thayiba.com :: Perkembangan Islam di Eropa menunjukan angka pertumbuhan yang luas biasa. Peningkatan angka pertumbuhan secara konstan naik setiap tahunnya dan ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk muslim di Eropa. Kekhawatiran akan peningkatan jumlah penduduk muslim inilah yang mendorong sebagian masyarakat di Inggris untuk mendukung agar Inggris keluar dari Uni Eropa.
Kemenangan para pendukung yang menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa pada referendum yang digelar Kamis (23/6/2016) disambut dengan gembira oleh salah satunya Marine Le Pen, pemimpin partai sayap-kanan Perancis, Front Nasional.
Le Pen terkenal dengan jargonnya yang anti-Islam, salah satunya menyerukan larangan jilbab di Perancis dan ditutupnya negara itu bagi imigran Muslim. Tahun 2011, Le Pen dikecam karena menyamakan shalat berjamaah umat Islam di jalan seperti pendudukan Nazi di Perancis. Le Pen juga mengajurkan agar Perancis mengikuti langkah Inggris keluar dari Uni Eropa
“Kemenangan bagi kebebasan! Sekarang waktunya referendum yang sama di Perancis,” kata Le Pen dalam akun Twitternya, Jumat (24/6) seperti dikutip cnnindonesia.com
Kegembiraan ini juga ditunjukan oleh tokoh sayap kanan anti-islam di Belanda, Geert Wilders dan mengajak Belanda mengikuti langkah Inggris tersebut.
“Kami ingin berkuasa di negeri sendiri, menguasai uang sendiri, perbatasan sendiri dan kebijakan imigrasi sendiri. Jika saya menjadi perdana menteri, akan ada referendum bagi Belanda untuk meninggalkan Uni Eropa. Biarkan rakyat Belanda yang memilih,” kata Wilders dalam situs pribadinya.
Seperti diketahui bahwa Geert Wilders, ketua Partai Kebebasan, adalah penggawa anti-Islam dan anti-imigran Belanda yang membuat film kontroversial berjudul Fitna tahun 2008. Dia mengatakan, Islamisasi di Belanda harus dihentikan dan menyamakan Al-Quran dengan manifesto Hitler “Mein Kampf”.
Kemenangan kelompok yg menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa tak lepas dari upaya Parti UKIP yang dipimpin oleh Nigel Farage. Nigel mengkampanyekan agar Inggris keluar dari Uni Eropa dengan alasan bahwa Uni Eropa menyebabkan hilangnya batas territorial Negara dan masukanya ribuan imigran Timur Tengah terutama Suriah.
“Saya sekarang berani bermimpi fajar kemerdekaan Inggris mulai datang,” kata Nigel Farage
Wali Kota London Sadiq Khan menyatakan bahwa kebanyakan perdebatan anti-Uni Eropa lebih didasarkan kebencian. Kampanye berjalan rasis. “Belum melihat bagaimana negara ini menyembuhkan dirinya. Inggris adalah rumah saya. Saya merasa teralienasi,” ujarnya.
Seorang Muslimah Wales, Shazi Awan yang mengkampanyekan agar Inggris tetap berada di Uni Eropa mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Ia diminta untuk mengepakkan kopernya dan pulang ke rumah setelah kelompok Brexit menang.
“Kabar baik Anda bisa mengepakkan koper Anda dan pulang,” tulis akun Foggyneiinfidel lewat kicauan Twitter yang ditujukan kepada Awan.
Salah seorang imigran Muslim, Khatun asal Bangladesh menceritakan bahwa bahwa dirinya kerap kali mendapatkan diskriminasi di jalan sebelum adanya referendum trsebut dan kini ia semakin mengkhawatiran setelah pro brexit memenangi referendum tersebut.
“Sebelumnya saya berpikir Inggris keluar dari Uni Eropa hanya lelucon, namun setelah BBC dan media berita lain melaporkan saya mulai mengkhawatirkan keluarga saya,” ujar Brit Sajda Khatun seperti dilansir republika.co.id
Seperti diketahui Inggris merupakan salah satu negara dengan tingkat Islamofobia cukup besar di Eropa. Mereka khawatir, kemenangan Brexit yang didukung kelompok antimigran akan semakin membuat Muslim terdiskriminasi. (Azah)