thayyibah.com :: Apa yang muncul dalam benak sobat Ummi saat mendengar kata “beruntung”? Tentu, makna yang paling mudah tergambar dalam pemikiran kita adalah orang yang mengalami nasib baik, memperoleh rezeki tak terduga, mengalami kegembiraan yang luar biasa, atau berhasil selamat dari musibah. Semua situasi yang menunjukkan bahwa keberuntungan adalah anugerah yang mutlak berasal dari Allah swt.
Saat menghubungkannya dengan amal ibadah, sesungguhnya keberuntungan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, dan tahukah sobat Ummi apakah gerangan keberuntungan terbesar bagi seorang mukmin?Tak lain adalah syurga firdaus yang diwariskan Allah swt. Hal ini termaktub dalam surat Al-Mukminun ayat 10 dan 11 yang artinya :
“Mereka itulah yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Lantas, siapakah “mereka” yang dimaksud? Dan bagaimana pula ciri-ciri seorang mukmin yang “layak” meraih keberuntungan terbesar tersebut?
Mereka yang dimaksud, tak lain adalah orang-orang yang beriman (mukmin). Dan tentu saja, tidak semua orang beriman layak meraih “warisan” terbesar berupa syurga firdaus itu.
Lalu, siapakah gerangan mereka yang layak mendapatkannya?
Sobat Ummi, inilah ciri-ciri mukmin yang beruntungsebagaimana termaktub dalam surat Al-Mukminun ayat 1 – 9, sebagai berikut :
1.Orang-orang yang khusyu dalam shalatnya
Mereka yang khusyu dalam shalatnya adalah mereka yang menegakkan shalat dengan sepenuh ketundukan hati, merasakan kehadiran Allah dalam sholatnya, membaca bacaan sholat dengan baik, memahami dan meresapi maknanya serta mematuhi semua rukun sholat dengan baik dan benar. Maka untuk menjadi mukmin yang beruntung, standar ibadah sholat yang harus kita penuhi tentunya adalah sholat yang dikerjakan dengan khusyu dan dengan sepenuh kesungguhan hati.
2.Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan tak berguna
Saat sejenak melihat sekeliling kita, dapat kita lihat betapa banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tak berguna, yang tidak menghasilkan apa-apa selain hanya kesia-siaan belaka. Seperti menonton acara-acara televisi yang tidak bermanfaat, berlama-lama mengakses media sosial, mengobrol ngalor ngidul tanpa disisipi diskusi yang berguna, dan sebagainya.
Sebagai seorang mukmin yang baik, sudah semestinya kita meninggalkan hal-hal yang tak berguna. Lebih baik menggunakan waktu secara produktif atau dengan mendekatkan diri kepada Allah lewat amal ibadah dan bibir yang senantiasa basah oleh ucapan zikir.
3.Orang yang menunaikan zakat
Di dalam harta kita terdapat hak orang lain. Ini antara lain termaktub di dalam Al-Quran yang artinya :
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bahagian” (QS. Adz-Dzariyat: 19).
“Hai orang-orang yang beriman, keluarkanlah/nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS. Al-Baqarah: 267).
Oleh karenanya, sudah menjadi kewajiban kita untuk menunaikan hak tersebut dengan cara mengeluarkan zakat. Diantaranya adalah zakat fitrah dan zakat mal jika telah memenuhi haul dan hisabnya.
4.Orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki
Memelihara kemaluan tidak hanya sekadar memelihara diri dari perbuatan zina, tetapi juga menghindarkan diri dari hal-hal yang mendekati zina. Ada pun yang dimaksud hamba sahaya yang dimaksud oleh ayat ini, adalah hamba sahaya yang diperoleh dari peperangan dengan orang kafir, dan untuk masa sekarang, sudah tidak ada lagi.
5.Orang yang memelihara amanat dan janji
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk teguh memegang amanah dan juga janji. Hal ini jugalah yangtelah dicontohkan Rasulullah SAW dengan keagungan kepribadiannya yang digelar Al-Amin. Bahkan orang yang tidak memelihara amanat dan janji digolongkan ke dalam orang munafik.Rasulullah SAWbersabda yang artinya: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim)
6.Orang yang memelihara shalatnya
Memelihara shalat tidak hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata, tetapi juga menjalankannya dengan baik, tepat waktu dan tepat aturan, serta mengerjakannya sebaik mungkin seolah-olah sholat itu adalah sholat kita yang terakhir.
Hal ini ditegaskan pula oleh Rasulullah SAWdalam sabda beliau : “Amal yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya, maka jika shalatnya baik, berbahagialah dia, dan jika shalatnya rusak, rugilah dia dan sia-sialah usahanya.” (HR. Thabrani).
Sudahkah sobat Ummi melaksanakan enam perkara di atas untuk menjadi seorang mukmin yang beruntung?
Oleh: Riawani Elyta