thayyibah.com :: Prof. Dr. Abdul Hamid As Suhaibani seorang dosen di Riyadh bercerita bahwasanya Syaikh Ali Thanthawi pernah berkunjung ke Indonesia. Syaikh merasa galau dan kesepian, maka pergilah Syaikh ke suatu taman di kota Jakarta. Ia melihat ada anak kecil yang sedang makan coklat bersama orang tuanya. Tidak jauh darinya ada anak kecil lain yang menangis dengan menyebut kata cokelat kepada orang tuanya. Segera ia membeli cokelat dan memberikannya kepada anak kecil yang menangis. Anak tersebut bergembira mendapatkan cokelat dan orang tuanya berterima kasih. Beliau berkata, “Subhanallah, setelah itu saya merasakan kelapangan dan kebahagian.”
Syaikh Ali Thanthawi menyimpulkan atas kejadian tadi, “Saya telah mengambil pelajaran bahwa kebahagian bukanlah karena harta, istana, para pelayan yang banyak tapi kebahagian hakiki adalah kebahagian hati. Jalan yang paling dekat dengan kebahagian hati dengan cara menggembirakan hati orang lain. Sebesar-besar kenikmatan dunia adalah berbuat Ihsan (kebaikan).
Kita sering sibuk untuk meraih mimpi kita, sibuk dengan masalah-masalah yang sedang kita hadapi. Seolah-olah kita beranggapan bahwa kita tidak mampu untuk memikirkan dan meringankan beban orang lain.
Sering manusia egois mementingkan diri sendiri dan kurang memiliki empati kepada orang lain, bahkan kurang empatinya kepada anak, istri/suami dan kepada orang tua. Ia menuntut untuk dihormati, tapi ia jarang menghargai keluarganya. Ia merasa kurang dilayani dengan semestinya, tapi ia tidak menyadari bisa jadi itu merupakan reaksi karena ia tidak siap melayani keluarganya. Ia egois tapi tidak merasa bahkan menuduh anak, istri/suami yang egois.
Kita ingin dicintai keluarga, jika pergi meninggalkan keluarga, mereka sedih dan berat hati berpisah dengan kita, merindukan untuk segera berjumpa. Jika kita pulang mereka gembira dan bahagia, bukan sebaliknya.
Sesungguhnya kebahagian bisa diraih dengan berupaya menjadikan orang-orang disekeliling kita bahagia. Jika kita menanam maka kita akan memanennya. Orang-orang disekeliling kita akan bergembira jika kita suka memaafkan kesalahan mereka, kita memotivasii mereka, meringankan beban mereka, memberikan ide yang cemerlang untuk keberhasilan mereka, murah senyum dan tidak mudah marah. (put/thayyibah)
Sumber: Buku Mengasah Hati, Ustadz Fariq Gasim Anuz