thayyibah.com :: Begini. Diperkirakan sekitar 50% kaum yang mengaku Ahlul Bait Nabi (keluarga atau keturunan nabi Muhammad shollollohu ‘alaihi wasallam) di RI, dan di Yaman, adalah Syi’ah, atau setidaknya simpatisan Syi’ah.
Kaum ini biasanya dipanggil dengan sebutan “Habib” (yang masih berusaha eksklusif), dan “Sayyid” atau “Syarif” (yang sudah bercampur dengan trah lain),
Seringkali mereka ikut-ikut Syi’ah tanpa tahu apa sebenarnya Syi’ah itu.
Terutama karena ‘aqidah buatan campuran ajaran kaum Yahudi-Majusi Persia-Mistik-Filsafat yang dinodakan ke Islam itu, mencitrakan dirinya mencintai, membela, bahkan mengajarkan ajaran Ahlul Bait.
Padahal, tidak.
Malah para Ahlul Bait asli yang mereka panggil sebagai Imam Syi’ah (seluruhnya ada 12 yang umumnya diakui Syi’ah), tidak menyukai mereka, kaum Syi’ah, yang mengkafirkan para Sahabat Nabi dan para Istri Nabi (karenanya Syi’ah juga disindiri dengan sebutan Syi’ah Rofidhoh yang mengingkari Imamnya sediri).
Ini masih ditambah lagi akan kemungkinan adanya rasa kebanggaan berlebihan, romantisme, primordialisme, rasialisme, feodalisme dll.; dari kaum yang mengklaim sebagai golongan Ahlul Bait ini, akan asal-usulnya.
Kelak Imam al Mahdi, memang benar dari kaum Ahlul Bait. Tetapi bukan dari Syi’ah. Syi’ah mengklaim Imam Mahdi versinya sudah ada lahir sekitar 1.000 tahun lalu dari keturunan Al Husain bin Ali bin Abi Tholib dan sedang bersembunyi setelah ‘menghilang’ saat berusia kecil belum baligh (tidak mati hingga kini dan akan kembali), sesuatu yang amat menggelikan akal sehat.
Imam al Mahdi yang benar nanti adalah manusia. Dari keturunan Al Hasan bin Ali bin Abi Tholib RA dan Fathimah binti Muhammad. Lahir dan meninggal dunia normal. Dengan tanda ke-Mahdi-annya dari Allah. Dan akan menegakkan kebenaran dan kesejahteraan Bumi bersama Rosululloh ‘Isa bin Maryam ‘alaihissalaam yang akan kembali ke Bumi dan membaiatnya juga.
Lain dengan dongeng fantasi Syi’ah yang aneh bin ajaib bin musykilah itu.
Sementara sebagian dari kaum ini memang sudah bercampur dengan keturunan/darah Persia, sebelum sebagian darinya pindah ke Yaman, lalu ke Asia Tenggara, dll., dari Persia, Iraq, Arabia Tengah (di Arabia Tengah yang kini dikenal sebagai Saudi Arabia mereka dulu bentrok dengan gerakan pemurnian Islam yang dipimpin Syaikh Ahlus Sunnah wal Jama’ah Muhammad bin ‘Abdul Wahhab at Tamimi yang melawan bid’ah dan khurafat hingga banyak yang pindah ke Yaman), dll.
Tidak semuanya, Ahlul Bait itu, ‘Alawiyyiin itu, menjadi Syi’ah.
Bahkan sebagian, sangat gigih melawan Syi’ah. Mereka menjadi para Ahlul Bait sejati, menjadi para ‘Ulama pejuang penegak Sunnah Nabi, sunnah leluhurnya, sang nabi. Pantas diikuti. Dicintai.
Namun, ingatlah pula, sebagian dari mereka secara manusiawi ada yang tak berpengetahuan cukup, tertipu, hingga ‘ikut-ikutan’ saja, ‘Syi’ah-Syi’ahan’. Tertipu.
Yang datang ke RI, ada beberapa gelombang para penyebar agama Islam. Dan juga dari kalangan Ahlul Bait.
Gelombang awal, yg a.l. keturunan Azmat (Azhimat) Khan alias ‘Abdullah Khan (dari kalangan Ahlul Bait), menjadi trah Wali Songo dan raja-raja Jawa Islam (mereka mau menikah campur dengan para bangsawan pribumi nusantara).
