Jatuhnya Kota Esztergom – 10 Agustus 1543
thayyibah.com :: Pengepungan kota Esztergom dimulai pada tanggal 25 Juli dan baru jatuh setelah 2 pekan pada hari Jumat 9 Jumadil-Awwal 950 Hijriah (10 August 1543). Kota yang sekarang berada di Hungaria ini dahulu dikepung oleh balatentara Khilafah Turki Utsmani yang dipimpin langsung oleh Sultan Suleiman I Kanuni.
Latar Belakang
Pengepungan ini adalah bagian dari konflik militer antara Kerajaan Habsburg dan Khilafah Turki Utsmani tidak lama setelah wafatnya pemimpin Hungaria yg bernama John Zápolya pada 20 Juli 1540. John Zápolya tunduk kepada sultan dan kematiannya mendorong para bangsawan Hungaria lainnya untuk mencari pengganti; oleh karena itu sultan berangkat untuk memastikan bahwa penggantinya adalah sosok yg dapat diajak bekerja-sama.
Era ini dalam sejarah Hungaria dikenal sebagai Perang Benteng (“Age of Castle Wars”) yang ditandai dengan Suleiman I Kanuni menguasai kota Buda dan Pest pada tahun 1541. Kedua kota tersebut memberikan keunggulan bagi Suleiman utk menguasai wilayah Hungaria bagian tengah yg dibentuk menjadi provinsi (Beylerbeylik) Buda secara resmi.
Sebagai bagian dari kesepakatan aliansi maka Perancis memperbantukan pasukannya ke bawah balatentara Turki Utsmani pada kampanye militer ke Hungaria tersebut. Pada pengepungan Esztergom ini Perancis mengirimkan kesatuan meriamnya kepada Sultan Suleiman I selama periode 1543-44. Sebagai gantinya, Suleiman I mengirimkan armadanya di bawah admiral Khairuddin Barbarosa untuk membantu Perancis mengepung kota Nice [*pernah saya muat artikelnya beberapa hari yg lalu].
Pengepungan
Pengepungan kota Esztergom ini merupakan kelanjutan dari strategi Suleiman I untuk memanfaatkan kelemahan Habsburg akibat gagalnya upaya Raja Ferdinand I dari Austria merebut kembali Buda pada tahun 1542. Setelah pengepungan ini berhasil, maka kota penting yang juga jatuh ke tangan Suleiman I Kanuni adalah kota “pengangkatam raja Hungaria” yaitu Székesfehérvár pada bulan September 1543. Kota-kota lain yg jatuh adalah Siklós dan Szeged yang harus diamankan oleh sultan guna melindungi Buda.
Hanya saja, Sultan Suleiman I Kanuni tidak meneruskan kampanye militernya hingga ke Wina kali ini karena ia belum mendapatkan berita tentang kemajuan agresi Perancis di Eropa bagian barat dan Laut Mediterranenan.
Masalah di Belahan Timur
Setelah keberhasilan kampanye militer Turki Utsmani tersebut, Charles V melalui penengahnya, Francis I, meminta perdamaian pada tahun 1545. Sultan Suleiman I nampak bersemangat untuk menyudao ketegangan di perbatasannya dengan Austria. Salah satu penyebabnya adalah bahwa ia juga harus menghadap agresi dari wilayahnya di Asia. Di perbatasan timur ini ia harus menghadapi serangan dari Kerajaan Safawi (Safavid) yg syi’ah.
Dua tahun kemudian kedua raja Habsburg, Ferdinand dan Charles V megakui kekuasaan Turki Utsmani terhadap Hungaria pada Perundingan Adrianopel tahun 157. Raja Fersinand juga menyetujui pembayaran upeti tahunan sebesar 30.000 florin emas untuk perlindungan atas sedikit wilayahnya di bagian utara dan barat Hungaria. Hungaria terus menjadi bagian dari khilafah hingga tahun 1686.
Agung Waspodo, mencatat sebuah kekaguman akan kepemimpinan Sultan Suleiman I al-Qanuni beserta generasi Turki Utsmani pada era tersebut; khususnya kesiapan mereka untuk beroperasi lama di suatu daerah menjelang musim gugur dan bahkan di dua-front. Sungguh sebuah kombinasi kualitas kepemimpinan, kesetiaan sumpah keprajuritan, serta keteguhan dukungan rakyat yg langka di dunia Islam saat ini. (put/thayyibah)
Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP