Breaking News
Cinta Rasulullah

Hukum dan Hakekat Mencintai Rasulullah Melebihi Rasa Cita Kepada Orang Tua, Anak, Istri, Harta, dan Segalanya

 

Cinta Rasulullah
Cinta Rasulullah

 

thayyibah.com :: Bismillah. Mencintai Nabi shallallahu alaihi wassalam dengan kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini adalah hukumnya WAJIB (Fardhu ‘Ain) atas setiap individu muslim dan muslimah. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan orang tua dan harta benda kita. Bahkan mencintai Rasulullah itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.

Di dalam Shohih Al-Bukhari diriwayatkan, bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu anhu pernah berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wassalam:

لأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : لاَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ : لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّكَ اْلآنَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : اْلآنَ يَا عُمَرُ

“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri’. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku, wahai Umar.” (HR. Al-Bukhari VI/2445 no.6257).

Dan diriwayatkan dari Anas radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wassalam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR. Al-Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167 no.70, An-Nasai VIII/114 no.5013, Ibnu Majah I/26 no.67, dan Ahmad III/177 no.12837).

Diriwayatkan pula dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah (sempurna) iman seorang hamba sehingga aku lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya dan segenap umat manusia.” (HR. Muslim I/67 no.69, An-Nasai VIII/115 no.5014).

(*) MAKNA mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melebihi segalanya ialah: Lebih mendahulukan dan mengutamakan cinta kita kepada beliau dari pada cinta kepada ortu, istri/suami, anak, guru, kerabat, harta, jabatan, pekerjaan, dan segalanya.

Sebagai contoh apabila bertentangan dalam suatu keadaan antara perintah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dengan perintah ortu, ustadz/kiyai:

Nabi shallallahu alaihi wassalam memerintahkan kita agar senantiasa mentauhidkan Allah dalam beribadah kepada-Nya, namun di sisi lain ortu atau guru/ustadz/kiyai kita menyuruh kita agar melakukan kemusyrikan kepada Allah, seperti ngalap berkah di kuburan wali atau orang sholeh, berdoa dan minta kesembuhan atau rezeki yang lapang kepada mereka, mempercayai perdukunan, dan selainnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memerintahkan kita agar beribadah kpd Allah sesuai dgn petunjuk dan tuntunan beliau di dlm Al-Quran dan As-Sunnah, serta meninggalkan segala macam amalan yg baru dan diada-adakan dlm agama Islam. Sementara di sisi lain guru ngaji atau ustadz atau kiyai kita menyuruh kita agar mengamalkan ritual atau amalan tertentu yg tidak ada syari’atnya di dlm Al-Quran dan As-Sunnah, seperti peringatan Maulid Nabi, isro mi’roj, berkumpul di rumah mayit untuk membaca Al-Quran dan dzikir, dan selainnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam memerintahkan kita agar meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, seperti berinteraksi dengan riba dlm hutang piutang dan jual beli, membuka dan memamerkan aurat kpd orang lain yg tidak halal baginya, berdusta, mengurangi takaran n timbangan, iri dengki, sombong, dan selainnya. Sementara di sisi lain ortu atau suami atau atasan kita menyuruh kita agar melakukan perkara-perkara terlarang tersebut di atas.

Maka, sikap yang WAJIB dan benar pada saat itu ialah kita melakukan dan mendahulukan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam daripada perintah ortu, suami, ustadz/ kiyai kita. Hal ini sebagai tanda dan bukti akan kesempurnaan iman dan cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.

Demikian pelajaran ilmiyah yang dapat kami sampaikan pada pagi hari ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan Semoga Allah memberikan taufik dan pertolongan kepada kita semua agar dapat mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melebihi segalanya. Amiin. (put/thayyibah)

Oleh: Ustadz Muhammad Wasitho, MA

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online