Kaum Ahlul Bait di gelombang ini, sekali lagi, mereka mau menikah campur dengan kaum lain. Misalnya, dengan kaum di wilayah Asia Tengah, Indocina, Melayu, Nusantara, dll., seiring dengan penyebaran Islam.
Ini di masa sekitar abad XII, XIII, XIV, XV Masehi (sebelum ini para da’i Islam dari kalangan lain dan jejaknya sudah ada juga di berbagai wilayah Nusantara misalnya adanya kuburan Islam di Irian bertanggal sekitar abad XI M).
Nah, di gelombang berikutnya, kaum Ahlul Bait alias ‘Alawiyyiin (yang mengaku keturunan Ali bin Abi Tholib RA) alias Ba ‘Alwi, biasanya datang dari Yaman, Hadramaut (transit di Yaman setelah ‘mengungsi dari Iraq, Persia, dll. bahkan Arabia Tengah alias Saudi kini karena aneka bentrokan).
Yang gelombang ini, biasanya – bahkan HINGGA KINI – lebih berusaha eksklusif, hampir tak mau kawin campur dengan trah lain.
Bahkan mereka pun dapat tak mau menikahkan keturunannya dengan sesama Arab Yaman atau daerah lain yang BUKAN ‘Alawiyyiin, bukan Ba ‘Alwi!
Alias mereka juga eksklusif bahkan terhadap kaum yang biasanya disebut sebagai kaum (Arab) Jama’ah atau Masyaikh (keturunan para Syaikh atau guru-guru besar agama)
Mereka, yang menyebut dirinya ‘Alawiyyiin alias Ba ‘Alawi, Ba ‘Alwi, Ahlul Bait ‘kaum eksklusif’ ini, satu saat di masa lalu, mulai menciptakan nama-nama keluarga, marga, macam:
Al Habsyi, Alattas (Al Atthos), As Saqof (Assegaff), Al Jufri, Al Aydrus, Al Bar, Shahab, Shihab, Al Muhdor, Al Hamid, Al Haddad, Al Qadrie, Basyaiban, Chaneman, Maula Dawileh, Maula Heleh, Bin Syaikhbubakar, Baharun, Ba’aqil, Jamaalul Lail, Afiff, Munawwar, dll.
Sementara yang Masyaikh atau Jama’ah, antara lain dengan nama keluarga:
At Tamimi, Sungkar, Al Kathiri, Al Amudi, Al Muhazir, Nahdi, Abud, Baldjoen, Mar’ie, Harharah, Lahji, Bahaswan, Bahalwan, Baswedan, Basyrewan, Bahafdullah, Bafaqih, Baraja, Ba’asyir, Bisyir, Bajubair, Basyaib, Basyrahiil, Basalamah, Bajened, Bakarman, Bamu’alim, Basymeleh, Bazher, Bayasud, Bafadhal, Baridwan, Barasyid, Bachrak, Baisa, Balwe’el, bin Zubair, Okbah, Bobsaid, Audah, Zubaidi, Thalib, Ad Dibani, ‘Abdul Aziz, dll.
Mereka kaum ‘Alawiyiin itu bahkan bisa saja kurang menghargai Ahlul Bait yang bukan dari keturunan Ali bin Abi Tholib RA, misalnya Ahlul Bait dari jalur Al Abbas RA, paman Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam.
Contohnya, dari jalur ini, keluarga Bawazier (in syaa Allah ini keturunan paman nabi yakni Al Abbas bin Abi Tholib yang keturunannya kemudian menjadi pendiri kekholifahan Abbasiyyah).
Dan mereka lebih cenderung mengkultuskan diri, keturunannya, mengkeramatkannya (termasuk bahkan kuburannya).
Bahkan dapat membuat berbagai bentuk ‘ibadah yang tak dijumpai di masa Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam dan para Ahlil Baitnya dan para Sahabatnya di 3 generasi muslim yang DIJAMIN ALLAH sebagai yang terbaik, yakni generasi kaum Sahabat, lalu generasi kaum Tabi’iin, lalu generasi kaum Tabi’ut Tab’iin (TERMASUK kaum Ahlul Bait di masa 3 generasi ini); yang para ‘ulama biasanya menyebut mereka ini sebagai kaum “Salafush Sholih” (Kaum Pendahulu Yang Salih).
