thayyibah.com :: Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Konsolidasi yang salah kaprah! Sehingga tidak meng-hasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti salah kaprah adalah upaya merapatkan barisan Ahlussunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan dan kekufuran. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan kekuatan umat Islam. Per-satuan tidak akan tegak kecuali dibangun di atas kebenaran.
Ada hal yang fundamental, yang tidak dipahami atau mungkin pura-pura tidak dipahami oleh para penggagas konsolidasi, yaitu mereka mengira bahwa perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syi’ah sebatas perbedaan furu'(cabang) bukan ushul (pokok), antara keIslaman dan kekafiran. Perbedaan kita dengan Syi’ah Raafidhah khususnya adalah perbedaan ushul(pokok-pokok agama) dan bahkan furu’ yang keduanya tidak mungkin disatukan kecualikalau salah satunya meninggalkan ajaran agamanya. Di antara perbedaan ushul (pokok) yang sangat mendasar sekali yang kalau diyakini oleh seseorang maka akan menyebabkan seorang itu murtad yaitu:
Pertama; keyakinan mereka bahwa al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin saat ini, yang dibaca, yang dihafal, yang diwahyukan kepada hambaNya dan Rosul-Nya, Muhammad a‘alaihi wa sallammelalui perantara Malaikat Jibril ‘alaihissalam, telah tidak asli lagi. Menurut Syi’ah, al-Qur’an telah dirubah, atau dikurangi oleh para sahabat yang dipimpin oleh tiga sahabat mulia yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman dan para sahabat lainnya rodhiallohu ‘anhum. Keyakinan ini adalah keyakinan kufur kepada seluruh isi al-Qur’an, karena Alloh subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. al-Hijr[15]:9)
Sedangkan ajaran Rafidhah yang terus-menerus mereka katakan sampai saat ini, baik dengan lisan maupun tulisan bahwa al-Qur’an yang asli adalah al-Qur’an yang tiga kali lebih besar dibandingkan al-Qur’an kita yang ada sekarang dan sangat berbeda isinya. Al-Qur’anmereka ini nanti akan dibawa oleh imam Mahdi menurut versi mereka dan dinamakan Mushaf Fathimah. Inilah keyakinan mereka, walaupun sebagian mereka mengingkarinya tetapi pengingkaran itu hanya o-mong kosong karena ini merupakan taqiyah mereka.
Kalau keyakinan ini diyakini oleh kaum muslimin maka tidak diragukan lagi bahwa dia telah murtad, keluar dari dari agama Islam.
Kedua; pengkafiran terhadap hampir seluruh sahabat Rosululloh‘alaihi wa sallam, seperti Abu Bakar as-shidiq, Umar al-Faruq, Utsman Dzunnurain rodhiallohu ‘anhu seluruh sahabat Rosululloh subhanahu wa ta’ala kecuali beberpa sahabat yang jumlahnya sangat sedikit sedangkan selain yang sedikit ini semuanya kafir. Keyakinan ini berarti kafir terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa standar keimanan kaum muslimin adalah keimanan para sahabat, keridhaan Alloh subhanahu wa ta’alaterhadap mereka dan lain-lain. Kalau seorang muslim dan muslimah meyakini keyakinan ini berarti mereka telah murtad, keluar dari Islam.
Satu keyakinan Rafidhah di atas itu saja sudah tidak mungkin disatukan dengan keyakinan yang ada dalam Islam. Artinya, tidak mungkin seorang muslim dan seorang Rafidhi (Penganut agama Syi’ah) bersatu karena keyakinannya sangat berbeda. Ini berdasarkan dalilnaqliyahdan aqliyahyang shohih yang memiliki ketegasan.
Oleh kerena itu para ulama zaman dahulumenyatakan bahwa orang yang paling bodoh terhadap dalil-dalil naqliyah dan aqliyah serta paling sesat jalannya di anatara orang-orang yang mengaku Islam adalah Syi’ah atau Rafidhah ini. Karena dengan tegas, mereka membenarkan apa yang didustakan dengan dalil-dalil naqli-yah sami’yah (dalil-dalil dari al-Qur’andan sunnah) dan yang didustakan oleh akal. Sebaliknya, mereka mendustkan apa yang jelas dan terang yang telah datang dari dalil-dalil naqliyah sam’iyah dan berdasarkan akal yang shahih. (Minhajus sunnah, 1/8)
Ketiga; perbedaan ushul (pokok) lainnya adalah penyembahan terhadap manusia. Di antara orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam, yang pertama kali membangun kubur-kubur dan kubah-kubah adalah kaum Rafidhah. Mereka mengadakan peribadatan kepada selain Alloh subhanahu wa ta’ala. Padahal ini sangat di-haramkan dalam Islam dan merupakan syirikbesar. Mewakili pengikutnya, Khomaini dalam bukunnya al-Hukumatul al-Islamyah, halaman 52 mengatakan:
“Sesungguhnya sesuatu yang pasti dari madzhab kami bahwa imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh seseorang baik seorang rosul yang diutus maupun oleh malaikat yang dekat.” Ini pernyataan tegas Khomaini. Ini menunjukkan sikap ghuluw mereka terhadap para imam mereka, yang mereka klaim memiliki derajat yang lebih tinggi dari para nabi dan rosul.
Dalam kitab yang sama, Khomaini me-nyatakan bahwa imam mereka tidak pernah lupa dan lalai. Ini adalah sifat Alloh subhanahu wa ta’alakarena hanya Alloh lah yang tidak pernah lupa dan lalai. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah Tuhanmu lupa.”(QS. Maryam [19]:46)
Ini merupakan salah satu bentuk penyembahan terhadap makhluk. Keyakinan seperti ini tidak mungkin bisa disatukan dengan seorang muslim yang beraqidah shohih, yang bermanhaj dengan manhaj salaful ummah, yang hanya ruku’ dan sujud kepda Alloh subhanahu wa ta’ala, karena itu mereka membangun kuburan dan merekalah yang pertama kali memasukan penyembahan terhadap kubur ke dalam Islam, membangunya serta mendirikan kubah-kubah.
Itulah beberapa ushul di antara banyaknya ushul yang membedakan Rafidhah dengan Islam sehingga tidak mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.
Masalah ini sering tidak diketahui oleh tokoh-tokoh kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Karena Syi’ah selalu menyembunyikan keyakinan-keyakinan mereka kepada orang-orang yang belum menjadi pengikut setia mereka.Tetapi jika mereka sudah tahu, dan masih menghendaki konsolidasi tersebut, maka wal’iyadzubillah. Semoga kita dijauhkan dari para pemimpin seperti itu, dan lebih didekatkan dengan para ulama Robbani, yang mereka berpe-gang teguh kepada sunnah Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallamdan para sahabat Beliau rodhiallohu ‘anhum.
Oleh: Aceng Zakaria