thayyibah.com :: Tulisan ini adalah luapan emosi, bukan karangan ilmiah yang merupakan hasil dari kontemplasi saya setelah ditunjukkan sebuah video dari minute physics oleh seorang teman sebut saja alec (www.youtube.com/watch?v=p_o4aY7xkXg).
|
“Semakin Berisi, Semakin Merunduk”
Beranjak ke gaya gravitasi.
Persamaan umum gravitasi F= GMm/R2 di mana F adalah besar gaya , G adalah konstanta, M dan m adalah massa , dan R adalah jarak.
Tidakkah kalian merasa hal ini sangat dekat dengan konsep hubungan manusia?
Semakin kecil jarak seseorang maka semakin besar gaya gravitasi antara keduanya sehingga ia akan semakin dekat. Akan tetapi, ketika manusia hanya mempunyai R atau jarak yang pendek, tidak menjamin mereka akan mempunyai gaya gravitasi yang besar. Betul, manusia(M) harus memberikan cinta dan kasih sayang mereka kepada manusia lain (m). Gaya gravitasi itu akan semakin membesar ketika kedua manusia itu saling menaruh cinta dan kasih sayangnya satu sama lain atau kumulatif satu kelompok.Terakhir, terdapat God’s will (G) yang merupakan konstanta dan bedanya dengan konsep gravitasi, konstanta ini terus berubah bergantung dengan siapa seorang manusia itu berhubungan. Kita sering menyebut God’s will ini sebagai chemistry, pernah kan kalian merasa tiba-tiba cocok aja dengan seseorang? ya, (mungkin) itu adalah God’s will. Dalam agama saya, Islam, diajarkan konstanta God’s will adalah faktor paling besar dalam suatu hubungan, karena dalam islam ikatan paling kuat adalah ikatan iman. “Dan berpegangteguhlah kamu pada tali Allah, semuanya, dan janganlah kamu berpecah belah, dan ingatlah akan rahmat Allah ke atas kamu ketika kamu bermusuh-musuhan, lalu Dia satukan hati-hati kamu, supaya dengan rahmat-Nya kamu jadi bersaudara.” (Al-Imron:103)
Tidakkah kalian merasa hal ini sangat dekat dengan konsep hubungan manusia dengan Allah?
Gaya gravitasimu dengan Allah masih ditentukan dengan beberapa variabel dan konstanta. Pada saat kita tidak pernah mencoba mendekatkan diri kepada Allah untuk memperkecil jarak(R) kita dengannya saat itulah gaya gravitasi kita ke Allah melemah, begitu pula sebaliknya, semakin kita dekat dengannya, semakin kita merasa kehadiran Allah di setiap aktivitas kita. Bahkan, manusia yang telah memperkecil jarak hingga menjadi kekasihnya akan diberi keutamaan “Ingatlah bahwasanya para waliyullah -yakni kekasih-kekasih Allah- itu tiada ketakutan atas mereka dan merekapun tidak akan bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan juga bertaqwa. Bagi mereka adalah kegembiraan di dalam kehidupan dunia dan juga di akhirat. Tiada perubahan sama sekali untuk kalimat-kalimat Allah. Yang sedemikian itu adalah kebahagiaan yang agung.” (Yunus: 62).
Manusia dapat memperbesar gaya gravitasinya dengan Allah ketika ia memberatkan amal kebaikannya , memuliakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat, dan hal-hal lain yang menyebabkan ia begitu sibuk untuk berbuat kebaikan. Inilah yang disebut variabel M dalam gravitasi kita dengan Allah. Variabel lain adalah m, yaitu amal-amal sholeh orang lain yang terinspirasi oleh kita. Ya, inilah satu-satunya MLM yang saya berminat ikuti, MLM dalam beramal dengan imbalan pahala. Begitulah pentingnya menyampaikan kebaikan ke orang lain, karena kita tidak pernah tau betapa besar variabel M yang telah kita tambahkan.
Yang terakhir, lagi-lagi konstanta G, hidayah dan taufiq Allah. Ialah yang paling menentukan seseorang itu dapat dekat dengan-Nya dan tetap istiqomah di jalan-Nya.
Konsekuensi lain : Energi Potensial
Secara fisis, energi potensial dijelaskan sebagai energi yang dipengaruhi oleh jarak benda tersebut relatif ke benda lain. Dalam konteks energi potensial yang disebabkan gaya gravitasi, persamaan energi potensial : Ep= m.g.h . Semakin jauh kedudukan suatu benda dari permukaan (dalam pengaruh gravitasi), semakin besar energi potensial yang dimilikinya. Dalam konteks hubungan manusia dengan Allah, ketika seorang manusia terjerembab dalam kemaksiatan, jarak (h) antara ia dan Allah akan menjauh, dan saat itulah kerinduannya akan Allah dan Rasul-Nya memuncak (Ep). Ep akan mempunyai nilai jika terdapat percepatan gravitasi (g) atau jauhnya jarak suatu benda masih dalam jangkauan medan gravitasi. Ketika sebuah benda terdapat diluar medan gravitasi, maka ia tidak lagi memiliki energi potensial terhadap permukaan. Begitu juga dengan manusia, ketika mereka telah berada terlalu jauh dari Allah, ia tidak akan pernah merasa rindu akan kehadiran-Nya di setiap aktivitas, tidak ada rasa gelisah ketika berbuat maksiat kecuali jika Allah memberinya hidayah. Lalu apa itu medan gravitasi dalam konteks hubungan manusia dengan Allah ? ia adalah iman, imanmu akan menjagamu tetap dalam kerinduan pada-Nya, sumber rasa gelisahmu ketika berbuat maksiat, dan menjadi teman sejatimu hingga akhir hayat.
Terakhir , curhat dikit.
Ya , terdapat kata gegalauan dari judul tulisan ini. Seringkali mahasiswa baru merindukan masa SMA-nya, termasuk saya. Hal ini saya anggap wajar karena gravitasi indahnya kehidupan SMA begitu kuat menarik saya, tetapi saya sadar, saya tidak boleh berlarut-larut dengan gravitasi SMA tersebut, tidak juga melupakan perjuangan dan jasa orang-orang hebat yang saya temui di sana. Saya harus mencari gravitasi-gravitasi baru tempat hati saya dapat berlabuh, memberikan segenap perhatian dan cintanya pada gravitasi baru itu. Mungkin saja, gravitasi baru itu sebuah kelompok, seseorang, dan mungkin saja kamu :). (put/thayyibah)
Muhammad Mahardhika Zein
Mahasiswa yang terus mencari sumber gravitasinya
Ditulis setelah ujian Fisika Dasar II