thayyibah.com :: Atsar adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Shahabat dan para Ulama Salaf. Namun atsar bisa juga disandarkan kepada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sinonim dengan hadits).
Al-Imam Al-Auza’i menasehatkan:
عليك بالأثر وإن رفضك الناس وإياك واراء الرجال وإن زخرفوه بالقول فإن الأمر ينجلي وأنت فيه علی طريق مستقيم
“Wajib atas engkau berpegang dengan atsar sekalipun manusia menolaknya. Hati-hatilah engkau dari logika dalam beragama meskipun mereka menghiasinya dengan berbagai omongan (nampak mengagumkan). Karena perkara agama ini telah sangat jelas dengan atsar dan jika engkau merujuk kepada atsar maka engkau akan berjalan di atas shirathal mustaqim (jalan yang lurus).” (Al-Adabus Syar’iyyah 2/70)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membimbing umatnya agar mengikuti jejak beliau dan para Khulafa’ur Rasyidin ketika mendapati percekcokan pemahaman di antara kaum Muslimin:
“Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian (ketika melihat perselisihan itu) berpegang teguh dengan sunnahku (cara beragamaku) dan sunnah para Khulafa’ur Rasyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku. Gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang baru dalam agama, karena setiap perkara yang baru dalam agama (bid’ah) itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 dan beliau berkata “Hadits Hasan Shahih” – Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam “Shahihul Jami’” 2546)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Sesungguhnya bani Isra’il telah terpecah menjadi tujuhpuluh dua aliran pemahaman dan umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga golongan. Semuanya di neraka kecuali satu golongan pemahaman saja yang selamat. Para Shahabat bertanya kepada Nabi, “Siapakah golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu golongan yang beragama dengan cara beragamaku dan cara beragama para Shahabatku.” (HR. At-Tirmidzi 2565)
Maka fitnah perpecahan yang menimpa kaum Muslimin hanya dapat diatasi dengan menempuh cara beragamanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Shahabatnya. Inilah persatuan yang hakiki, persatuan yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Tidak sebagaimana yang disuarakan oleh ahlul batil; mereka mengajak kepada persatuan jasad sedangkan manhaj dan aqidah mereka saling bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Kelihatannya bersatu namun pada hakikatnya berpecah belah. Allah berfirman:
“Kalian menyangka mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah-belah.” Al-Hasyr: 14 (put/thayyibah)