Alias sebagian ‘ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah tegas mengatakan bahwa mereka itu, yang tak mengikuti cara-cara kaum Salafush Sholih yang dijamin kebenarannya oleh Allah dan Rosulnya, sudah menciptakan Bid’ah, bahkan Khurafat. Walaupun Ahlul Bait (yang bahkan sebagian menjadi Syi’ah itu).
Misalnya? Ritual macam Maulid Nabi (ini pertama kali diciptakan Syi’ah Fathimiyyah Mesir sekitar 600 tahun setelah meninggalnya Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam sementara tanggal lahir beliau masih menjadi perdebatan hingga sekarang), pengkeramatan kuburan hingga bahkan menjadi tempat ibadah, sholawat berjama’ah bahkan dengan bermusik, tahlilan-yaa siinan di hari tertentu, peringatan kematian, talqin mayat, praktik ‘karomah wali’ namun berisiko bercara mistik keliru, dll.
Mereka ini (dan ajarannya itu) akhirnya menjadi kurang diterima di Al Irsyad (organisasi Islam keturunan Arab Jama’ah atau Masyaikh di Nusantara yang lahir di Surabaya) dan kemudian mereka memisahkan diri, akhirnya biasanya mengerucut ke jama’ah Tasawwuf/Sufi, yang biasanya kemudian di RI berkumpul ke NU, yang – maaf – memang jama’ahnya adalah banyak orang awwam, sederhana, di pedesaan, bahkan ada yang tak dapat membaca-menulis, dan cenderung menurut taqlid fanatik saja kepada pemukanya, misalnya kaum Kyai dan Habaib/Habib itu.
Mereka (dan ajarannya) juga kurang diterima di Ormas Islam RI perintis lain macam Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), Persis, organisasi2 besar perintis kemerdekaan juga, yang biasanya memang lebih berpengetahuan dan kritis, berpegang kepada Al Qur’an dan As Sunnah/Hadits semurni mungkin.
Lalu kurang diterima juga di Ormas Islam generasi berikutnya, pecahan 4 besar pendahulu itu (Al Irsyad, Muh, DDII, Persis) setelah masa kemerdekaan yakni Ormas Islam bernama Hidayatullah, Al Shofwah, Wahdah Islamiyyah, HASMI, dll.).
Nah …
Syi’ah yang dibentuk dari hasil hasutan Yahudi ‘Abdullah bin Saba dan komplotannya, juga berikutnya bersama persekongkolan dengan kaum Majusi Persia (ingatlah kaum Farisy atau Parsi atau Persia ini amat dendam terhadap MUSLIMIIN ARAB karena di masa Amirul Mu’miniin Umar bin Khattab RA lah Persia ditaklukkan muslimiin), juga dengan kaum Mistikus, Failasuf (Falsafi alias Filsafat), yang mencitrakan diri membela Ahlul Bait, dan mengedepankan al Husain bin Ali RA (karena meninggal tragis di Karbala dalam sebuah kesalahpahaman besar dan dapat dibumbui macam-macam propaganda) daripada al Hasan bin Ali RA (yang meninggal tenang); menyukai ini!
Potensi kekacauan ini!
Potensi pengadu-dombaan ini!
Dan ini juga dapat disukai Yahudi, kaum Mistik, Misionaris, kaum Filsuf (yang kemudian dikenal sebagai kaum Islam Liberal, Plural, Sekuler), dll. MUSUH ISLAM.
Padahal hadits-hadits yang diklaim Syi’ah berasal dari Ahlul Bait, lebih dari 90% TIDAK bersambung sanadnya ke ROSULULLOH shollollohu ‘alaihi wasallam!
Alias bahwa itu adalah hadits palsu!
Bahkan diragukan juga itu berasal dari atsar alias ajaran para Ahlul Bait yang mereka KLAIM sebagai 12 Imam Syi’ah! Macam Imam Ali bin Abi Tholib RA, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Muhammad Al Baqir, Ali Zainal Abidin, Ja’far ash Shodiq, dst.
…
Apalagi di RI, mendiang Gus Dur sempat menghebohkan masyarakat, dengan pernyataannya, bahwa banyak ritual NU memang diambil dari kebiasaan ritual Syi’ah (selain dari Sufi yang Syi’ah dan Sufi memang membesar bersamaan di masa kekholifahan Abbasiyah)!
Dan beliau juga menyatakan bahwa NU itu seperti Syi’ah, namun tanpa Imamah!
