thayyibah.com :: Jilbab = Budaya Arab, bukan Syariat Islam.
Pernyataan di atas bisa benar bila jawaban yang tepat untuk pertanyaan berikut ini “TIDAK”.
Apakah Allah ta’ala memerintahkan untuk memakai jilbab?
Jika Anda menjawab “tidak”, maka silahkan mengatakan bahwa Jilbab bukan Syariat Islam… Tapi bila jawaban Anda “ya”, maka konsekuensinya, Anda harus katakan bahwa itu Syariat Islam.
Karena, termasuk diantara CIRI yang membedakan antara syariat dengan adat adalah adanya perintah yang memberatkan seorang hamba, sehingga dia pantas mendapatkan pahala dengan mentaatinya.
Dan jelas, jilbab merupakan sesuatu yang memberatkan seorang muslimah, baik di zaman dahulu maupun di zaman sekarang.
Lalu adakah Allah ta’ala memerintahkannya?
Simaklah firman Allah ta’ala berikut ini:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
“Wahai Nabi (Muhammad), perintahkanlah kepada para isterimu, kepada putri-putrimu, dan kepada wanita-wanita kaum mukminin, agar mereka menjulurkan ke seluruh tubuh mereka jilbab-jilbab mereka”. [Al-Ahzab: 59].
Sangat jelas, bahwa di ayat ini Allah memerintahkan kepada para muslimah untuk mengenakan jilbab, sehingga pernyataan jilbab itu budaya arab, sangat tidak pas. Yang benar, bahwa jilbab adalah Syariat Islam; perintah Allah ta’ala.
Cobalah direnungkan, bila jilbab itu adat Arab, untuk apa Allah memerintahkannya?
Pantaskah memerintahkan sesuatu yang sudah dilakukan, bahkan sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat?
Jika jilbab itu benar adat Arab dan bukan Syariat Islam, harusnya redaksi ayatnya berupa KABAR tentang adat jilbab di zaman beliau, bukan berupa PERINTAH untuk mengenakannya, wallohu a’lam.
Semoga uraian di atas bermanfaat dan bisa dipahami dengan baik. (put/thayyibah)
Oleh : Al-Ustâdz Musyaffa Ad-Dariny Hafizhahullâh