thayyibah.com :: Sebagian kita mungkin pernah mendapati seorang ibu-ibu atau bapak-bapak yang sudah berumur, namun ia belum lancar mengaji, belum paham benar tatacara berwudhu atau shalat sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ketika ia diajak belajar mengaji atau menghadiri majelis ilmu, ternyata ia malu.
Ia berkata, “malu saya, ngajinya belum lancar”, “nggak ah, saya malu,” atau jawaban lain semisalnya.
Bapak, Ibu, mengapa malu? Justru kalau tidak dimulai dari sekarang, semakin berumur akan lebih malu lagi. Justru kalau ditunda terus sementara ibadahnya belum bagus, akan lebih malu lagi nanti di hadapan Allah. Justru, kalau kita tidak belajar dari sekarang, dikhawatirkan meninggal dunia dalam kebodohan dan jauh dari agama. Oleh karena itu, janganlah kita malu dari menuntut ilmu, meski diri sudah berumur.
Bila malu belajar bersama-sama, Bapak bisa belajar sendiri di hadapan Ustadz atau seorang teman yang berilmu secara empat mata, sehingga tidak ada yang melihat, cukup hal tersebut menjadi rahasia berdua.
Jika malu berbuat salah ketika belajar bersama-sama, Ibu bisa meminta waktu kepada tetangga yang lebih pintar atau belajar di depan Ustadzah, sehingga tidak perlu malu karena orang-orang di sekitar tidak tahu.
Tidak perlu malu kalau salah, sebab semua orang berpotensi untuk salah.
Jangan malu jika harus mengulang dari Iqro’ satu, insya Allah setelah beberapa bulan akan lancar membaca al-Qur’an.
Jangan malu jika butuh waktu lama ketika menghafal doa dan bacaan shalat, insya Allah proses yang lama tersebut akan diganjar banyak pahala oleh Allah ta’ala.
Jangan pernah malu dari menuntut ilmu, sebab malu tersebut dapat menghalangi diri dari mendapatkan ilmu.
Mujahid rahimahullah mengatakan:
لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ.
Tidak akan menuntut ilmu orang yang pemalu dan orang yang sombong. (HR. al-Bukhari)
“Yang pemalu”, rasa malunya menghalangi dirinya dari menuntut ilmu. Sedangkan “yang sombong”, karena ia merasa berilmu jadi tidak butuh lagi menuntut ilmu. Allahul-musta’aan.
Aisyah radhiyaAllahu anha berkata:
نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّيْنِ.
Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Anshor, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk mendalami agama. (HR. al-Bukhari)
Perhatikanlah Ummu Sulaim, dia tidak malu untuk bertanya hal penting kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنَّهَا قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ امْرَأَةُ أَبِيْ طَلْحَةَ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِيْ مِنْ الْحَقِّ، هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا هِيَ احْتَلَمَتْ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ، إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ.
Dari Ummu Salamah Ummul Mukminin bahwasanya ia pernah bercerita: “Ummu Sulaim istri Abu Tolhah datang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, apakah seorang wanita wajib mandi apabila dia mimpi basah?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: “Iya, apabila ia melihat air (mani).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kalau tidak belajar sekarang maka kapan lagi? Mari kita jadikan malu tersebut sebagai motivasi untuk semakin semangat dalam belajar agama. Ayo terus menuntut ilmu dan mengamalkannya. Jika nyawa kita dicabut dalam keadaan sedang menuntut ilmu, semoga menjadi husnul khotimah yang indah bagi kita.
Semoga Allah memudahkan jalan menuntut ilmu bagi kita dan memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkannya. Aamiin. (put/thayyibah)