Ironisnya … Kakeknya, yakni KH. Hasyim Asy’ary, pendiri NU, membuat fatwa agar warga NU, TIDAK mengikuti Syi’ah. Menjauhi Syi’ah!
Fatwa KH Hasyim Asy’ary pendiri NU tentang Syi’ah
https://www.islampos.com/fatwa-lengkap-hadrotusy-syeikh-hasyim-asyari-tentang-syiah-78237/
http://www.jurnalislam.com/nasional/read/262/kh-hasyim-asyari-telah-fatwakan-syi-ah-sesat-sebelum-berkembang-di-indonesia.html
https://aslibumiayu.wordpress.com/2012/10/12/pendiri-nu-pun-mengingatkan-akan-bahayanya-syiah/
https://darussalam.wordpress.com/2014/11/05/fatwa-pendiri-nahdhatul-ulama-syekh-kh-hasyim-asyari-tentang-syiah/
…
Wajar, jika lantas Syi’ah berusaha memasak, menjaring massa NU yang banyak, namun banyak juga yang awwam, berpikiran sederhana itu.
Dan kita kini tahu, justru Ketum PB NU, KH. Said ‘Aqil Siradj, sejak tahun 2005 mengirimkan BANYAK kader NU belajar ke Iran (Syi’ah) dengan dalih macam2!
Walaupun ini diprotesi kyai-kyai NU juga!?
Dan Jusuf Kalla – kader NU – selaku ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), hendak menjalin kerjasama dengan Iran.
Syi’ah internasional juga sudah sejak sebelum kampanye Presiden 2014 mendukung penuh Jokowi, bersama kaum Kristen Misionaris, Sekuler, Liberal Plural, Gay-Lesbian-Bisexual-Transgender, Mistikus, Kejawen, Ahmadiyah, Baha’iyah, Kapitalis, Atheis, Komunis, non-Islam, dll.
Dan kini keadaan dunia semakin panas.
Berbagai negara Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti Saudi Arabia, Qatar, UEA, Bahrain, Mesir, Maroko, Pakistan dll., sudah membalas dengan serius serangan Syi’ah di Yaman. Semoga berlanjut ke Suriah, Iraq, Libanon, yang dianeksasi Syi’ah, bahkan Iran sebagai pusat Syi’ah.
Di Asia Tenggara, Syi’ah juga sudah dilarang di Malaysia dan Brunei Daarussalaam. Dan di Singapura, Syi’ah tidak dikategorikan sama dengan Islam.
Karenanya wajar mereka sangat berusaha menang atau berposisi kuat di Indonesia karena sudah kehilangan Malaysia, Brunei, Singapura!
Dengan segala cara! Terutama dengan propaganda, pencitraan, bahkan kekerasan!
Namun, ini semuanya, sebenarnya bagi yang paham, sudah diberitahukan akan terjadi, di akhir jaman ini, oleh bisyarah dari Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam.
Tinggal bagaimana kita mencari yang benar, yang sesuai Al Qur’an dan As Sunnah, petunjuk Allah melalui 124.000 orang nabi dalam Islam sejak awal jaman, dan menyikapinya.
Dan meneladani petunjuk para nabi, 124.000 orang nabi sejak awal jaman, pembawa petunjuk Allah itu.
Dan tak mengikuti hasutan Yahudi-Majusi Persia-Mistikus-Filsuf yang menjadi Syi’ah itu.
Menjelang datangnya Dajjal dan Ya’juj serta Ma’juj.
Dan Imam al Mahdi serta Rosululloh ‘Isa ‘alaihissalaam.
Di masa Akhir Jaman ini, yang sudah diberitahukan akan berat, membingungkan sementara orang, banyak fitnah kebohongan, dll., menjelang Perang Akhir Jaman.
Dan masa sesudahnya.
…
Marilah kita tutup dengan mengingati beberapa dalil dienullah ini, di antara banyak dalil serupa lainnya:
Al-Baqarah ayat 124:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.”
Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.”
Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai (berlaku terhadap) orang yang zalim (walaupun dari keturunan nabi).”
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat.
Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat.
Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya.
Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya.
Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu TIDAK AKAN dipercepat oleh nasabnya (derajat keturunannya).”
(Riwayat Muslim)
Wallohua’lam. Wastaghfirulloh. Walhamdulillah. (put/thayyibah)