Breaking News
Cinta Rasulullah

Jangan Taklid Buta

Cinta Rasulullah
Cinta Rasulullah

thayyibah.com :: Seorang muslim yang mengaku mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, semestinya dia selalu berusaha untuk meneladani sunnah beliau shallallahu alaihi wa sallam dalam kehidupannya, terlebih lagi jika dia mengaku sebagai ahlus sunnah. Karena konsekwensi utama seorang yang mengaku mencintai beliau shallallahu alaihi wa sallam adalah selalu berusaha mengikuti semua petunjuk dan perbuatan beliau shallallahu alaihi wa sallam. Allah Taala berfirman,

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Ali Imran:31).

Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini berkata, Ayat yang mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama (yang dibawa oleh) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya(Tafsir Ibnu Katsir (1/477).

Imam al-Qadhi Iyadh al-Yahshubi berkata, Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliaushallallahu alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit (Kitab asy-Syifa bitariifi huquuqil mushthafa (2/24).

Sumber: Loveislam

About A Halia