thayyibah.com :: Suasana khidmat terlihat selama prosesi penghormatan terakhir jelang pemakaman legenda tinju dunia, Muhammad Ali. Berkali-kali kalimat “Allahu Akbar” terdengar di Freedom Hall Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, Jum’at (10/9/2016) Demikian seperti diberitakan media CBS News, Jumat (10/6/2016).
Ali meninggal dunia pada Sabtu (4/6) pekan lalu dalam usia 74 tahun akibat penyakit Parkinson. Namun, pemakamannya baru digelar sepekan kemudian yang rencananya digelar selama dua hari.
Prosesi pemakaman yang gelar sejak kemaren memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk memberikan doa kepada Moh. Ali. Hari pertama, kamis (9/6/2016), digelar untuk mendoakan jenazah secara Islam di Freedom Hall. Sedangkan hari ini, digelar prosesi mendoakan jenazah secara umum yang terbuka untuk Yahudi dan Kristen, di KFC Yum. Center. Selanjutnya, jenazah baru akan dikuburkan di Cave Hill Cemetery, Louisville, Kentucky
Sekitar 14 ribu orang menyaksikan prosesi pemakaman ini dan di antaranya para pelayat yang hadir nampak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Duta Besar Pakistan Jalil Jilani, promotor tinju Don King serta para petinju terkenal seperti Sugar Ray Leonard.
Momentum ini sekaligus sebagai pembuktian bahwa Islam dapat bersinergi dengan masyarakat sekaligus pemerintahan Amerika. Imam Zaid Shakir, sarjana Muslim terkemuka AS yang akan memimpin doa mengatakan “Muhammad sudah merencanakan semua ini.”
Lebih lanjut ia mengatakan “Dan ia berencana untuk menjadikannya momen pembelajaran,”.
Mohammad Ali bukan saja dikenal sebagai petinju akan tetapi ia dikenal pula sebagai pejuang kulit hitam yang menuntut persamaan hak pada tahun 1960. Dan banyak masyarakat bukan hanya di Amerika Serikat akan tetapi di seluruh dunia.
“Kepergian Muhammad Ali telah membuat kami jadi sedikit merasa kesepian di dunia ini,” ucap Sherman Jackson, sarjana muslim dari University of Southern California
Selain Sherman, ada pula pria asal Bangladesh yang rela meninggalkan negerinya hanya untuk menyaksikan sekaligus memberikan doa kepada sang legendaris tinju, Moh. Ali.
Ia mengaku datang ke Amerika Serikat untuk menghadiri prosesi doa untuk Ali meski kesehatannya sedang menurun. Dia membawa foto yang menunjukkan Muhammad Ali mengunjungi rumahnya 40 tahun lalu.
“Jika saya tidak bisa menghadiri pemakaman Muhammad Ali, itu akan jadi bagian yang menyedihkan dalam hidup saya. Hari ini atau besok, saya bisa saja mati. Jadi saya harus mengambil risiko dan turun sepanjang jalan karena ia sudah mengunjungi rumah saya,” jelasnya seperti dimuat tribunnews.com. (Azah)