Breaking News

Ini Pengaruh Kalimat Syahadat terhadap Perilaku Sehat

SYAHADAT

thayyibah.com :: Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidak diragukan lagi bahwa kita senantiasa membaca kalimat syahadat terutama dalam shalat kita. Kalimat ini merupakan dzikir yang paling utama dan cabang keimanan yang paling tinggi. Kalimat syahadat ini mempunyai pengaruh dalam seluruh aspek kehidupan bagi siapa saja yang membacanya, memahaminya, dan menjalankan konsekuensinya. Lalu bagaimana pengaruh kalimat syahadat dalam aspek kesehatan terutama perilaku sehat seseorang? Berikut penjelasannya.

Deskripsi kalimat syahadat

Kata “syahadat” dalam bahasa arab diambil dari kata “musyahadah” yang artinya “melihat dengan mata kepala”. “Syahadat” adalah mengungkapkan isi hati. Oleh karena itu, “syahadat” haruslah mengandung keyakinan hati yang kokoh dan pengungkapan secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat “Asyhadu an Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah” berarti ia mengakui dengan lisan dan hati secara yakin bagaikan ia melihat dengan mata kepala. Kalimat syahadat mempunyai keutaman, makna, rukun, syarat dan konsekuensi yang harus diketahui dan dipahami dengan baik dan benar oleh setiap muslim dan muslimah.

Peran kalimat syahadat dalam kehidupan setiap muslim dan muslimah

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan”. [1]

Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Islam dibangun di atas lima perkara”. Hal ini menerangkan tentang keagungan lima perkara ini, dan menunjukkan bahwa Islam dibangun di atas lima perkara ini. ini merupakan penyerupaan secara maknawi dengan bangunan yang bersifat konkrit. Sebagaimana bangunan tidak bisa tegak kecuali di atas tiang-tiangnya, maka demikian pula Islam hanya tegak di atas lima perkara ini.

Kalimah syahadat  merupakan asas yang paling pokok (ushul). Rukun-rukun lainnya dan perkara-perkara lainnya mengikuti rukun ini . Rukun-rukun tersebut dan amal-amal yang lainnya tidaklah akan bermanfaat jika tidak didasari oleh dua kalimah Syahadah ini. Kedua kalimah ini saling berkaitan satu sama lain.

Konsekuensi dari syahadah Laa ilaaha illallaah adalah beribadah hanya kepada Allaah semata. Dan konsekuensi dari syahadah Muhammadur rasuulullaah adalah beribadah harus dengan mengikuti syariat Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kedua asas ini harus ada dalam setiap amal yang dikerjakan oleh seorang manusia (hamba). Maka dia harus memurnikan keikhlasan hanya kepada Allaah semata dan memurnikan ittiba‘ (meneladani) hanya kepada Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. [2]

Hubungan kalimat syahadat dengan perilaku hidup sehat

Kalimat syahadatain, jika diketahui dan dipahami tentang makna, rukun, syarat, konsekuensi, dan lainnya dengan baik dan benar, merupakan suatu landasan utama dalam pola pikir, pola hati/perasaan, pola lisan/bicara, dan pola perilaku/perbuatan seseorang dalam menjalani aktifitasnya dalam ruang lingkup kesehatan.

Dengan kata lain kalimat syahadatain merupakan sebuah komitmen paling utama bagi seseorang dalam beraktifitas menjalani kehidupannya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit dalam rangka beribadah hanya kepada Allah semata yang mengikuti syariat Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

 

Kisah nyata pertama tentang penerapan kalimat syahadatain dalam perilaku hidup sehat

عن ابى سعيد أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلَقُوا فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ قَدْ نَزَلُوا بِكُمْ لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ فَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لَا يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَرَاقٍ وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنْ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اقْسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

Dari Abu Sa’id bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi dalam suatu perjalanan, ketika mereka singgah di suatu perkampungan dari perkampungan Arab, mereka meminta supaya diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk menjamu mereka, ternyata salah seorang dari tokoh mereka tersengat binatang berbisa, mereka sudah berusaha menerapinya namun tidak juga memberi manfa’at sama sekali, maka sebagian mereka mengatakan; “Sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang singgah di tempat kalian, semoga saja salah seorang dari mereka ada yang memiliki sesuatu, lantas mereka mendatangi para sahabat Nabi sambil berkata; “Wahai orang-orang, sesungguhnya pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha menerapinya dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan hasil, apakah salah seorang dari kalian memiliki sesuatu (sebagai obat)?” Salah seorang sahabat Nabi menjawab; “Ya, demi Allah aku akan meruqyahnya (menjampinya), akan tetapi demi Allah, sungguh kami tadi meminta kalian supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu kami, dan aku tidak akan meruqyah (menjampinya) sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami.” Lantas penduduk kampung itu menjamu mereka dengan menyediakan beberapa ekor kambing, lalu salah satu sahabat Nabi itu pergi dan membaca al hamdulillahi rabbil ‘alamin (al fatihah) dan meludahkan kepadanya hingga seakan-akan pemimpin mereka terlepas dari tali yang membelenggunya dan terbebas dari penyakit yang dapat membinasakannya. Abu Sa’id berkata; “Lantas penduduk kampung tersebut memberikan imbalan yang telah mereka persiapkan kepada sahabat Nabi, dan sahabat Nabi yang lain pun berkata; “Bagilah.” Namun sahabat yang meruqyah berkata; “Jangan dulu sebelum kita menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahukan apa yang terjadi dan kita akan melihat apa yang beliau perintahkan kepada kita.” Setelah itu mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahukannya kepada beliau, beliau bersabda: “Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah? Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berilah bagian untukku.” [3]

