), hadits dari Ummu Salamah).

Nampak dengan jelas pada hadits ini bahwa ‘Idul Adha dikaitkan dengan terbitnya hilal, sedangkan waktu terbitnya hilal di setiap negeri berbeda dengan negeri lainnya (sebagaimana yang kita pahami ketika menentukan awal Ramadhan dan awal Syawwal).

Dengan demikian, ‘Idul Adha dikaitkan dengan waktu (awal hilal) dan bukan dengan aktifitas jamaah haji di Arafah.

Dengan demikian, maka puasa Arafah juga dikaitkan dengan waktu (awal hilal) dan bukan dengan aktifitas jamaah Haji di Arafah.

(4). Bacalah hadits dari Kuraib, bahwa Ummu Fadhl binti al-Harits pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan.

Kuraib melanjutkan kisahnya, setibanya di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk 1 Ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jum’at. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku : “Kapan kalian melihat hilal ?” tanya Ibnu Abbas. Kuraib menjawab : “Kami melihatnya “MALAM JUM’AT”. “Engkau melihatnya sendiri ?” tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk yang ada di negeriku pun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa”, jawab Kuraib.

Ibnu Abbas menjelaskan : “Kalau kami (di Madinah) melihatnya “MALAM SABTU”. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawwal”

Kuraib bertanya lagi : “Mengapa kalian tidak mengikuti ru’yah Muawiyah dan puasanya Muawiyah ?”

Ibnu Abbas menjawab : “Tidak, seperti inilah yang telah diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami” (HR.Muslim no.1087).

Pada hadits ini kita lihat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu tidak memakai ru’yah penduduk Syam, tapi ia tetap menggunakan ru’yah penduduk Madinah karena ia tahu bahwa hilal masing-masing negeri itu bisa berbeda-beda. Bahkan ia berkata bahwa beginilah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kami.

Meskipun kisah diatas berkaitan dengan awal Ramadhan, tetapi untuk menentukan hilal (awal bulan) dzulhijjah sama dengan bulan lainnya, tidak ada dalil yang membedakannya. Para ulama tidak membedakan untuk hilal dzulhijjah dan hilal bulan lainnya.

Maka puasa Arafah dan idul adha pun juga dikaitkan dengan waktu (awal hilal) di negeri masing-masing dan bukannya dengan aktifitas jamaah Haji di Arafah.

(5). Puasa Arafah itu terkait dengan “waktu saja” dan tidak terkait dengan “tempat”. Buktinya jika seandainya terjadi bencana atau peperangan sehingga jamaah haji tidak bisa wukuf di Arafah pada tahun itu, bukankah puasa Arafah tetap bisa dilakukan meskipun jamaah haji tidak ada yang wukuf di Arafah ? Kenapa ? Karena patokan puasa Arafah itu bukan wukufnya jamaah haji tapi tanggal 9 dzulhijjah.

(6). Makna ini juga dikuatkan oleh hadits ‘Aisyah, ketika Masruq (seorang tabi’in) menyarankan beliau untuk tidak berpuasa ‘Arafah tanggal 9 Dzulhijjah karena khawatir hari tersebut adalah tanggal 10 Dzulhijjah yang terlarang untuk berpuasa.

Lalu ‘Aisyah menjelaskan kepada Masruq bahwa yang benar adalah mengikuti al-Jama’ah. ‘Aisyah radhiyallahu ’anha berdalil dengan hadits :

النحر يوم ينحر الناس، والفطر يوم يفطر الناس

“An-Nahr (Idul Adha) adalah hari ketika orang-orang menyembelih dan Idul Fithri adalah hari ketika orang-orang berlebaran” (lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahihah 1/444).

(7). Ke 6 alasan diatas dan alasan lainnya adalah pendapat dari seluruh ulama dari zaman ke zaman selama ratusan tahun.

(8). Tetapi setelah adanya teknologi informasi beberapa tahun belakangan maka mulailah muncul pendapat yang berkata kita harus mengikuti puasa Arafah dengan berpatokan kepada jama’ah haji yang sedang wukuf di Arafah.

(9). Para ulama berkata bahwa pendapat ini tidak kuat karena menyelisihi alasan-alasan diatas, sehingga mereka tetap dengan pendapat semula meskipun sudah ketahuan kapan wukuf di Arafah.

(10). Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :

“Mereka (pemerintah) mengurusi lima urusan kita, yaitu (shalat) Jum’at, (shalat) jamaah, ‘Id (hari raya), perbatasan, dan hukum had. Demi Allah, agama ini tidak akan tegak kecuali dengan mereka, walaupun mereka itu zalim dan curang. Demi Allah, sungguh apa yang Allah subhanahu wa ta’ala perbaiki dengan mereka lebih banyak dari apa yang mereka rusak…” (Mu’amalatul Hukkam, hlm. 7—8)

KESIMPULAN :

Dari semua penjelasan diatas maka diambil kesimpulan bahwa berpuasa Arafah (yaitu tanggal 9 dzulhijjah) dan berhari raya ‘Idul Adha dengan mengacu kepada terlihatnya hilal (awal bulan) di negara masing-masing.

Dan ini juga merupakan pendapat dari al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolaani, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh al-Utsaimin, Syaikh DR. ‘Abdullah bin Jibrin, Syaikh DR.Hanii bin Abdullah, Syaikh DR.Ahmad al-Haji al-Kurdi, Syaikh DR.Khalid al-Musyaiqih, Syaikh DR.Khalid al-Muslih, Syaikh DR.Anis Thohir al-Indunisy dll. (put/thayyibah)

Oleh : Ustadz Najmi Umar Bakkar

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online