thayyibah.com :: Meski keutamaan menuntut ilmu dan kedudukan pemiliknya begitu agung, namun demikian kita melihat keengganan banyak orang dalam mencari ilmu dan lalai menuntutnya. Ada yang sibuk dengan bisnis dan saham-sahammya. Ada yang sibuk dengan mencari nafkah dan mengais rizki sekedar untuk memenuhi kebutuhan. Ada yang sibuk dengan berbagai hiburan, aktifitas, bepergian serta melancong ke berbagai belahan bumi. Ada juga yang tenggelam dalam upaya peningkatan profesionalisme kerja, juga ada yang begitu hobi berpetualang.
Media-media informasi dengan berbagai variannya pun menyerang kita. Hingga saluran-saluran televisi, radio dan majalah-majalah menyita waktu kita. Kegitan demi kegiatan semakin berjejal dengan tersedianya sarana-sarana hiburan, refresing dan permaianan. Sehingga tema kehidupan di zaman ini berubah jadi mencari kesibukan demi kesibukkan dan acara demi acara. Sampai-sampi salah seorang guru pernah menuturkan bahwa sebagian muridnya menghabiskan waktu 12 jam dalam sehari untuk berselancar di dunia maya. Lantas apa yang mereka lakukan di sana?!
Ada pula sebagian orang yang menghabiskan waktu dan hanya diisi dengan membaca novel atau membaca tulisan-tulisan yang hanya menyita waktu tanpa memberi manfaat sedikit pun, bahkan saking parahnya ada yang membaca kisah-kisah cabul. Ada pula jenis-jenis permainan yang memakan waktu berjam-jam lamanya serta banyak obrolan yang dihabiskan untuk membahasnya. Jadi, banyak yang sibuk dan terus sibuk dengan diskusi-diskusi yang nihil manfaat. Ada pula yang hobi dengan mempelajari atau memperbanyak berbagai jenis aksesoris mobil. Ada yang terobsesi mencari kemewahan lebih dan memburu berbagai suplemen tubuh, bukan untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, tetapi untuk lebih bisa merasakan berbagi kesenangan.
Kemudian, ada pula yang mengejar berbagai model pakaian dan menjelejah mall demi mall. Ada juga yang senang menghabiskan waktu di warung- warung. Dan, bila kurang puas dengan warung-warung tradisional, sudah tersedia saat ini cafe-cafe modern, di mana mereka bisa menghabiskan waktu yang sangat lama dengan nongkrong di sana. Waktu mereka hanya bisa diisi dengan senda gurau, menyaksikan bermacam-macam show, serta berbelanja di pasar-pasar dan mall-mall.
Ironisnya, juga ada yang mempelajari ilmu syar’i agar seteleh lulus ia bisa bekerja di kantor dan lembaga-lembaga bantuan hukum yang dapat menghasilkan bayaran tinggi. Sementara sebagian yang lain, mencurahkan waktu mereka untuk mengembangkan bisnis.
Dulu Abu Bakar Ash-Siddhiq adalah seorang saudagar . Demikiah pula ‘Abdurrahman bin ‘Auf dan juga Ustman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhum. Lihatlah, aktifitas duniawi tidak membuat mereka lalai dari mengingat Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat dan menuntut ilmu serta menghadiri majelis ilmu dari Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dulu sebagian guru kami bekerja dari bulan Ramadhan hingga musim haji sebagi sopir taksi. Melalui pekerjaan ini ia bisa memperoleh hasil untuk mencukupi kebutuhan dirinya serta keluarganya, dan mempergunakan hari-hari yang lain untuk menuntut ilmu.
Inilah kelalaian sebagian orang yang melupakan akhirat dan ilmu menuju surga. Semoga jadi renungan bersama.
Dibahasakan secara bebas oleh Mas Slamet dari “Tips Belajar Agama di Waktu Sibuk” karya Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid, hal. 16-18
Dikoreksi ulang oleh:
Al-Ustâdz Abu Rumaysho, Muhammad Abduh Tuasikal bin Usman Tuasikal. (put/thayyibah)