Dalam hadist tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang hubungan kalimat syahadatain dengan kesehatan, yakni:

  1. Pola pikir seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, yakni sahabat yang melakukan ruqyah tersebut, akan memilih metode pengobatan yang sesuai dengan al Quran dan sunnah Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai ilmu dan memahaminya dengan baik tentang metode pengobatan yakni ruqyah. Ia menghindari praktek syirik dan tidak menggunakan bahan yang haram.
  1. Pola hati seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, akan selalu ingat dan terikat kepada Allah sehingga ia menjadi tenang dan percaya diri serta tawakkal baik ketika sebagai orang yang mengobati maupun sebagai orang yang diobati. Ia yakin bahwa Allah, Tuhan yang ia sembah adalah Dzat yang terus menerus memelihara dan mengurus makhluk-Nya. Dan ia pun yakin bahwa Allah yang memiliki nama Asy Syaafi (Yang Maha Penyembuh) akan memberikan kesembuhan kepada orang yang berobat sesuai dengan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, yakni ruqyah dengan al Quran.
  1. Pola lisan/bicara seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, dalam hal ruqyah, akan membacakan surat yang paling baik dalam al Quran, yakni surat al Fatihah. Ia membacanya dengan baik dan benar sesuai hukum-hukumnya.
  1. Pola perbuatan seseorang yang berkomitmen dengan kalimat syahadatain, akan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam membantu orang lain dengan perilakunya. Dalam kisah diatas, sahabat tersebut meludahi bagian tubuh pemimpin kampung tersebut sehingga meningkatkan pengaruh bacaan surat al Fatihah dalam mengobati pemimpin kampung tersebut.

 

Kisah nyata kedua tentang penerapan kalimat syahadatain dalam perilaku hidup sehat

 

حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيد أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ قَدْ فَعَلْتُ فَقَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَأَ

Telah menceritakan kepada kami Ayyas bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Abdul A’la telah menceritakan kepada kami Sa’id dari Qatadah dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa’id bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Saudaraku sedang menderita sakit perut.” Beliau bersabda: “Minumilah madu.” Kemudian laki-laki itu datang kedua kalinya, lalu beliau tetap bersabda: “Minumilah madu.” Kemudian laki-laki itu datang yang ketiga kalinya, beliau bersabda: “Minumilah madu.” Kemudian dia datang lagi sambil berkata; “Aku telah melakukannya.” Maka beliau bersabda: “Maha benar Allah, dan perut saudaramulah yang berdusta, berilah minum madu.” Lalu ia pun meminuminya madu dan akhirnya sembuh.

Dalam hadist tersebut, kita dapat mengambil pelajaran tentang hubungan kalimat syahadatain dengan perilaku hidup sehat, yakni:

  1. Pola pikir: salah seorang sahabat radhiallaahu ‘anhu mendatangi Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta petunjuk terhadap permasalahan kesehatan yang dialami oleh saudaranya. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat tersebut mempunyai pola pikir yang berlandaskan kalimat syahadatain, yakni memilih untuk mengikuti petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya dengan mendatangi orang yang paling berilmu di bidangnya yakni Rasulullaah shallalaahu ‘alaihi wa sallam, bukan memilih petunjuk lain yang mengandung unsur kesyirikan, takhayul, hala-hal yang haram, dan bukan memilih untuk mendatangi orang yang tidak jelas keilmuannya dalam suatu bidang.
  2. Pola hati/perasaan: sahabat tersebut sangat yakin terhadap petunjuk yang diberikan oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh saudaranya tersebut. Hal ini sesuai dengan pola hati/perasaam seseorang yang berlandaskan kalimat syahadatain.
  3. Pola lisan/bicara: sahabat tersebut tidak berkeluh kesah dan protes kepada Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang petunjuk yang beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berikan.
  4. Pola perbuatan: sahabat tersebut sabar dalam menjalani petunjuk yang diberikan oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang berkali-kali datang dan pergi antara menuju Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menuju saudaranya yang sakit guna meminumkan madu untuknya. Sahabat tersebut juga tidak menambah atau mengurangi petunjuk yang diberikan oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Demikianlah, betapa indahnya perilaku hidup sehat yang berlandaskan kalimat syahadat. Selain manfaat kesehatan, orang yang melakukannya akan mendapatkan ridha Allah, dan pahala dari-Nya. Semoga Allah memberi pertolongan kepada kita semua dalam melakukan hal tersebut.

Penulis: dr. Henri Perwira Negara

About A Halia