thayyibah.com :: Ukhuwah, suatu kata yang indah dan penuh makna. Kata yang jika diartikan dalam bahasa indonesia pun tidak ada kata yang pas untuk menjelaskan arti kata UKHUWAH. Persaudaran? Kebersamaan? Persahabatan? Semua kata itu tidak cukup untuk dapat mengartikan kata UKHUWAH. Terdapat kandungan yang dalam dari kata UKHUWAH. Tidak cukup dengan kata persaudaraan, Jauh lebih dalam dibanding dengan kata kebersamaan. Pun dengan kata Persahabatan. Karena dalam persahabatan pun masih ada rasa keegoan pribadi dan ada batasnya.
Namun lain hal dengan UKHUWAH. Teringat suatu kisah yang mengharukan. Kisah tiga orang sahabat nabi yang terluka ketika Perang Yarmuk
Dari Abdullah bin Mush’ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, “Telah syahid pada perang Yarmuk al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun semuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, “Berikan dahulu kepada si fulan”, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu. Dalam versi lain perawi menceritakan, “Ikrimah meminta air minum, kemudian ia melihat Suhail sedang memandangnya, maka Ikrimah berkata, “Berikan air itu kepadanya.” Dan ketika itu Suhail juga melihat al-Harits sedang melihatnya, maka iapun berkata, “Berikan air itu kepadanya (al Harits)”. Namun belum sampai air itu kepada al Harits, ternyata ketiganya telah meninggal tanpa sempat merasakan air tersebut (sedikitpun). (HR Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqat dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid, namun Ibnu Sa’ad menyebutkan Iyas bin Abi Rabi’ah sebagai ganti Suhail bin Amr)
Ya, didalam UKHUWAH ada istilah ITSAR. Yang mana lagi-lagi sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Nyawa pun siap ditawarkan demi kebutuhan kawannya. Makna paling mendekati adalah mendahulukan kepengtingan oranglain dulu. Masih banyak lagi kisah-kisah tentang UKHUWAH di dalam umat islam.
Sekali lagi sungguh luar biasa dapat merasakan UKHUWAH. Maka tidak berlebihan jika seorang Umar Bin Khatab menganggap UKHUWAH islamiyah adalah nikmat kedua setelah nikmat ISLAM
Namun nyatanya pada hari ini, ternyata sungguh sulit untuk dapat merasakan apa itu yang namanya UKHUWAH. Entah karena terlalu ego nya hati ini atau karena jarangnya berinteraksi dengan saudara seperjuangan membuat gugurnya daun-daun UKHUWAH ini
Terlalu sibuknya dengan urusan pribadi membuat diri ini jarang berinteraksi dengan yang lain. Bahkan sekedar menanyakan kabar pun jarang sekali diri ini lakukan
Pilar utama dari sebuah UKHUWAH adalah adanya interaksi yang baik. Karena tanpanya kita tidak akan terjalin komunikasi yang baik.
Dulu, para pejuang terdahulu sangat menjaga sekali komunikasi antara mereka. Walau keadaan dan fasilitas tidak mendukung justru menyulitkan. Perlu bertemu langsung secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Akan tetapi itulah yang justru membuat UKHUWAH mereka sangat kuat. Bahkan batin mereka pun saling terhubung
Ironinya, di zaman yang serba canggih ini, dimana komunikasi sangat dipermudah dengan fasilitas yang tersedia, namun tidak membuat UKHUWAH ini bertambah kuat, justru trendnya adalah sebaliknya. Adanya SmartPhone dengan segala fasilitas yang disediakan seperti SMS, BBM, WhatsApp, Line dll tidak berpengaruh signifikan.
Grup-grup WhatsApp atau Line tak ayal hanya menjadi barisan-barisan panjang grup kita di gadget. Lagi-lagi karena egonya hati ini membuat tak sempat untuk sekedar bercengkrama dengan yang lain. Bahkan fenomena “silent reader” semakin merabak. Banyaknya grup justru membuat diri ini enggan sekedar menyapa yang lain. Kita terlalu sibuk dengan masalah-masalah di amanah kita, hingga melupakan salah satu esensi dari semua itu yaitu UKHUWAH. Padahal masalah-masalah itu dapat diselesaikan dengan bersama-sama. Bukankah menjalani amanah secara bersama-sama lebih mudah dan menyenangkan??
Padahal di grup itu sedang membahas sesuatu yang penting atau memang hanya perbincangan kecil untuk memperkuat ikatan. Tapi kemana dirimu? Ada yang kurang jika engkau tidak muncul. Apakah terlalu sibuk dengan grup dimana kau memiliki posisi yang lebih tinggi? Sehingga tak sempat untuk ikut bergabung di grup ini
Lagi-lagi karena diri ini terlalu sibuk dengan urusan pribadi hingga lupa untuk bertegur sapa dengan saudaranya.
Diri ini menyangkal, toh masih bisa bertegur sama secara langsung tanpa lewat media sosial. Tapi nyatanya, pernyataan hanya sebuah pernyataan tanpa bukti. Di kehidupan nyata ternyata kita lebih sibuk dengan urusan A B C D. Lagi-lagi daun-daun UKHUWAH mulai berguguran bak dimakan daun di musim gugur.
Semoga kedepan kita bisa menjalani semua amanah ini dengan bersama-sama. Mungkin akan menjadi lebih berat kalau kita berjamaah, karena harus berjalan beriringan, namun semua akan terasa indah dan kita dapat merasakan kenikmatan ber UKHUWAH ISLAMIYAH.
Berkata Imam Syafi’i:
” Apabila kalian memiliki teman – yg membantumu dalam ketaatan- maka genggam erat tangannya, karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit sedangkan berpisah darinya itu mudah”
Imanlah yang membuat kita bergerak, tapi ukhuwah yang dapat membuat kita bertahan. Karena iman ini naik dan turun.
Semoga UKHUWAH kita terjaga hingga JannahNya. Terimakasih atas segala yang
Ig telah diberikan. Mengutip pesan Ibnul Jauzi kepada Sahabat Sahabatnya sambil menangis:
“Jika Kalian tidak menemukan Aku nanti di Syurga bersama Kalian, maka tolonglah bertanya kepada ALLAH tentang Aku:
“Wahai Rabb Kami..
HambaMu fulan, sewaktu di Dunia selalu mengingatkan Kami tentang ENGKAU..
Maka masukkanlah Dia bersama Kami di Syurga”
Pesan penuh UKHUWAH. (put/thayyibah)
Sahabatmu,
SemangatParaPejuang