thayyibah.com :: Perhatikan, penekanan nya bukan pada ‘ilmunya’ tapi ‘mencari ilmunya’. Keutamaan ilmu memang tinggi. Tapi yang tidak kalah tingginya adalah proses mencari ilmunnya. Seseorang yang merasa dirinya bodoh, lalu tanpa bosan dia terus mencari ilmu, lebih baik daripada orang yang sudah merasa berilmu lalu dia berhenti untuk menuntut ilmu.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalan baginya menuju surga.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dll)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ، فَارْتَعُوا “، قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ (رواه الترمذي وقال حديث حسن غريب، وأحمد، وقال الأرنؤوط: إسناده ضعيف)
“Jika kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah.”
Mereka bertanya, “Apakah taman-taman surga itu?”
Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah zikir.”
(HR. Tirmizi, dia berkata haditsnya hasan gharib, Ahmad. Al-Arnauth berkata: sanadnya lemah)
Atha bin Abi Rabah berkata:
Halaqah-halaqah zikir adalah majelis (yang menjelaskan) halal haram, bagaimana engkau membeli, bagaimana engkau shalat, bagaimana engkau zakat, bagaimana engkau haji, bagaimana engkau menikah, bagaimana engkau mencerai dan semacamnya.
Ibnu Ruslan berkata dalam syairnya,
وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ أَعْمَالُهُ مَرْدُودَةٌ لاَ تُقْبَلُ
“Siapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak tak diterima.”
Seorang ulama berkata dalam syairnya,
فَإِنَّ فَقِيهاً وَاحِدًا مُتَوَرِّعاً أَشَدُّ علَىَ الشَّيْطَان مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Satu orang yang paham agama dan dia wara’ (takut melanggar dan maksiat), maka itu lebih berat bagi setan dari seribu ahli ibadah (tanpa ilmu).”
Seorang ulama berkata,
“Siapa yang mendatangi ulama dan duduk di majelisnya, lalu dia tidak dapat merekam ilmu yang disampaikan, Allah tetap memberinya tujuh karomah (kemuliaan):
1. Dia mendapatkan keutamaan orang yang mengaji.
2. Selagi dia tertahan di majelis tersebut, maka selama itu dia terhalang dari dosa dan maksiat.
3. Jika dia keluar dari rumahnya, rahmat Allah diturunkan kepadanya.
4. Jika dia singgah di majelis tersebut, rahmat Allah akan diturunkan kepada ulama tersebut dan dia mendapatkan barokahnya.
5. Dicatatkan untuknya kebaikan-kebaikan selama dia mendengarkannya.
6. Dia dikelilingi malaikat yang membentangkan sayap-sayapnya.
7. Setiap langkah kaki yang dia ayunkan dapat menjadi kafarat (penghapus) dosa dan pengangkat derajat serta penambah pahala.
Ini bagi yang tidak dapat merekam apa yang disampaikan. Bagaimana dengan mereka yang mengaji dan dapat merekam apa yang dia sampaikan. Kebaikan berlipat-lipat akan dia dapatkan.
Yang sudah rutin dan aktif di suatu pengajian, tekunilah dan istiqamahlah, jangan mudah goyah dan lemah.
Yang belum, segera cari tempat mengaji yang dia percaya lurus pemahamannya dan mungkin dia hadiri.
Karena, kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang, kapan lagi. (put/thayyibah)
Oleh: Ust. Abdullah Haidir Lc.