thayyibah.com :: Dalam mengikuti jejah shalihin (orang-orang shaleh), Allah berfirman dengan mengisahkan tentang Nabi Nuh dan anaknya yang tenggelam,
يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
“Hai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang yang kafir.”
Namun si anak menolak ajakan tadi dengan jawaban yang begitu congkaknya,
قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ
“Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.”
Kemudian sang ayah menimpali kecongkakan sang anak dengan penuh ketegasan,
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ
“Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab ALLAH selain ALLAH (saja) Yang Maha Penyayang.”
Hingga akhirnya ALLAH menetapkan,
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Huud : 42-42)
Usaha sang anak mencari perlindungan pun ternyata SIA – SIA BELAKA.
Saudaraku, Jika kita renungkan ayat tersebut, kita dapati bahwa mengikuti jejak orang-orang beriman, berteman dengan mereka, dan bergabung bersama mereka adalah cara yang benar untuk menggapai keselamatan.
Karena mereka senantiasa mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah. Bahkan ketika mereka diombang-ambingkan oleh gelombang fithnah, meskipun sarana yang mereka miliki sangat sederhana. Seperti kapal kayu di tengah gelombang setinggi gunung.
Sebaliknya, mengikuti jejak orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bergabung bersama mereka adalah jalan menuju kehancuran. Meskipun mereka memiliki sarana yang sangat kuat, seperti gunung yang tinggi dan kokoh. Maka, marilah kita ikuti jejak orang-orang yang beriman, berteman dengan mereka dan bergabung bersama mereka sehingga keselamatan akan kita gapai dengan izin-Nya. Dan, marilah kita tinggalkan jejak orang-orang yang tidak beriman sehingga kehancuran tak menerka kita. (put/thayyibah)
Sumber: Fahd al-Aiban, dalam “Liyaddabbaruu Aayaatihi” (Hashaad al-Aam Min at-tadabbur) hal. 105 dengan gubahan.