thayyibah.com :: Di tengah kesibukan mengurusi umat, perang, keluarga, dan masalah-masalah duniawi, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam selalu memberi dan menakar sesuatu sesuai dengan haknya. Beliau memberikan anak-anak kecil haknya untuk disayang dan dimanja. Beliau seringkali bermain dan bercanda bersama mereka, untuk membuat mereka ceria dan senang.
Abu Hurairah Ra pernah menceritakan bagaimana Nabi Saw bermain dan bercanda dengan cucu beliau, Al-Hasan. “Rasulullah Saw pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali Ra. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira”.
Anas bin Malik Ra menuturkan, bahwa beliau juga senang bercanda dengan Zainab. “Rasulullah sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah Ra, beliau memanggilnya dengan: Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali”. Zuwainab artinya Zainab kecil.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Mereka (anak-anak itu) berkata, “Ya Rasulullah, mengapa engkau bercanda dengan kami?” Kemudian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pun menjawab,
“Ya, akan tetapi aku selalu berkata benar, walau dalam senda gurau.” (HR Ahmad)
Di antara candaan beliau adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa beliau memanggilnya dengan sebutan, “wahai orang yang berkuping dua.” (HR Abu Daud).
Seorang anak kecil bernama Abu Umair adalah anak Ummi Sulaim yang sering diajak bercanda oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Pada suatu hari, terlihat wajah anak ini kelihatan murung. Rupanya dia sedang bersedih karena burung pipit peliharaannya mati. Kemudian Rasulullah pun menghampirinya dan mencoba untuk menghiburnya dengan berkata, “Hai Abu Umair, apa yang dilakukan burung pipitmu?” (Muttafaq ‘alaih)
Pada kesempatan lain, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam nampak asyik saat bercanda dengan anak-anak (kedua cucunya), sering kali Rasulullah digelantungi oleh mereka berdua.
Al-Barra berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam digelantungi Hasan, dan Beliau berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah ia.”
(HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).
Al-Barra’ juga mengatakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memperhatikan Hasan dan Husain, lalu berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya.”
(HR Tirmidzi)
Sebagai imam masjid, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sangat memaklumi perilaku anak-anak, meskipun mereka agak “menganggu”. Beliau memaklumi, dunia anak-anak memang demikian dan kecintaan anak-anak kepada masjid harus ditumbuhkan dengan dibiasakan mendatangi masjid dan dibina agar berlaku baik ketika berada di masjid. Hal tersebut nampak pada kejadian berikut. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sedang berjalan menuju masjid guna menunaikan shalat berjamaah, di tengah jalan didapati beberapa anak-anak yang sedang bermain.
Saat mereka melihat kedatangan beliau, anak-anak itu langsung mengerubunginya, bahkan memegang dan menarik-narik baju beliau. Diantara mereka bahkan sampai mengatakan: “Jadilah engkau untaku.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melayani ajakan anak-anak itu sehingga beliau agak terlambat datang ke masjid dari biasanya.
Bilal bin Rabah yang sudah menunggu kedatangan Rasul di masjid akhirnya harus mencari dimana Rasulullah ber shalallahu ‘alaihi wassalam ada. Ternyata ia mendapati, beliau sedang bermain dan dikerubungi anak-anak itu.
Bilal mendatangi mereka dan bermaksud menjewer telinga anak-anak itu agar mau melepaskan Rasul. Tetapi Rasul mencegah Bilal dengan mengatakan: “Sempitnya waktu shalat lebih kusukai daripada harus menyakiti anak-anak ini.”
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam kemudian memerintahkan Bilal untuk mencari makanan di rumah beliau agar bisa diberikan kepada anak-anak.
Bilal segera kembali kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dengan membawa kacang.
Beliau kemudian mengatakan: “Apakah kalian mau menjual unta kalian dengan kacang ini?”
Anak-anakpun bergembira dengan mengambil kacang-kacang itu dan melepaskan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang melanjutkan perjalanan menuju masjid yang diikuti oleh anak-anak itu. Bilal terharu menyaksikan apa yang baru saja terjadi.
Penelitian yang dilakukan Rana Esseily dari Paris West University Nanterre La Defense dan teman-temannya menunjukkan bahwa bercanda bersama anak membantu mereka menjadi lebih bahagia dan hal tersebut akan meningkatkan perhatian, motivasi, persepsi, daya ingat, yang pada gilirannya meningkatkan pembelajaran mereka. Mereka melakukan penelitian tentang hubungan antara humor dengan kemampuan balita dalam belajar.
Penelitian tersebut melibatkan bayi berusia 18 bulan dengan menemukan bahwa anak-anak yang sering bercanda atau tertawa karena tingkah laku orang tua atau orang dewasa mampu mengulangi sebuah tindakan dibandingkan mereka yang tidak tertawa
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rana ini akan menyimpulkan bahwa kecerdasan anak dalam belajar ternyata berkaitan dengan kebahagiaan anak. Dengan kata lain, mental anak yang bahagia mendukung anak-anak untuk mencoba sesuatu yang baru dan berhasil ketika mempelajari sesuatu.
Berikut cara yang dilakukan oleh Rana Esseily dan teman-teman dalam mengetahui bahwa bercanda bisa membuat anak lebih cerdas. Dalam satu kelompok, orang dewasa hanya bermain dengan mainan; tetapi pada kelompok lain, orang dewasa melemparkan mainan di lantai, yang membuat separuh anak-anak dalam kelompok tertawa. Hasilnya, anak-anak yang tertawa karena tingkah laku orang dewasa mampu mengulangi sebuah tindakan daripada mereka yang tidak tertawa.
Kesimpulan:
Nabi shalallhu ‘alaihi wassalam senang bercanda dengan anak-anak. Bermain dan bercanda dengan anak ini merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh orang tua. Sebagian orang tua merasa malu dan gengsi untuk bermain dan bercanda bersama anak-anaknya. Padahal cara ini merupakan salah satu cara yang sangat jitu dan manjur untuk menumbuhkan keakraban dan kedekatan anak dengan orang tuanya. Ketika orang tua sudah akrab dengan anak-anaknya, maka pada saat itu anak akan lebih terbuka untuk menceritakan apa yang dia hadapi kepada orang tuanya.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika seseorang berada di tengah-tengah keluarganya, hendaklah ia menjadi seperti anak kecil; penuh kasih sayang, bercanda dan bermain-main dengan anaknya. Tapi, ketika kehorrmatannya dilecehkan, ia menjadi lelaki sejati.”
Orang tua hendaklah menyempatkan waktu untuk bermain-main dengan anak-anak. Dalam mendidik anak, bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah bermain dan belajar bersama anak-anak. Betapa senang anak-anak apabila orang tua mau bermain-main dan bergembira bersama mereka. Para orang tua jangan menganggap bermain-main dengan anak sebagai sesuatu yang tidak penting. Penelitian telah menunjukkan, orang tua yang memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anak, memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan anak.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa memiliki anak kecil, hendaklah ia bercanda dan bermain dengan mereka.” HR. Ad-Dailami dan Ibnu ‘Asakir. (put/thayyibah)